Perantau Asal NTT Korban Kebakaran di Palopo Hidup di Tenda Darurat

  • Bagikan

PALOPO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Korban kebakaran di Jl. Akhmad Razak, Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) kini hidup di tenda darurat, di halaman kantor Lurah Binturu. Mereka sangat membutuhkan bantuan.

Sebanyak 37 jiwa, diantaranya 4 anak-anak dan 1 bayi menjadi korban kebakaran yang terjadi, Selasa pagi (1/2). Tak ada yang tersisa saat kejadian tersebut. Hanya pakaian yang melekat di badan yang bisa diselamatkan. Seluruh barang-barang ludes dibakar api.

Kini 37 jiwa itu berteduh di bawah panas matahari dan dinginnya malam di dalam tenda darurat milik Dinas Sosial, Kota Palopo. Untuk makan pun juga sangat kekurangan.

Lurah Binturu, Rajusman S yang ditemui Palopo Pos (Grup TIMEX) di kantornya, Rabu (2/2) menjelaskan, para korban kebakaran sementara waktu diungsikan ke tenda darurat di halaman kantor lurah, sambil menunggu dicarikan tempat kontrakan yang baru.

Adapun mengenai kebutuhan sehari-hari, termasuk mandi, cuci, dan memasak, Lurah Rajusman mengaku membebaskan warga terdampak kebakaran memakai fasilitas di kantor lurah. “Kita ada dapur di dalam kantor, itu kami silakan gunakan,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta setiap saat tim kesehatan dari Puskesmas Warsel untuk memantau kondisi kesehatan warganya. Utamanya anak-anak dan bayi yang hidup di tenda.

Salah satu korban kebakaran, Maria Pikevi yang ditemui Palopo Pos, mengaku, semalaman dirinya tidak bisa tidur di tenda. “Mungkin masih trauma kalau ingat kejadian kemarin,” ungkapnya.

Akibat kebakaran itu, Maria mengalami luka bakar di lengan kirinya. Beruntung perawat dari Akper Sawerigading Pemda Luwu turun langsung memberikan pertolongan saat hari pertama kejadian.

Di kontrakan yang terbakar, mayoritas dihuni warga perantau dari Kupang, NTT. Yang kesehariannya bekerja sebagai buruh bangunan gedung. Kebetulan saat kejadian ada beberapa warga tengah melakukan pekerjaan borongan bangunan di Toraja. Mendengar kabar kebakaran, para suami langsung kembali ke lokasi untuk membantu evakuasi.

Adapun yang dibutuhkan saat ini, kata Ibu Maria, adalah kebutuhan sehari-hari utamanya makanan jadi. “Kalau untuk memasak, agak susah. Tidak enak keluar masuk ke dalam kantor lurah,” sebutnya.

Saat ini para suami sedang mencari lokasi kontrakan yang baru. “Kalau sudah dapat kontrakan, hari ini, kami pindah. Kasihan anak-anak kami hidup begini di tenda darurat,” pungkasnya. (idr)

  • Bagikan