KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pandemi Covid-19 tak kunjung hilang dari peradaban kehidupan manusia. Virus yang diketahui memiliki sejumlah varian baru terus menyerang masyarakat yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada kesehatan, lambannya pertumbuhan ekonomi, dan berbagai persoalan pun tak dapat terhindarkan.
Penyakit yang hingga kini belum ada obatnya ini hanya bisa mencegah dengan penerapan protokol kesehatan, dan pemberian vaksin kepada setiap masyarakat mulai dari kelompok usia anak-anak hingga warga lanjut usia (Lansia).
Pemberian vaksin dijadikan sebagai program nasional pemerintah pusat yang harus dipatuhi seluruh masyarakat. Program tersebut kemudian menjadi tanggung jawab semua pihak dalam menyukseskannya.
Keterlibatan tim medis sebagai garda terdepan dalam pelayanan vaksin sebagai vaksinator. Kerjasama lintas sektor juga menjadi kunci sukses dari keberhasilan program tersebut.
Pelayanan vaksinasi sendiri dibagi menjadi tiga tahap dengan tujuan mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok. Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil terus menggencar pelayanan.
Tercatat hingga kini, pelayanan vaksinasi di NTT baru menginjak 75,75 persen untuk vaksin dosis pertama. Sementara progres vaksin dosis kedua berada di angka 43,04 persen. Sedangkan vaksin booster atau ketiga baru dimulai di NTT.
“Progres terakhir per 23 Januari 2022, NTT sudah mencapai target 75 persen. Tentu untuk dosis kedua dan tiga pun terus didorong agar bisa tercapai,” ujar Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil NTT, dr. Meserasi Ataupah, di Kupang, Selasa (25/1).
Dokter Meserasi menyebutkan bahwa timeline vaksinasi di Provinsi NTT, gelombang I, periode vaksinasi Januari-Juni 2021 mencapai 840.099 orang. Ini tersebar pada dua tahap dan tiga kelompok penerima vaksin, yakni tahap I untuk petugas kesehatan sebanyak 32.221 orang, tahap II, untuk petugas publik sebanyak 402,222 orang, dan lansia sebanyak 405.566 orang.
Lalu berlanjut ke gelombang II periode vaksinasi Juli 2021-Maret 2022, total yang sudah tervaksin sebanyak 2.991.430 orang. Jumlah tersebut tervaksin pada tahap III diantaranya masyarakat rentan dan umum sebanyak 2.408.586 orang serta remaja sebanyak 582.844 orang. Sehingga di NTT saat ini sudah ada 3.831.439 orang yang menerima suntikan vaksin.
Dokter Meserasi melanjutkan, cakupan vaksin dosis pertama di NTT mencapai 75,75 persen, lalu vaksin II, mencapai 43.04 persen, dan cakupan vaksin III baru berada dikisaran 0,75 persen. Untuk cakupan vaksin dosis I tertinggi ada di Kota Kupang dengan 94,44 persen. Dan paling rendah di Kabupaten Sumba Tengah dengan persentase 67,28 persen.
Kota Kupang, kata dr. Meserasi, juga tercatat sebagai daerah dengan persentasi tertinggi capaian vaksin dosis II, yakni 68,37 persen. Sedangkan yang paling rendah di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), yakni 28,01 persen.
Cakupan vaksinasi Covid-19 pada lansia di NTT, sebut dr. Meserasi, untuk vaksin dosis I mencapai 56 persen, vaksin dosis II, 27,1 persen, dan vaksin dosis III (booster) mencapai 0,1 persen. Untuk lansia, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) merupakan daerah dengan persentasi tertinggi pada vaksin I dengan progres mencapai 77,3 persen. Paling rendah di Kabupaten Sumba Timur 42,1 persen. Lalu vaksin II untuk Lansia paling tinggi di Kota Kupang dengan 55,6 persen, dan paling rendah di Kabupaten Malaka dengan 15,9 persen. Vaksin III Kabupaten Sikka dan Manggarai Barat berada pada posisi teratas 0,5 persen.
Sementara cakupan vaksinasi remaja, untuk dosis I mencapai 88,54 persen, dan vaksin II sebanyak 58,63 persen. Cakupan paling tinggi di Kota Kupang mencapai 109,67 persen, dan paling rendah di Kabupaten Malaka 75,81. Vaksin II untuk Remaja paling tinggi di Kota Kupang 85,222 persen dan paling rendah di Kabupaten SBD (31,57 persen).
Untuk vaksinasi Covid-19 pada anak-anak usia 6-11 tahun di Provinsi NTT, vaksin I masih 6,06 persen dan vaksin II masih 0,18 persen. Cakupan vaksin 1 paling tinggi di Kota Kupang dengan 41,91 persen.
Varian Covid-19 yang diketahui memiliki kecepatan penyebaran penularan cepat Omicron itu diharap dapat dihindari dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
Selain penerapan protokol, dari hasil riset menunjukan bahwa penerima vaksin dua dosis tidak tertular virus Covid-19. Meski demikian prokes menjadi kewajiban dan hal yang paling utama diterapkan disetiap aktivitas masyarakat.
