KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kupang mengimbau warga untuk mewaspada potensi bencana Hidrometeorologi yang dapat terjadi sewaktu-waktu akibat curah hujan yang turun dengan intensitas lebat dengan durasi lama.
“Tetap sehat dan selalu waspada terhadap masyarakat yang berada di wilayah hilir terkait potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir hingga tanah longsor,” jelas Climate Senior Forecaster Stasiun Klimatologi BMKG Kupang, NTT, Hamdan Nurdin, kepada TIMEX, Kamis (6/1).
Hamdan menekankan kepada masyarakat, khusus yang berprofesi sebagai nelayan untuk istirahat dulu sementara waktu dalam melaksanakan kegiatan.
Sementara mengenai informasi kondisi cuaca dan iklim, Hamdan meminta masyarakat untuk terus meng-update melalui aplikasi android dengan keyword info BMKG.
Hamdan menjelaskan, curah hujan yang terus terjadi beberapa hari ini di wilayah NTT termasuk Kota Kupang adalah kondisi normal ketika periode musim hujan.
Ada beberapa trigger atau faktor utama yang berpengaruh terhadap curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya wilayah NTT. Diantaranya, faktor el nino southern oscillation (ENSO), Indian ocean dipole/dipole mode index, suhu muka laut perairan Indonesia, dan faktor angin monsun.
Hamdan menyebutkan, ENSO adalah interaksi atmosfer dan laut di wilayah samudara pasifik tengah ekuator yang kemudian memiliki dampak terhadap peningkatan dan penurunan curah hujan di wilayah NTT.
“Saat ini kondisi ENSO berada pada kategori La Nina lemah yang artinya curah hujan di wilayah NTT berpotensi mendapat supplai massa udara basah dari samudera pasifik, namun tidak sesignifikan ketika La Nina dengan skala sedang hingga kuat,” ungkap Hamdan.
BACA JUGA: Waspada Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Wilayah NTT 3 Hari Ke Depan
BACA JUGA: BMKG Imbau Masyarakat Tak Panik Terkait Informasi Adanya Siklon Tropis di NTT
Selanjutnya faktor DIPOLE MODE INDEKS (DMI) yang mana hampir sama dengan ENSO secara definisi, namun area pantauannya yang berbeda jika ENSO di wilayah samudera pasifik maka DMI juga merupakan interaksi antara atmosfer perairan Samudera Hindia bagian barat dan Samudera Hindia bagian timur. Hal ini kemudian terdiri tiga kategori yaitu DMI Positive yang berdampak pada supplai massa udara yang berada di wilayah Sumatera bagian selatan hingga Bali-Nusra terbawa menuju ke wilayah Afrika sehingga terjadi penurunan curah hujan di wilayah Sumatera bagian selatan hingga NTT.
Sebaliknya ketika DMI bernilai negatif maka akan berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah Sumatera bagian selatan hingga NTT.
“Untuk kondisi DMI hingga akhir Desember 2021 berada pada kondisi Netral dengan indeks bernilai (-0,14) artinya tidak memberi dampak pada peningkatan curah hujan yang signifikan di wilayah NTT,” jelas Hamdan.
Kemudian fakfor suhu muka laut Indonesia yang diketahui bersama bahwa wilayah Indonesia memiliki luas laut lebih besar dibandingkan luas daratannya. Karena itu, perairan wilayah Indonesia menjadi salah satu faktor penting dalam perubahan dinamis atmosfer dari kondisi cuaca Indonesia hingga global.
“Jika kita fokus di wilayah NTT, suhu muka laut hariannya berkisar antara 30 sampai dengan 31,5 derajat celcius. Artinya, suhu muka laut NTT cenderung hangat yang kemudian berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan-awan hujan yang berdampak pada terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga lebat dengan durasi waktu yang lama,” kata Hamdan.
Sementara mengenai angin monsun secara periodik Indonesia memiliki dua pola angin monsun, yaitu monsun Australia yang identik dengan periode musim kemarau, dan monsun Asia yang identik pada periode musim hujan.
Ketika angin monsun Asia kuat maka angin di atas wilayah NTT cenderung bergerak dari arah barat, sedangkan monsun Australia terjadi angin timuran cenderung konsisten di atas wiĺayah NTT.
“Hingga updating terakhir 6 Januari 2022 jam 00 UTC, pergerakan angin di atas wilayah NTT cenderung inkonsiste antara masing-masing lapisan atmosfer sehingga berdampak pada kondisi langit berawan hingga terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang dengan durasi waktu yang lama,” pungkas Hamdan. (*)
PENULIS: Imran Liarian