ENDE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kepala Desa (Kades) Detusoko Barat, Ferdinandus Watu membagi inspirasi tentang Geliat Ekowisata Desa dan Pengelolaan BUMDes Berbasis Digital kepada para kepala desa se-Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (19/2).
Penyampaian itu berlangsung dalam acara Workshop BUMDes yang merupakan rangkaian kegiatan “Ramang-Ramang Tourism Exhibition, Bersama Bangkitkan Pariwisata untuk UMKM Maju dan Berkelanjutan”, bertempat di Dermaga 2, Kampung Kharst Ramang Ramang, Kabupaten Maros, Sulsel.
Di hadapan para kepala desa, pendamping desa, pimpinan lembaga keuangan, pengelola BUMDes, Pokdarwis, Ferdinandus menjelaskan bagaimana pengelolaan Ekowisata dan BUMDes berbasis digital.
Dia menyebutkan, masa depan yang diinginkan adalah aksi orang lokal. Lokal, sebut dia, identik dengan desa dan masa depan ada di desa. Semakin ke desa semakin primitif dan asli. Dan itu kata Nando –demikian ia biasa disapa– makin dicari dan pada gilirannya akan makin mahal.
Dia menjelaskan, yang original dan lokal itu umumnya ada di desa, karena itu desa harus menyajikan yang unik. Desa adalah halaman depan bangsa , karena itu kalau mau membangun Indonesia harus mulai dari desa.
“Memanfaatkan potensi yang ada di desa dan sumber daya yang ada di desa adalah peluang. Dan BUMDes menjadi pengelola atau lembaga yang memayungi aneka geliat potensi usaha yang ada di desa,” ujar Nando.
Kepada para peserta, Kades Nando juga membagikan pengalaman positif dalam membangun Desa Detusoko Barat, dimana sukses meraih prestasi peringkat 4 Desa Wisata.
Nando memberikan aneka pengalaman tentang bagaimana membangun desa dalam kaitan dengan potensi wisata, mulai dari atraksi wisata berbasis budaya dengan sanggar Dau Dole, kuliner, wisata susur sawah, wisata edukasi, homestay, dan permainan tradisional.
“Secara khusus saya membagikan pengalaman terkait dengan pemanfaatan digital dalam Pengelolaan BUMDes dan aneka atraksi wisata desa,” kata Nando.
Di hadapan peserta, Nando menyebutkan, NTT jauh dari Jakarta dan selalu masuk dalam kategori daerah tertinggal dan terluar. Namun demikian, lanjutnya, dengan kerja keras, desa tertinggal bisa menjadi terdepan dalam inovasi dan digitalisasi.
“Kita tidak boleh kalah, dan itu sudah ditunjukkan oleh Desa Detusoko Barat. Bisa menjadi terdepan dalam inovasi dan digitalisasi. Karena itu kita jangan kalah dengan desa-desa lain di Indonesia,” pesan Nando.
Nando menambahkan, membangun desa di era digital ini harus bisa selalu eksis. Dan dengan inovasi, harus mampu mendahului regulasi dan biarkan karya-karya yang berbicara lebih dahulu.
Acara Ramang Ramang Tourism Exhibition ini diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Region VI, meliputi Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua), kerjasama dengan lembaga keuangan, seperti BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Sulsel, Bank Indonesia, dan Bank Syariah.
Kerja sama selalu dilakukan dalam berbagai acara seperti, Workshop BUMDes, lomba design landscape spot wisata Ramang Ramang, bisnis matching UMKM, Pameran Produk, bersepeda, tarian, dan high level meeting. (Kr7)