“Varian apapun itu bisa dihindari dengan vaksinasi. Jadi bagi masyarakat yang belum vaksin segera vaksin dan juga tetap patuhi prokes karena tidak ada cara lain selain itu,” ungkap dr. Meserasi.
Dikatakan pelayanan vaksin juga sudah semakin maju karena banyak kepala daerah yang menaruh fokus kepada pelayanan vaksin kepada masyarakatnya.
Menurut dr. Meserasi, dengan dukungan tersebut maka harus ada respon cepat dari Dinkes setempat untuk menyiapkan satu Puskesmas yang dijadikan sebagai pusat pelayanan vaksinasi. “Kepala Dinas tetap menjaga Puskesmas dan nakes agar tetap semangat melayani masyarakat ketika medatangi Puskesmas,” sebutnya.
Terkait Omicron, dr. Meserasi menyebutkan bahwa mereka yang sudah menerima vaksin, 80 persen tidak bergejala, namun yang paling rentan adalah yang belum menerima vaksin. Yang paling rentan juga adalah anak-anak untuk itu diharapkan kepada kabupaten yang masih di bawah 70 persen harus digenjot agar bisa melayani vaksin anak.
“Kita harus lindungi anak-anak. Jadi disemua tempat dan lokasi mereka harus dihindari serta tetap menerapkan protokol kesehatan ketat kepada mereka. Kota Kupang dan sejumlah kabupaten lainnya sudah melayani. Semoga yang lain juga segera ikut. Pihak sekolah juga harus memperketat karena ancaman Omicron semakin di mata,” tuturnya.
Disebutkan, semua pihak tetap solid dan bekerjasama mengantisipasi masuknya virus varian baru yang ditemukan pertama di Afrika Selatan pada pintu masuk wilayah.
Ditegaskan, Omicron dapat diatasi jika semua rumah sakit dan fasilitas pendukung terpenuhi. “Memang tidak ada masalah meski virus ini masuk kalau persiapan kita sudah matang. Tapi lebih baik kita antisipasi daripada mengobati. Sehingga warga harus taat prokes, jangan lengah karena kita terus dihantui,” pintanya.
Untuk diketahui, sebanyak 17 kabupaten/kota di wilayah NTT telah mencapai 70 persen capaian vaksin dosis I. Sementara lima kabupaten lainnya belum mencapai 70 persen, dimana capaiannya baru di atas 65 persen.
17 daerah yang capaian vaksinasinya di atas 70 persen, yakni Kota Kupang (94,44 persen), Manggarai Barat (89,95 persen), Sikka (84,18 persen), Lembata (76,91 persen), SBD (76,58 persen), Manggarai Timur (75,09 persen), Sumba Timur (74,69 persen), Ngada (74,44 persen), dan Nagekeo (73,96 persen). Lalu TTU (73,77 persen), Ende (72,90 persen), Belu (72,81 persen), TTS (72,32 persen), Rote Ndao (71,42 persen), Manggarai (71,14 persen), Sumba Barat (70,86 persen), dan Sabu Raijua (70,79 persen).
Sementara lima wilayah yang capaiannya belum 70 persen, yakni Malaka (69,86 persen), Flotim (69,35 persen), Alor (69,11 persen), Kabupaten Kupang (69,05persen), dan Sumba Tengah (67,28 persen).
Dokter Meserasi mengatakan, kendala atau hambatan yang dialami wilayah yang belum mecapai 70 persen dosis pertama dalam pelasakaan percepatan vaksinasi terdapat banyak faktor diantaranya, pada pelaksanaan vaksinisasi masih terdapat banyak yang tidak lolos skrining karena keluhan sakit dan penyakit penyerta atau kormobid.
Lanjutnya, masih ditemukan peserta vaksin yang mengalami efek samping seperti kesemutan, demam ringan, mengantuk dan berita hoaks tentang efek buruk vaksin Covid 19 sehingga banyak masyarakat enggan untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Kendala lainnya, sambung dr. Meserasi, belum pahamnya masyarakat tentang manfaat vaksin Covid-19 bagi kesehatan sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi tentang manfaat vaksin yang halal dan aman digunakan.
“Kendala yang dihadapi oleh petugas di lapangan di daerah adalah faktor alam dan kondisi geografis. Serta tingkat keinginan masyarakat untuk divaksin. Ini juga menjadi salah satu penentu pencapaian,” sebutnya.
Dalam rangka membangun herd immunity dan mendukung upaya pemulihan ekonomi nasional, pihaknya mengimbau dan mengajak seluruh stakeholder untuk bersama-sama bekerja, membangun komunikasi dan koordinasi lintas sektoral serta tetap semangat untuk terus melakukan vaksinasi, memberikan edukasi dan menyadari pentingnya vaksinasi.
“Serta tidak mudah mempercayai informasi hoax yang beredar di masyarakat. Silakan untuk memperoleh informasi yang lebih tepat dan akurat terkait vaksin dapat dikomunikasikan dengan instansi yang berkompeten,” pungkasnya. (r3/ito)