Tolak Proyek Geothermal, Warga Wae Sano Demo ke Kantor Bupati Mabar Sambil Bawa Hasil Bumi

  • Bagikan

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sejumlah warga lingkar Danau Desa Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), menggelar aksi demonstrasi menolak pembangunan proyek geothermal di daerah itu.

Peserta aksi demo yang merupakan warga dari tiga kampung adat, yakni Dasak, Nunang, dan Lempe itu menyampaian aspirasi mereka dengan mendatangi kantor Bupati Mabar, Jumat (4/3).

Warga yang menggelar aksi demo ini melakukan long march dengan mengambil titik start di jalan raya, depan Gereja Katolik Roh Kudus Labuan Bajo. Sambil berjalan menuju kantor bupati, para orator melakukan orasi dengan diiringi gong/gendang. Tidak hanya itu. Ibu-ibu dan kaum pria peserta aksi mengenakan busana asli Manggarai. Kaum laki-laki mengenakan kain adat songket dipadu topi adat, sementara kaum perempuan tampil berkebaya.

Menariknya lagi, peserta aksi ini juga membawa serta sejumlah hasil pertanian/perkebunan berupa pisang, ubi-ubian, dan rempah-rempah seperti jahe dan kunyit, serta hasil bumi lainnya. Mereka juga membawa sejumlah poster bertuliskan, “Kami Mau Pariwisata Alam Bukan Perusak Alam”. “Pa’Jokowi Cabut Penetapan Geothermal Wae Sano.” “Jangan Gadaikan Rakyatmu”, dan sejumlah tulisan lain yang intinya menolak pembangunan geothermal di wilayah itu.

Para demonstran disambut sapaan adat tuak reis oleh Bupati Mabar, Edistasius Endi dan Wakil Bupati Mabar, dr. Yulianus Weng serta Sekda, Fransiskus S. Sodo di aula kantor bupati setempat.

Koordinator aksi, Fransiskus Napang mendapat kesempatan membacakan pernyataan sikap, yang intinya mereka mendesak pemerintah untuk mencabut izin pembangunan Panas Bumi Wae Sano serta menghentikan segala upaya paksa untuk melanjutkan proyek yang dinilai berbahaya ini.

BACA JUGA: Aksi Saling Dorong Warnai Demo PMKRI Tolak Proyek Geothermal di Mabar

“Kami mendesak bank dunia untuk menghentikan pendanaan terhadap proyek geothermal di ruang hidup kami,” tegas Fransiskus saat membacakan pernyataan sikap.

Sikap lain yang disampaikan Fransiskus mewakili masyarakat penolak pembangunan proyek panas bumi itu, yakni mendesak Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk berhenti mendukung dan memfasilitasi setiap upaya paksa untuk meloloskan proyek Geothermal Wae Sano. “Juga meminta Pemda untuk mengembangkan pariwisata alam berbasis komunitas yang mendorong ekonomi warga seperti pertanian dan peternakan,” tandas Fransiskus.

Sementara Bupati Mabar, Edistasius Endi dalam kesempatan itu mengatakan, proses masuknya geothermal ini sudah lama sejak tahun 2019. Guna meyakinkan warga, telah dilakukan juga studi banding dengan menyertakan sejumlah warga Wae Sano ke sejumlah titik luar proyek panas bumi di luar NTT.

Bupati Endi menegaskan bahwa, pada saatnya, jika proyek geothermal ini, berdasarkan hasil evaluasi dan analisisnya lebih banyak berdampak buruk bagi masyarakat, maka pemerintah akan berada di depan masyarakat untuk menyatakan penolakan. Tetapi tentu akan ada pertimbangan lain jika ada damak positifnya dari proyek geothermal ini.

Bupati yang akrab disapa Edi Endi ini menambahkan, pengembangan pariwisata oleh Pemkab Mabar untuk Wae Sano sudah menjadi komitmen melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) berupa penataan obyek wisata Danau Sano Nggoang. Juga penataan sebuah pulau kecil di tengah danau itu. “Pengembangan pariwisata Wae Sano itu sudah dalam agenda yang akan kita kerjakan melalui DAK dan APBD II Mabar,” jelas Bupati Edi Endi. (Krf7)

  • Bagikan