Kasus DBD di NTT Terus Meningkat, Mabar Tertinggi, 3 Kabupaten Nol Kasus

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mengalami peningkatan jelang akhir Januari 2022. Tercatat, hingga hari ke-25 di awal tahun 2022 ini, terdata sudah sebanyak 648 kasus DBD.

Jumlah kasus tersebut akumulasi dari 19 kabupaten/kota di NTT. Kasus tertinggi disumbangkan Kabupaten Manggarai Barat (Mabar). Sementara Kabupaten Rote Ndao, Alor, dan Manggarai Timur merupakan daerah dengan nol kasus.

Tingginya kasus DBD di Mabar dinilai bisa mengganggu pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 dimana para petinggi negara-negara di dunia akan hadir disana dengan kondiai kesehatan yang tidak terjamin.

Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa, Vinsensius Belawa Lemaking mengatakan, kejadian ini tidak bisa dianggap biasa, dan harus ambil tindakan segera demi mencegah lonjakan kasus DBD di NTT. Persoalan ini perlu mendapat perhatian semua pihak.

Vinsensius mengatakan, baru di bulan Januari saja total kasusnya sudah diangka 648. Kemungkinan jumlah kasusnya akan semakin menanjak mengingat cuaca seperti saat ini. Kasus DBD ini menjadi semakin riskan karena lonjakan tertinggi justru terjadi di Mabar yang sedang bersiap menghelat pergelaran KTT G20.

Vinsensius menyebutkan, dunia internasional sangat sensitif dengan isu penyakit zoonosis seperti malaria dan DBD. Oleh sebab itu sekali lagi semua pihak jangan tinggal diam.

“Perlu gerakan segera dengan melibatkan semua lini. Jangan ada sampah berserakan, berantas tempat perindukan nyamuk,” ungkapnya.

BACA JUGA: DBD Kembali Renggut 2 Nyawa, Dinkes Ngada Terjunkan Tim Foging

Vinsensius lebih lanjut mengatakan, semua rumah tangga harus menabur abate dan masing-masing Ketua RT wajib melakukan kerja bakti di lingkungan minimal seminggu sekali. Motor penggerak utama ada di Dinas Kesehatan.

Tim surveilans sudah harus melakukan pemetaan dan tim teknis wajib melakukan intervensi di zona merah. Kuncinya jangan anggap hal ini sebagai hal sepele. “Ini merupakan salah satu pembunuh yang sering tidak kita sadari, terutama terjadi pada anak balita,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, dr. Meserasi Ataupah melalui Kepala Bidang P2P, Erlina R. Salmun mengatakan bahwa penyebaran DBD sepanjang tanggal 1 – 25 Januari 2022, tertinggi di Kabupaten Mabar dengan jumlah kasus sebesar 142 kasus.

Sementara Kota Kupang dan Sikka berada di posisi kedua dan ketiga penyumbang kasus terbanyak yakni 119 kasus dan 97 kasus. Peringkat keempat ditempati Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dengan 63 kasus. “Kasus penyebaran DBD ini terjadi 25 hari belakangan ini dan sudah ada korban jiwa,” ujarnya.

Sebelumnya, dr. Meserasi mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah menyiapkan strategi untuk mencegah penyebaran DBD, yaitu menyurati pihak Dinas Kesehatan di kabupaten/kota untuk melakukan pengendalian dan melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) lewat metode menguras, menutup rapat dan mendaur ulang (3M).

“Selain itu, ada distribusi bubuk abate dan malathion ke kabupaten/kota. Kemudian menyiapkan rapid diagnostik test (RDT) bagi anak-anak yang punya gejala DBD,” katanya.

Untuk itu, dr. Meserasi berharap pihak Dinas Kesehatan masing-masing wilayah melakukan koordinasi di tingkat lokal, mulai dari tingkat RT/RW, desa/kelurahan, kecamatan, dan kabupaten agar bisa meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga kebersihan dan mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti. (r3/ito)

  • Bagikan