KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Gedung Gereja Katolik Kristus Raja Kupang (Katedral) sejak awal pekan lalu mulai dikosongkan. Barang-barang gereja seperti bangku dan peralatan lainnya sudah diamankan. Untuk bangku dibagi-bagi ke sejumlah stasi di lingkup Katedral Kupang. Ada juga kaca, kosen, dan altar utama diambil umat Gereja Katalik Oekabiti. Barang-barang lainnya diamankan di bengkel keuskupan di Kelapa Lima dan gudang Toko Nam.
Pengosongan dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada kontraktor pelaksana membangun gedung gereja yang baru. Gedung gereja baru dibangun dengan dana Rp 28 miliar, dengan sumber dana dari APBN dengan jangka waktu pekerjaan 240 hari atau delapan bulan.
Disaksikan TIMEX, pengosongan dan pengangkutan barang-barang gereja dilakukan oleh para anggota Orang Muda Katolik (OMK) Kristus Raja Kupang dibantu umat setempat.
Pastor Paroki Katedral Kristus Raja Kupang, RD. Ambrosius Ladjar, Pr yang ditemui di lingkungan Gereja Katedral Kupang, Sabtu (19/3) menjelaskan, aktivitas pengosongan telah dilakukan sejak awal pekan lalu usai misa hari Minggu, 13 Maret 2022.
Dikatakan, pengosongan dilakukan setelah Kementrian Pekerjaan Umum menetapkan pemenang tender pembangunan gereja tersebut. Adapun pemenang tender adalah PT. Betania Nusa Jaya, perusahaan dari Kupang.
“Ya kita mulai kosongkan karena kontraktornya sudah ada dan mau laksanakan pekerjaan. Pembangunan gedung gereja ini dilakukan oleh Kementerian PU dan tendernya juga dari sana, murni dari APBN dengan total anggaran Rp 28 miliar dengan waktu pengerjaan 240 hari dan masa pemeliharaan 6 bulan,” ungkap Romo Ambros.
Diakui Romo Ambros, Keuskupan Agung Kupang sebenarnya telah merencanakan pembangunan gereja tesebut sejak Tahun 2017. Namun karena berbagai kendala, kemudian akhir tahun 2019 wabah Covid-19 mulai ada sehingga tertunda. “Sebenarnya kita mulai tahun 2017, namun karena ada Covid-19 sehingga tertunda. Kalau pun tidak diambilalih oleh Kementrian PUPR, kita memang rencana tahun ini mulai kerjakan, apalagi Covid-19 sudah mulai berkurang, sehingga kita bebas bergerak,” ungkapnya.
Pembangunan gereja tersebut diambilalih Kementerian PUPR berawal sejak badai Seroja April 2021 lalu, dimana ada beberapa bagian gereja yang rusak terutama plafon. Usai badai, ada sejumlah pejabat dari Kementrian PUPR yang datang ikut misa hari Minggu dan bertanya-tanya ke pastor paroki.
“Saya sampaikan bahwa kita hendak bangun gedung baru. Dan setelah itu kita dapat informasi bahwa Kementerian PUPR akan menyiapkan dananya. Kita juga sebenarnya ada dana untuk membangun,” ujarnya.
Untuk melayani umat setiap hari Minggu dan misa hari raya gereja lainnya, menurut Romo Ambros, rencana awalnya akan dilakukan di Kompleks SMA Giovani Kupang, namun karena masih dalam persiapan dan masih dalam musim hujan maka umat Paroki Katedral Kristus Raja Kupang akan melakukan misa di beberapa gereja di bawah naungan Paroki Katedral Kristus Raja Kupang, seperti di Perumnas, Kelapa Lima, dan Oeleta.
Untuk pembangunan gedung gereja yang baru, menurut Romo Ambros, gedung tersebut dibangun dengan tetap mempertahankan bentuk asli Gereja Katedral Kristus Raja yang lama dan hanya ada penambahan di beberapa bagian. Demikian pula, makam Uskup Agung Kupang yang pertama Mgr. Gregorius Manteiro, SVD yang ada di sisi gereja tetap dipertahankan dan posisi kubur nanti ada di bagian depan.
“Bangunannya tetap satu lantai dan agak lebih luas, dan bagian depan gereja dengan menara yang ada loncengnya tetap dipertahankan atau dibangun sama seperti aslinya. Kalau sekarang ada aula, nanti tidak ada lagi. Sedangkan rumah pastor tetap ada di bagian belakang. Ada juga tanah milik Toko Piet di samping belakang sudah dihibahkan untuk gereja. Itu nanti akan menjadi satu kesatuan yang akan dibangun,” ujarnya.
Untuk diketahui, gedung Gereja Katedral Keuskupan Agung Kupang berdiri sejak 1962 yang berawal dari rumah pastor. Dalam perjalanannya, setelah Keuskupan Agung Kupang terbentuk hasil perluasan Keuskupan Atambua, rumah pastor tersebut dijadikan sebagai Gereja Ketedral Keuskupan Agung Kupang, dimana uskup pertamanya adalah Mgr. Gregorius Manteiro, SVD. Selama ini, gedung gereja tersebut tidak pernah direhab dan dan baru pada tahun 1995 ada penambahan di bagian samping dengan pembangunan balkon. Namun, menurut Romo Ambros, keberadaan balkon tidak terlalu berfungsi karena dibangun tidak seperti tribun.
Romo Ambros menyebutkan, Gereja Katedral menjadi bagian sejarah keberadaan Gereja Katolik di Kota Kupang. Walaupun yang lebih dulu adalah Gereja Kristen Kota Kupang di Kelurahan LLBK. “Disebut gereja besejarah memang bersejarah di Keuskupan Agung Kupang, tapi dia ini kemudian. Sedangkan gereja Kristen Kota Kupang dan beberapa gereja lainnya itu lebih dahulu ada,” demikian kata Romo Ambros. (yl/aln)