PLN Lelang Konversi Pembangkit Diesel ke EBT

  • Bagikan

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID – PLN berupaya mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan menekan angka impor bahan bakar minyak (BBM). Hal itu dilakukan melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke EBT.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, program konversi PLTD ke EBT ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, PLN akan mengkonversi sampai dengan 250 Megawatt (MW) PLTD yang tersebar di beberapa titik di Indonesia.

Nantinya, PLTD ini akan diganti menggunakan PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) baseload, yang artinya ada tambahan baterai agar pembangkit bisa nyala 24 jam. “Saat ini kami sedang melakukan lelang dalam satu dua bulan ini. Sekarang sudah ada 160 peserta yang eligible,” ujar Darmawan.

Dia melanjutkan, dalam lelang itu PLN membebaskan spesifikasi baterai yang akan dipakai oleh peserta. PLN mengedepankan para peserta bisa meningkatkan inovasi sehingga tercipta baterai yang efisien dan punya keandalan operasi. “Jadi teknologi mana yang paling andal dan efisien yang paling bagus. Itu yang menang. Ini membangun inovasi,” imbuhnya.

Dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama ini bisa mencapai sekitar 250 MW. Tahap dua, PLN akan mengkonversi PLTD sisanya sekitar 338 MW dengan pembangkit EBT lainnya, sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi unggulan di daerah tersebut dan keekonomian yang terbaik.

Darmawan menambahkan, proyek konversi ditargetkan rampung pada 2026. Proyeksinya sebanyak 2.130 titik PLTD bisa terkonversi ke pembangkit energi bersih ataupun koneksi ke grid.

Darmawan meyakini biaya produksi pembangkit energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia bakal semakin kompetitif dibandingkan dengan pembangkit fosil.

Hal itu bisa dilihat dari terus turunnya harga PLTS dan baterai.

Pada 2015 harga PLTS dipatok USD 25 sen per kilowatthour (kWh). Saat ini, mampu ditekan berkisar USD 5,8 sen per kWh, bahkan dapat turun dibawah USD 4 sen per kWh.

Sedangkan, baterai harganya mencapai USD 13 sen per kWh yang dulunya sempat di angka USD 50 sen per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen.

Sementara, rata-rata paket baterai tipe Li-ion pada 2020 adalah 137 USD/kWh. Turun hampir 80 persen dibanding 2013 yang di angka 668 USD/kWh pada tahun 2013. (dee/dio/jpg/rum)

  • Bagikan