BAJAWA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kabupaten Ngada kaya akan potensi kehutanan, salah satunya tanaman bambu. Tanaman bambu yang melimpah di Kabupaten Ngada mendapat perhatian Anggota DPR RI Dapil NTT I, Julie Sutrisno Laiskodat.
Politikus Partai Nasdem yang akrab disapa Bunda Julie ini menyatakan, ia akan memanfaatkan potensi ini untuk mendukung program pemberdayaan bagi kaum perempuan di Provinsi NTT. Apalagi sebelumnya Bupati Ngada, Paru Andreas, mengatakan bahwa bambu yang tumbuh subur di Ngada bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat setempat.
Bunda Julie yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTT menyatakan hal itu ketika bersama Deputi Bidang Koordinasi Pengelola Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Dr. Ir. Nani Hendiarti mengunjungi Kampus Bambu milik Yayasan Bambu Lestari (YBL) di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Jumat (4/3). Dalam kunjungan itu, rombongan disambut dengan suguhan alat musik tradisional bomberdom.
“Saya selalu mencari potensi yang ada di 3.300 desa di NTT. Dan Ngada ini, sebelumnya saya geluti kopi. Sekarang saya mulai melihat bambu sebagai potensi yang luar biasa,” ujar Bunda Julie kepada wartawan, Jumat (4/3).
Bunda Julie menginginkan keterlibatan ibu-ibu dalam melestarikan lingkungan di wilayah NTT. Untuk itu, ia berharap dukungan keilmuan dari YBL serta tentunya anggaran dari Pemprov NTT.
“Kenapa saya libatkan mama-mama, karena menurut saya perhutanan sosial biasanya diperankan oleh para pria. Jadi, saya mau menunjukkan bahwa perempuan itu bisa. Selain membantu secara ekonomi juga untuk pelestarian lingkungan,” katanya.
Menurut Bunda Julie, saat ini baru ada 20 desa bambu di NTT dari target 200 desa bambu yang diintervensi YBL. Ke-20 desa itu diperankan oleh ibu-ibu desa yang menjadi pelopor bambu.
“Kami sudah lakukan penyemaian bambu dan 20 desa bambu. Saya tidak mengerti soal bambu tapi proses dari hulu kita libatkan mama-mama. Nantinya ada YBL terapkan ilmu dan aksi nyata dan ada investor Indo Bambu sebagai hilirnya. Dengan potensi ini kita berkembang,” jelas Bunda Julie.
Sebelumnya, dalam testimoni yang difasilitasi pihak YBL, kelompok ibu-ibu di Maumere, Kabupaten Sikka berharap adanya tindaklanjut dari pemerintah terhadap proses pemberdayaan ibu-ibu. “Kami mau sampaikan kepada ibu Deputi tadi, bagaimana tindaklanjut ke depan. Kami berharap ada perhatian mengenai kelompok ibu-ibu sebagai pelopor bambu di wilayah desa,” kata Lordes, perwakilan ibu-ibu dari Maumere.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelola Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves, Dr. Ir. Nani Hendiarti menyatakan siap menindaklanjuti permintaan ibu-ibu terkait dukungan peralatan dan pendanaan dalam mengembangkan tanaman bambu.
Nani Hendiarti berjanji akan memproses proposal yang diajukan kelompok ibu-ibu dalam proses pengembangan bambu ke depannya. “Tadi sudah ada proposal yang disampaikan dan kami akan memproses proposal itu. Dalam Proposal ada dua cakupan permintaan oleh ibu-ibu pelopor bambu, yakni peralatan dan pendanaan. Pendanaan itu untuk pendampingan, nanti itu akan kita proses,” janji Dr. Nani.
Ke depan, tambah Dr. Nani, akan dilakukan pemetaan wilayah potensi bambu untuk mencapai target pengembangan 200 desa bambu yang diperankan ibu-ibu dan kebutuhan investasi termasuk pabrik.
Sementara itu, Bupati Ngada, Paru Andreas mengatakan, di Kabupaten Ngada, terdapat 10 kecamatan yang memiliki potensi bambu. Dari 135 desa di Ngada, lebih kurang 100 desa memiliki potensi bambu.
“Oleh karena itu, kami juga bersama pemerintah desa mendesain karena dalam arahan kami ataupun program kami, desa hendaknya memanfaatkan semua potensi untuk kepentingan warga desa, dan bambu adalah salah satu potensinya,” kata Bupati Andreas.
Ke depan, kata Bupati Andreas, dengan adanya kolaborasi antara Pemerintah Provinsi, PKK, dan kementerian, maka ini menjadi kekuatan dasar dalam mengembangkan potensi bambu sebagai penggerak ekonomi masyarakat. (*)
Penulis: Saver Bhula