Sawah Petani Kering Akibat Aktivitas Galian C di Compang Longgo

  • Bagikan

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sejumlah perusahaan swasta di Labuan Bajo seakan berlomba melakukan aktivitas tambang galian C disekitar Bendungan Wae Cebong, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo. Akibat aktivitas tambang itu, ratusan hektare lahan persawahan milik ribuan petani di wilayah itu mengalami kekeringan.

“Ada beberapa perusahaan yang melakukan aktivitas galian C di Desa Compang Longgo, meskipun keluarnya pakai nama kelompok masyarakat,” ungkap salah satu warga pemilik sawah di Walang, Benediktus Rana Lebar kepada TIMEX di Labuan Bajo, Senin (4/4).

Benediktus menyebutkan, selama ini, sedikitnya empat perusahaan besar melakukan aktivitas galian C di disekitar Bendungan Wae Cebong. Keempat perusahan itu, yakni PT. Floresco, PT. Bumi Indah, PT. Gunung Sari, dan PT. Tiara Mas. Perusahaan-perusahan ini hanya berada di belakang proyek itu, sementara yang di depan atas nama kelompok masyarakat. Seperti kelompok Handel Berseri, kelompok Handel Berubah, kelompok Landu Rejo, dan Kelompok Tiara Mas.

Dikatakan, dampak dari galian C ini, bendungan Wae Cebong mengalami kerusakan sehingga tidak dapat mengalirkan air sesuai kebutuhan ke persawahan yang ada di Walang, Weor, dan sekitarnya.

Akibatnya, ribuan petani yang memiliki lahan lebih kurang seluas 582 hektare, khususnya di Walang mengalami kekeringan. “582 ha itu baru di Walang saja. Belum di Handel, Weor, dan sekitarnya,” bebernya.

Benediktus melanjutkan, tidak hanya itu, dampak lainnya jembatan Handel juga mulai terkikis sehingga bisa roboh jika datang banjir besar serta persawahan mengalami kekeringan. “Dari Bendungan Wae Cebong ini, sebelumnya warga juga konsumsi untuk air bersih. Namun akibat aktivitas galian C menggunakan alat berat, maka air mulai tercemar,” jelasnya.

Menurut Benediktus, tahun lalu, hanya satu musim kelompok Handel Berseri sempat memperbaiki bendungan itu, melakukan normalisasi sebanyak tiga kali sehingga petani bisa tanam dan panen hasil. Tetapi selanjutnya sekarang sudah jebol dan rusak lagi.

Beny Adu –sapaan akrabnya– mengaku untuk mengatasi kejeringan sawah akibat rusaknya bendungan ini, petani membeli alat sedotan air sendiri agar bisa menyiram tanaman padi mereka juga ada yang membuat sumur bor sendiri.

“Kita desak provinsi untuk menertibkan perusahaan yang melakukan aktivitas galian C pada lokasi sembarangan yang tidak sesuai titik koordinat yang ditentukan dan segera memperbaiki Bendungan Wae Cebong agar petani bisa hidup,” pintanya. (Krf7)

  • Bagikan