Warga Fatululi yang Mengungsi karena Banjir Telah Kembali ke Rumah

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Para korban banjir yang mengungsi ke Gereja Menara Kesaksian, di Kelurahan Fatululi, telah dipulangkan Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang melalui Dinas Sosial, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan instansi terkait lainnya, Kamis (24/2).

Kepala Dinas Sosial Kota Kupang, Lodowik Djungu Lape mengaku, para pengungsi telah pulang ke rumahnya masing-masing, karena intensitas hujan yang sudah berkurang bahkan sudah reda. “Karena hujan sudah berhenti, mereka semua sudah pulang. Banjir juga sudah surut sehingga mereka pulang untuk membersihkan rumah mereka,” kata Lodowik saat diwawancarai Kamis (23/2).

Menurutnya, banjir merupakan hal biasa dan tidak dikategorikan bencana besar, sehingga masyarakat yang terdampak juga dibantu oleh pemerintah dalam bentuk sembako.

Dia mengaku, jika kondisi bencana yang parah, harus ada penetapan status bencana dari kepala daerah dalam hal ini Wali Kota Kupang, barulah bantuan beras cadangan pemerintah yang jumlahnya 100.0000 ton itu bisa diklaim ke Bulog.

Lodowik mengaku, pihaknya tidak membangun dapur umum karena memang kondisi bencana banjir itu tidak dikategorikan bencana besar dan tidak membutuhkan adanya dapur umum.

Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Kupang, Ernest Ludji mengatakan, pihaknya tetap melakukan upaya mitigasi bencana untuk daerah-daerah yang rawan banjir dan rawan longsor.

Data saat ini, kata Ernest, terdapat 1.005 jiwa atau 204 KK yang terdampak banjir di Kota Kupang. Pendataan juga masih terus dilakukan di lapangan. Koordinasi dengan lurah-lurah dan camat, khususnya yang wilayahnya masuk dalam daerah rawan bencana. “Curah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi ini diprediksi akan terjadi sampai 27 dan 28 Febaruari mendatang,” ujarnya.

BACA JUGA: Hujan Seharian, 115 Warga Mengungsi, 197 Rumah Terdampak Banjir

BPBD, kata Ernest, juga akan memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan, khususnya bantuan permakanan. Tetapi masih dilakukan pendataan agar semua masyarakat yang terdampak bisa dibantu.

“Kami juga memberikan bantuan selimut dan matras kepada para pengungsi tadi malam (23/2). Mereka semua sudah dipulangkan ke rumah masing-masing. Tadi malam kami juga merujuk 1 balita ke RSUD S. K. Lerik karena sakit. Sebelum para pengungsi pulang juga dilakukan tes swab antigen untuk memastikan tidak ada klaster baru,” ungkapnya.

Sementara itu, anggota Komisi IV DPRD Kota Kupang, Richard Odja mengatakan, pemerintah dalam hal ini BPBD, harus menyiapkan upaya antisipasi jangka panjang dan jangka pendek.

Jangka pendek, kata Richard, yaitu mendata semua kali yang membutuhkan tembok penahan dan bisa dianggarkan untuk pembangunan tembok pemahan. Contohnya di Kelurahan Naikoten I, Naikoten II, dan Kelurahan Oebobo di Gua Lourdes.

“Kalau untuk jangka panjang, pemerintah harus fokuskan pembangunan dengan melihat pada penataan daerah aliran sungai atau DAS dari hulu sampai ke hilir,” tegasnya.

Dia juga meminta pemerintah agar serius dalam menata daerah bantaran sungai, konservasi harus lebih fokus dan serius. “Fenomena banjir yang terjadi di Kota Kupang karena memang air mencari jalan untuk mengalir. Karena itu, air meluap ke jalan dan ke rumah warga karena DAS dan aliran air tidak ditata secara baik,” ungkapnya.

Politikus Partai Gerindra ini mengaku, masalah banjir merupakan tugas bersama DPRD dan pemerintah, untuk sama-sama merencanakan dan menganggarkan pembangunan daerah yang lebih baik. “Tujuannya agar masyarakat tidak dirugikan,” pungkas Richard. (r2)

  • Bagikan