ATAMBUA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Kabupaten Belu terus meningkat secara signifikan. Bahkan saat ini angkanya tembus 80 kasus. Dari jumlah kasus DBD tersebut, terdapat seorang pasien DBD asal Kecamatan Atambua Selatan yang dinyatakan meninggal dunia.
Total kasus ini berdasarkan data yang dihimpun TIMEX dari Dinas Kesehatan Belu, terhitung sejak 1 Januari 2022 hingga 15 Februari 2022. Sementara khusus periode waktu 1 Februari sampai 16 Februari, tercatat sebanyak 11 kasus DBD di Kabupaten Belu. Dari jumlah kasus itu, sebanyak lima kasus DBD yang pasiennya masih dirawat di RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua.
“Dari jumlah kasus itu, mayoritas diderita oleh anak-Anak. Perubahan cuaca yang tidak bersahabat menjadi penyebab utama terjadinya DBD. Apalagi kondisi imun tubuh anak yang kurang baik tentu dengan cepat diserang penyakit DBD,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, drg. Ansilla Eka Mutty kepada TIMEX, Rabu (16/2).
Ansilla menyebutkan, dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 74 orang sudah dinyatakan sembuh sedangkan 5 orang yang masih menjalani perawatan intensif di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, sedangkan 1 pasien meninggal dunia.
“Memang ada 80 kasus DBD sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 15 Februari, namun sebagian besar sudah sembuh. Tersisa 5 pasien yang masih dirawat di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, sementara satu pasien meninggal dunia,” ungkapnya.
Ansilla menambahkan, pasien DBD yang meninggal dunia berasal dari Kelurahan Fatukbot. Pasien tersebut dibawa ke RSUD Mgr Gabriel Manek Atambua setelah tiga hari terserang virus DBD. Padahal, sesampai di rumah sakit sudah ditangani dengan baik oleh tim medis namun tidak tertolong.
BACA JUGA: Siaga Cegah Covid-19 dan DBD, Bupati Belu Siap Divaksin Pertama
BACA JUGA: Kasus DBD Naik 200 Persen, Ini Permintaan Tegas Pemprov ke Pemda
Dokter gigi Ansilla menjelaskan, dari jumlah kasus DBD di Belu, kasus terbanyak terdapat di Kecamatan Atambua Barat. Totalnya sebanyak 34 kasus. Menyusul Kecamatan Kota Atambua dengan 24 kasus.
Menyikapi persoalan tersebut, drg. Ansilla mengatakan, pihaknya telah melakukan fogging pada lingkungan sekitar pasien DBD serta beberapa wilayah lainnya yang memiliki tingkat kasus tertinggi.
“Untuk semua pasien BDB itu sudah ditangani dengan cepat sehingga sebagai besar sudah sembuh. Kita juga upayakan penyuluhan keliling bersama petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar mereka dapat menerapkan pola hidup sehat,” jelasnya.
Selain itu juga, lanjut drg. Ansilla, upaya pencegahan lainnya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk memutus rantai penyebaran DBD yakni dengan membagikan antiseptik kepada masyarakat.
Ansilla berharap, masyarakat Kabupaten Belu dapat menjaga dan meningkatkan pola hidup bersih dan sehat sehingga tidak mudah terserang penyakit DBD maupun penyakit menular lainnya. “Kita sudah berupaya semaksimal mungkin dan sekarang tergantung masyarakat saja, apakah ingin merubah pola hidup atau tidak karena di kasus DBD ini terjadi karena perilaku hidup,” pungkasnya. (mg26)