BAJAWA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Ngada makin mengkhawatirkan. Pasalnya, penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini telah merenggut tiga nyawa di kabupaten itu.
Data terkini, DBD merenggut dua nyawa, yakni seorang anak berusia lebih kurang 10 tahun dan seorang mahasiswi. Anak yang meninggal dunia tersebut berasal dari Kelurahan Susu, Kecamatan Bajawa, sementara satu orangnya adalah mahasiswi STIPER Bajawa asal Wolokuru, Desa Waeia, Kecamatan Golewa. Hingga saat ini, tercatat 18 orang positif DBD, dan sudah tiga orang meninggal dunia diawal tahun 2022.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Yak Yos Mawo, S.Sos kepada TIMEX, Jumat (28/1) membenarkan informasi tersebut. “Memang benar, kasus DBD kembali makan korban jiwa dua orang, yakni anak berusia 10 tahun di Kelurahan Susu, Kecamatan Bajawa, dan mahasiswa STIPER Bajawa asal Desa Waeia Kecamatan Golewa. Sebelumnya ada satu warga meninggal di Kecamatan So’a. Jadi, totalnya tiga orang meninggal dunia,” jelas Yak Yos Mawo.
Yak Yos Mawo menyebutkan, anak yang meninggal tersebut sebelumnya dibawa orang tuanya ke rumah sakit pada 25 Januari 2022, dan meninggal di Rumah Sakit Umum (RSU) Bajawa pada Rabu (26/1/2022) pagi. Sedangkan mahasiswa tersebut meninggal kemarin (27/1/2022), dan saat ini berada di rumah duka di Wolokuru, Desa Waeia.
Menyikapi kasus itu, Yak Yos Mawo mengatakan, hari ini (28/1), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngada mengambil langkah menerjunkan petugas melakukan foging di wilayah Keluarahan Susu.
“Berdasarkan data kasus DBD di Kabupaten Ngada, hingga Jumat, 28 Januari 2022, total kasus positif DBD sebanyak 18 orang, dan yang meninggal dunia sebanyak 3 orang,” beber Yak Yos Mawo.
BACA JUGA: Kasus DBD Meningkat di Ngada, 1 Orang Meninggal Dunia
Untuk itu, Yak Yos Mawo meminta masyarakat Kabupaten Ngada untuk kenali gejala penyakit DBD agar dapat mengantisipasinya. Perjalanan infeksi DBD dimulai pada hari pertama hingga ketujuh. Fase demam terjadi pada hari pertama hingga hari ketiga.
Selanjutnya, fase kritis pada hari ketiga hingga keenam, lalu setelah itu baru masuk fase penyembuhan. Pada fase demam tinggi, kata Yak Yos, biasanya anak malas minum. Ini yang harus menjadi perhatian, harus dipantau menunya atau kecukupan asupan cairannya, jangan sampai terjadi dehidrasi.
Mengapa penting memberikan banyak cairan karena pada fase kritis (hari ketiga hingga keenam), menurut Yak Yos, akan terjadi kebocoran pembuluh darah pasien dengan infeksi dengue, yakni ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup.
“Tapi jika bergejala, bisa banyak gejalanya. Dari demam l, pegal linu, dan demam dengue, karena gejalanya lebih lengkap, ada yang sampai terjadi kebocoran pembuluh darah, tekanan darah turun dengan syok atau tanpa syok, bahkan ada juga yang gejalanya tidak khas,” urainya.
Berat ringan gejala, ketika virus dengue masuk kedalam tubuh seseorang, bisa tanpa gejala, bisa juga sakit atau tampak gejala. Orang Tanpa Gejala (OTG) tidak akan kedokter karena tidak merasakan gejala sama sekali. Namun, dia masih bisa menularkan penyakit lewat nyamuk yang menggigitnya.
Bagaimana mengenali ciri-ciri nyamuk aedes aegypti? Ciri khas nyamuk ini adalah ukurannya yang kecil dan memiliki tubuh berwarna hitam dengan belang putih di sekujur tubuhnya. Nyamuk Aedes aegypti dapat terbang sejauh 400 meter, sehingga penyebaran virus dengue dapat terjadi hingga jarak yang jauh dari tempat nyamuk bersarang. (*)
Penulis: Saver Bhula