Latih 15 Jurnalis Warga, Ketua AJI Kupang: Tugas Jurnalis Meliput Fakta Bukan Beropini

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Demi menciptakan jurnalis handal dan berkualitas, Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) menggelar sosialisasi dan perekrutan jurnalis. Sebanyak 15 orang yang merupakan warga Kota Kupang direkrut untuk dilatih menjadi jurnalis warga. Kegiatan berpusat di Hotel Greenia, Kelurahan Oebobo, itu berlangsung selama dua hari, Sabtu (22/1) dan Minggu (23/1)

Setiap peserta yang hadir menerima materi tentang dunia jurnalis dari pemateri yang sangat berkompeten. Seperti materi tentang teknik penulisan berita yang dibawakan Marthen Bana, S.Pd., M. Kom., selaku Ketua AJI Kota Kupang, Minggu (23/1).

Dalam kesempatan itu, Marthen menekankan kepada para peserta bahwa kerja-kerja jurnalis adalah meliput fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. “Tugas jurnalis itu meliput dan menulis fakta, bukan beropini,” tegas jurnalis yang juga Pemred TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID itu.

Marthen dalam kesempatan itu menjelaskan kepada para calon Jurnalis Warga terkait dengan jenis berita. Menurutnya, dalam dunia jurnalistik dikenal beberapa jenis berita, yakni hard news (straight news), soft news (news feature dan feature), dan news analysis atau jurnalisme presisi.

Marthen juga melatih para peserta bagaimana teknik reportase atau pekerjaan meliput berita. Seperti bagaimana itu reportase dasar, indepth reporting (reportase mendalam), reportase investigasi, dan news analysis.

“Berita yang dibuat lalu diterbitkan dan menjadi konsumsi publik tidak serta merta hanya berupa penyampaian informasi, tapi ada nilai edukasi dan pencerahan,” jelas Marthen.

Sementara Koordinator Jurnalisme Warga Kota Kupang, Palce Amalo, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program USAID Media Internews yang baru pertama kali digelar di Kota Kupang.

Menurut Palce, kegiatan ini untuk mendorong terjadinya perubahan para jurnalis warga memproduksi tulisan, foto maupun video dengan tema transparansi pelayanan publik sesuai dengan isu di masing-masing wilayah atau kelurahan.

Sosialisasi dan perekrutan tersebut merupakan awal dari gerakan jurnalisme warga yang akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan. Kegiatan diikuti 15 warga yang direkrut dari 12 kelurahan di Kota Kupang.

Ketua AJI Kupang, Marthen Bana saat memaparkan materi tentang Teknik Penulisan Berita dalam kegiatan sosialisasi dan perekrutan jurnalis yang digelar oleh PPMN di Ballroom Greenia Hotel, Minggu (23/1). (FOTO: IMRAN LIARIAN/TIMEX)

“Tidak hanya di Kota Kupang. Program jurnalisme warga ini juga digelar enam kota lainnya di Indonesia, yaitu Bireuen, Jember, Luwu Utara, Wamena, Manokwari, dan Serang,” kata jurnalis Media Indonesia ini.

Palce menjelaskan, di era keterbukaan informasi saat ini, partisipasi masyarakat untuk mendorong keterbukaan informasi publik sangat terbuka. Bisa disampikan lewat media yang ada seperti media sosial, namun pihaknya melihat bahwa masih dilakukan secara individu, belum menjadi gerakan massal sehingga keterbukaan informasi publik terlihat belum mengalami perubahan secara signifikan.

Melalui kegiatan ini, lanjutnya, peserta dilatih mengenai dasar-dasar jurnalistik, kode etik jurnalistik, dan praktik menulis berita oleh jurnalis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kupang sampai mereka bisa menulis laporan dengan baik.

Nantinya tulisan para jurnalis warga ini akan dimuat di beberapa media, bisa juga dimuat di website milik peserta. Harapannya dengan terbentuknya jurnalis warga ini, para peserta dapat melakukan advokasi isu-isu seperti kesehatan pendidikan, lingkungan, pelayanan keamanan publik, pelayanan angkutan, pelayanan sosial, rekreasi, dan masih banyak isu lainnya.

Menurutnya, lewat tulisan yang dihasilkan para jurnalis warga, diharapkan adanya perubahan perilaku masyarakat. Kebiasaan sejumlah orang membuang sampah di jalur 40 Kota Kupang mestinya tidak terjadi kalau masyarakat sadar bahwa pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

Tetapi perlu dilihat juga apakah membuang sampah di sepanjang jalur 40 itu karena kekurangan bak sampah di kelurahan sehingga masyarakat tidak tahu di mana harus membuang sampah, atau memang itu bagian dari kebiasaan, seakan-akan tidak bersalah membuang sampah sembarangan. “Jangan heran jika kita melihat di tengah jalan orang membuang sampah dari dalam mobil,” katanya.

Sebelumnya, pada kegiatan yang berlangsung Sabtu (22/1), hadir dua pembicara, yakni Anggota Divisi Gender AJI Indonesia yang juga Majelis Etik AJI Kota Kupang, Gatrida Djukana, dan Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton.

Gatrida menyampaikan meteri tentang jurnalis warga serta isu pelayanan publik yang responsif gender.
Sementara Kepala Ombudsman RI Perwakilan NTT, Darius Beda Daton menyampaikan meteri mengenai Peran Serta Masyarakat dalam Pengawasan Pelayanan Publik. (r1)

  • Bagikan