Rumah dan Sawah Terendam Banjir, Ribuan Warga Terancam Lapar

  • Bagikan

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Curah hujan tinggi sepanjang Jumat (25/2) dan Sabtu (26/2), yang melanda wilayah Manggarai Timur (Matim) dan sekitarnya menyebabkan lahan sawah dan rumah warga, serta sejumlah fasilitas publik di Desa Satar Padut, Kecamatan Lamba Leda Utara (Laut), terendam banjir. Ribuan jiwa pun terancam kelaparan.

“Puncak hujan deras mengguyur wilayah Kecamatan Laut, Jumat dan Sabtu. Ada 284 hektare sawah dan 87 rumah milik warga di Desa Satar Padut, terendam banjir. Wilayah desa lain belum terdeteksi,” ujar Camat Laut, Agus Supratman, kepada TIMEX melalui sambungan telepon, Sabtu (26/2) siang.

Agus menduga, kemungkinan besar peristiwa banjir itu hanya terjadi di Desa Satar Kampas. Sementara dari desa lain belum ada laporan. Jumlah warga desa Satar Kampas yang terdampak bencana banjir dan hujan deras, untuk sementara mencapai sebanyak 802 KK, dan 3.045 jiwa.

“Potensi rumah dan areal sawah terendam air banjir, kemungkinan bertambah. Warga yang rumahnya terendam air banjir, mengungsi ke rumah sesama warga lainnya. Barang-barang penting dan bahan kebutuhan pokok juga ikut diungsikan. Ada sebanyak 3.045 jiwa terancam kelaparan, karena sawah mereka rusak terendam banjir,” ungkap Agus.

Selain rumah dan lahan sawah milik warga, kata Camat Agus, fasilitas publik seperti jalan raya, masjid, kompleks perkantoran, dan traktor atau alat bajak sawah turut terendam banjir. Bahkan sejumlah binatang peliharaan warga hanyut terbawa banjir. Banjir itu diakibatkan oleh meluapnya dua kali yang ada di wilayah tersebut, yakni kali Wae Laing dan Wae Rutung.

“Saat bersamaan juga, terjadi air laut pasang. Sehingga banjir meluap dan rambah permukiman warga, sawah, dan fasilitas umum lainnya. Peristiwa ini beruntung tidak disertai angin kencang,” sebut Agus.

Dikatakanya, selain hujan dan banjir, wilayah itu mengalamai kesulitan akses komunikasi masuk dan keluar, karena sinyal jaringan telekomunikasi terganggu. Bahkan, kata Agus, getaran gempa skala kecil pun sesekali terjadi. Kondisi sulit ini dilengkapi dengan padamnya arus listrik PLN.

Agus menambahkan, cuaca yang buruk itu juga membuat warga lima desa di pesisir laut, seperti Desa Satar Punda Barat, Satar Punda, Satar Kampas, Satar Padut, dan Desa Haju Wangi, yang mata pencaharianya nelayan turut jadi korban. Sebulan terakhir ini, warga setempat tidak bisa melaut akibat gelombang tinggi.

“Nelayan tidak berani melaut dan terpaksa memarkir alat tangkap ikan seperti sampan dan perahu motor, karena gelombang besar dan cuaca ekstrem. Selain itu, akibat lain para nelayan takut melaut karena gempa. Wilayah laut sangat dekat dengan titik gempa yang terjadi berapa hari terakhir,” katanya.

Meski dilanda bencana, Agus menuturkan, sejauh ini tidak ada korban jiwa. Hanya kerusakan barang dan kerugian pada hilangnya hewan ternak milik warga yang hanyut terbawa banjir serta hilangnya pendapatan bagi nelayan. Sejauh ini belum bisa dipastikan data kerusakan barang milik warga. Jumlah hewan milik warga yang terhanyut banjir, juga belum diketahui jumlahnya.

“Data pasti soal kerugian yang dialami oleh warga terdampak belum diketahui. Sebab cuaca di wilayah Laut ini masih ekstrem. Tapi kita taksasi kerugian materil, diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah,” pungkas Agus.

Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Matim, Petrus Subin, kepada TIMEX mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan via telepon dari Pemerintah Kecamatan Laut terkait peristiwa bencana yang terjadi di wilayah itu.

Menurut Petrus, pihaknya akan segera membawa bantuan darurat ke lokasi kejadian. “Saat ini kami masih di gudang. Kami persiapkan bantuan untuk segera bawa ke lokasi kejadian bencana di Kecamatan Laut. Rincian bantuan, kami belum bisa sampaikan, tapi intinya bersifat bantuan darurat seperti sembako,” kata Petrus yang menyebutkan bahwa untuk wilayah kecamatan lainnya belum ada laporan terkait dampak bencana ini. (*)

PENULIS: Fansi Runggat

  • Bagikan