Desain Petani Milineal, Dinas P dan K NTT Buka Lahan TJPS di Kabupaten Kupang

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas P dan K) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak hanya mendidik siswa untuk mengetahui teori, namun harus mampu mengimplementasikan secara nyata ilmu yang diperoleh sebelum tamat.

Salah satu potensi yang masih dipandang sebelah mata namun memiliki penghasilan luar biasa adalah di sektor pertanian. Bertani masih dianggap sebagai pekerjaan bagi orang kecil. Padahal memiliki potensi peningkatan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan lainnya.

Melihat potensi ini, Dinas P dan K NTT mulai merubah pola pikir dan mindset masyarakat NTT dengan pendekatan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Program TJPS merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dengan melihat banyaknya lahan tidur yang belum dikelola secara maksimal oleh warga.

Untuk itu, Dinas P dan K NTT berencana membuka lahan baru minimal 100 hektare disetiap kabupaten dengan sistem pengelolaan akan diolah oleh para siswa SMA/SMK di NTT.

Demi mewujudkan mimpi besar tersebut, MKKS Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, dipimpin langsung Kepala Dinas P dan K NTT, Linus Lusi juga Staf Khusus (Stafsus) Gubernur NTT Bidang Energi dan Industri, Esau Eno Sam Koene mulai membuka lahan baru untuk TJPS itu di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Rabu (30/3). Lahan seluas 8 hektare yang diberi oleh pemilik lahan Anselmus Djogo ini akan dikembangkan program TJPS.

Kepala Dinas P dan K NTT, Linus Lusi mengatakan, merubah pola pikir masyarakat tentang dunia tani mulai didesain secara baik.

Dikatakan harus mulai dari usia menengah agar siswa bisa menikmati hasil dari pertanian sehingga saat tamat, tidak lagi memikirkan menjadi PNS saja. Tapi bagaimana memanfaatkan lahan kosong menjadi lahan produktif.

“Kita medesain petani milineal. Harus merubah mindset pelajar agar mereka berpikir dan terpola menjadi petani karena hasil pertanian sangat menjanjikan,” jelasnya.

Menurut Linus, lahan tersebut berhasil dibuka atad berkat kerja sama lintas sektor, terutama pihak sekolah SMA/SMK di Kota dan Kabupaten Kupang. Lahan yang dibuka mengunakan alat berat tersebut menjadi tanggung jawab sekolah mengelola lahan, menanam, merawat hingga panen.

Linus mengaku, pihaknya juga menggandeng pengusaha (offtaker) untuk langsung membeli hasil jagung dengan harga yang sudah ditentukan. Selain offtaker, kata Linus, pihaknya juga melibatkan kelompok peternak Fajar Raknamo sehingga bisa mewujudkan yang namanya program TJPS itu.

“Kita sudah atur jadi tidak ada alasan untuk tidak jalan. Bibitnya menggunakan bibit jagung R7. Yang akan tanam pihak sekolah melibatkan anak-anak sehingga bisa mendidik mereka bertani,” tandasnya.

Linus menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pemilik lahan yang bersedia memberikan lahan untuk mendukung program pemerintah. “Saya menganggap, Pak Anselmus ini adalah malaikat karena memberikan lahannya yang sangat luas untuk dikelola,” sebutnya.

BACA JUGA: Terapkan Smart Farming, Dua Petani Milenial Asal NTT jadi Jutawan

Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Energi dan Industri, Esau Eno Sam Koene mengatakan, Gubernur NTT sangat berharap program itu berjalan dengan dukungan dari guru juga kepala sekolah yang ada.

“Ini adalah langkah pertama. Untuk itu harus mengatur organisasi secara baik agar ada keteribatan dan tanggung jawab dari pihak yang ditugas agar apa yang dimulai bisa mendapatkan hasilnya,” katanya.

Dikatakan, pihak dinas harus membentuk suatu kelompok guru yang terorganisir secara baik dan harus ada person in charge (PIC) atau penanggung jawab disetiap daerah.

“Kalau ada penanggung jawab baru bisa. Ini kelemahan jadi jika ada, maka bisa mengevaluasi hasil kerja. Pasti ada masalah namun pasti akan bergurang pada mada tanam duanya,” harapnya.

Dirnya sangat mendukung upaya dari dinas pendidikan karena ketika ada ada hasil, siswa akan tertarik dalam terus belajar menanam dan dengan sendirinya akan merupah pola pikir mereka soal petani itu miskin.

Pemilik lahan, Anselmus Djogo dalam kesempatan tersebut mengatakan, lahan seluas 8 hektar itu merupakan bekas lahan peternakan yang sebelumnya dikelola oleh keompok ternak Fajar Raknamo.

Dalam lahan tersebut juga sudah tersedia tower tangki air (tandon), listrik serta kandang sapi yang sebelumnya dibangun atas kerja sama dengan Bank Indonesia (BI).

“Saya sampaikan terima kasih kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah bisa kerja sama dan memaksimalkan lahan tidur yang ada ini,” ungkapnya.

“Sebelumnya kami buatkan contoh lahan ternak dengan Danlantamal VII namun tidak berjalan maksimal. Sudah ada meteran dengan daya 5.500 watt dan 2.200 watt,” ungkapnya.

Anselmus berjanji, jika lahan tersebut dikelola dengan baik dan hasilnya baik, maka dirinya akan menambahkan luas lahan tersebut kepada dinas agar dikelola.

Anselmus mengaku sangat mendukung program TJPS untuk memaksimalkan lahan tidur dan memberdayakan masyarakat. Ia berharap, pihak Dinas P dan K NTT melibatkan kelompok ternak di desa tersebut demi mendukung terwujudnya program kerja tersebut.

“Lahan tersebut akan ditanam pada musim tanam ke II nanti, melibatkan semua sekolah. Rencananya lahan tersebut akan ditanam perdana oleh Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat,” kata Linus. (r3/ays)

  • Bagikan