KUPANG-Hampir satu tahun, Bank NTT menghadirkan jenis layanan baru dalam pelayanannya. Namanya smart branch system (SBS) atau jenis layanan hybrid, yakni perpaduan antara layanan konvensional dengan digital. Pada 17 Juli 2021, tepat di ulang tahunnya yang ke-59, Bank NTT meluncurkan sebuah layanan baru. Publik tentu bertanya, apalagi yang dibuat? Nada pesimistis pasti ada.
Namun sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke dermaga. Harry Alexander Riwu Kaho, sang inisiator sekaligus nahkoda Bank NTT memastikan bahwa pelayaran akan aman. Dan benar. Di momen penting itu, selain mendedikasikan diri dengan semangat sebagai super smart bank, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengangguk kagum ketika menginjakkan kakinya di lantai satu kantor pusat Bank NTT, tempat layanan hybrid itu.
Ketika doorstop, kepada insan pers, pemegang saham pengendali PT. Bank Pembangunan Daerah NTT itu menaruh harapan besar kepada pengurus dan seluruh staf. Bahwa bank ini, yang mendedikasikan dirinya sebagai pelopor penggerak ekonomi masyarakat NTT, harus selalu tampil dengan ide dan gagasan yang akan membawa masyarakat provinsi ini menuju era bangkit dan sejahtera.
Bank NTT memang terus berubah. Baik dari sisi SDM, maupun layanan sistem perbankan. Ini semata dilakukan agar terus eksis di dunia perbankan, ketika dunia ini sedang digempur berbagai tuntutan di era disrupsi digital. Tidak mudah memang, menggerakkan mesin yang sudah berusia 59 tahun, butuh leadership yang mumpuni. Berkarakter dan berjiwa pantang mundur.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, saat hadir dalam peresmian kantor kedua dengan layanan yang sama, yakni Kantor Cabang Utama (KCU) Kupang, ikut memberi support. Bahwa bank ini selalu bertransformasi dari waktu ke waktu, dan bahkan menginspirasi lembaga penyedia layanan jasa keuangan (LJK) umumnya dalam pola layanan.
“Smart branch adalah solusi tepat untuk layanan jasa bank. Dengan konsep ini, semua serba cepat dan mudah. Tidak butuh waktu lama, berbeda dengan cara konvensional. Begitu juga dengan kredit, kita sedang menyesuaikaan agar kedepan, layanannya cepat dan mudah seperti pinjaman online,” demikian Dirut Harry Alexander Riwu Kaho optimistis.
Bank NTT, menurut Alex Riwu Kaho, sudah sangat siap dalam program ini. Yakni peningkatan kapasitas SDM baik teller hingga petugas keamanan yang nantinya berada di garis depan pelayanan. Mereka sudah dilatih secara baik, sehingga siapapun nasabah yang ke sana, tak butuh waktu lama dalam urusannya.
BACA JUGA: Pelajari Digital Branch, Bank Sulselbar Studi Banding di Bank NTT
Yang membanggakan lagi, di awal pekan kemarin, sebuah tim dari Sulawesi datang ke NTT. Niat mereka bulat. Ingin belajar dari keunggulan Bank NTT menerapkan smart branch system. Bank Sulsebar yang berpusat di Makassar, mengirim sebuah tim kecil beranggotakan tujuh orang dari berbagai divisi. Mereka dating dengan tujuan menimba ilmu ke Bank NTT.
Dalam pengakuannya saat seremoni penyambutan, Andriany selaku Plt Kadiv Digitalisasi dan Layanan Bank Sulsebar kepada Direktur Teknologi Informasi dan Operasional, Hilarius Minggu, Direktur Kepatuhan, Christofel Adoe dan Kadiv Rencorsec, Endry Wardono, Kadiv SDM, Sandri Baralay mengutarakan niat mereka.
“Kami dikirim manajemen ke sini untuk mempelajari apa sih smart branch system yang sudah diterapkan oleh Bank NTT dan ternyata sukses. Kami mau belajar, apa tahapan-tahapannya. Apa saja fasilitas yang diberikan kepada nasabah, peruntukannya kepada siapa. Setelah berjalan berapa lama ini, apakah targetnya tercapai,” jelas Andriany yang kedatangannya ke Kupang bersama Mawardi dari Divisi Kepatuhan, Zaenal Basri tim support dan beberapa lainnya.
Diakuinya, setelah melihat dari dekat model layanan ini, ternyata di luar ekspektasi mereka. Baginya, Bank NTT sudah berlari cukup jauh dalam ide dan gagasan, terutama mencapai visinya, menjadi ‘Pelopor Penggerak Ekonomi Masyarakat NTT’. “Seiring berjalannya waktu, dalam diskusi, ada banyak hal yang kami pelajari di Bank NTT. Bukan saja soal smart branch melainkan banyak,”tambahnya.
Ada pertanyaan, mengapa bukan bank lain yang lebih wah, di provinsi lain? “Dalam diskusi dengan direktur operasional kami, sempat ada pertanyaan, kenapa tidak di bank lain dan harus di Bank NTT. Dan saya katakan bahwa sejak tahun lalu, dalam arahan Dirut kami, beliau katakan bahwa, coba kamu bawa tim ke NTT dan belajar digital bank disana. Dan sebelum kesini kami pun pelajari beberapa artikel, dan ternyata di NTT itu cukup maju digital bank mereka,”ungkap Andriny.
Yang membuat mereka yakin bahwa Bank NTT kini sudah jauh berubah, karena banyaknya artikel positif mengenai kinerja bank ini. Dari situlah manajemen Bank Sulsebar yakin bahwa tujuan mereka menimba ilmu sudah tepat.
Seiring waktu, bank yang adalah kebanggaan masyarakat NTT, sudah menginspirasi negeri. Dari berbagai literatur, banyak testimoni yang mengakui keberhasilan bank ini. Dan, sebagai warga NTT mestinya kita ikut berbangga. Bahwa korporasi yang mempekerjakan ribuan karyawan yang adalah putra putri NTT ini, sudah berkontribusi lebih bagi bangsa.
Sebagai bank yang meraih predikat sebagai buku dua di tahun 2021 lalu, tidak berarti mereka berpangku tangan. Masih ada pekerjaan besar menanti. Oleh regulasi (Peraturan OJK), Bank NTT diberikan ruang menjadi Bank Devisa di tahun 2024. Ada syarat yang berat, namun akan mudah jika didukung doa dan dukungan dari seluruh masyarakat NTT. Semoga. (Stenly/Humas B-NTT/adv/*)