KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) juga tak kalah dengan Covid-19. Kasus baru terus terdeteksi dan terus meningkat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sepanjang Januari 2022.
Penyakit berbahaya akibat gigitan nyamuk tersebut tercatat telah menyerang sebanyak 573 orang mulai dari usia dewasa hingga anak-anak diawal tahun ini. Jumlah kasus ini naik dari periode yang sama di tahun 2021, yakni sebanyak 381 kasus. Hingga 24 Januari 2022, berdasarkan laporan, terdapat dua orang di dua kabupaten meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan dan Kependudukan Catatan Sipil Provinsi NTT, dr. Meserasi Atupah, menyebut pada Januari 2022, ada beberapa daerah yang alami kenaikan kasus, seperti Kabupaten Manggarai Barat, Lembata, Sumba Barat Daya, dan Kota Kupang.
Dokter Meserasi merincikan, di Kota Kupang sepanjang Januari 2022 terdapat 112 kasus, Kabupaten Kupang (4 kasus), Timor Tengah Selatan (TTS) sebayak 27 kasus, Timor Tengah Utara (TTU) 1 kasus, Belu (24 kasus), Flores Timur (17 kasus), Lembata (55 kasus), Ende (4 kasus), dan Sikka sebanyak 40 kasus. Selanjutnya Ngada dengan 8 kasus, Nagekeo (4 kasus), Manggarai (13 kasus), dan Manggarai Barat sebanyak 138 kasus.
Selanjutnya, Sumba Timur dengan 21 kasus, Sumba Barat (16 kasus), Sumba Barat Daya (48 kasus), Sumba Tengah (1 kasus), Sabu Raijua (19 kasus), dan Malaka 9 kasus. Sementara tiga kabupaten melaporkan nol kasus DBD, yakni Kabupaten Rote Ndao, Alor, dan Manggarai Timur. “Dua angka kematian itu berada di Kabupaten Nagekeo dan Sikka,” sebutnya.
BACA JUGA: WASPADA…!!! Hingga Pertengahan Januari, Terdata 67 Kasus DBD di Kota Kupang
Kabupaten Manggarai Barat, menurut dr. Messerasi, juga menjadi daerah dengan kasus tertinggi selama tahun 2021, yakni 755 kasus. Diikuti Kota Kupang dengan 634 kasus, Kabupaten Sikka 183 kasus, Manggarai Timur 151 kasus, dan Sumba Barat Daya dengan 170 kasus.
Sedangkan kasus kematian selama tahun 2021 tersebar di 7 wilayah, yaitu Ngada, Rote, Timor Tengah Utara, Ende, Manggarai Barat, masing-masing 1 kasus, Kota Kupang 3 kasus, Flores Timur 2 kasus, dan Sumba Barat Daya 4 kasus.
Ia menyebut, permasalahan DBD di NTT adalah peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini masih rendah. Koordinasi dan kolaborasi lintas sektor juga belum berjalan baik. “Pemberantasan sarang nyamuk belum dilaksanakan secara rutin dan penderita DBD yang meninggal terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (fakses),” ungkap dr. Meserasi.
Oleh karena itu, kata dr. Meserasi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT melakukan terobosan dengan memperkuat surveilans kasus didukung dengan laboratorium yang memadai. Penguatan juga dilakukan pada penderita di fasilitas kesehatan.
Pihaknya juga meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu bersama masyarakat serta memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB DBD. (r3)