BA’A, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Adelheid da Silva kembali mendapat kepercayaan sebagai Ketua Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Dewan Pengurus Cabang (DPC) Paroki St. Kristoforus Ba’a, Rote Ndao. Adelheid akan melanjutkan kepemimpinan periode keduanya tahun 2022 – 2025.
Adelheid terpilih menjadi Ketua WKRI setelah unggul tiga suara dari Maria Stefana Thius. Pemilihan ini mengikutsertakan tiga calon Ketua WKRI dalam Koferensi Cabang II DPC tersebut.
Selain Adelheid dan Maria, satu calon ketua lainnya adalah Mariana S. N. Thoma. Dalam proses pemilihan itu, Adelheid dan Maria lolos ke tahapan selanjutnya karena meraih hasil imbang dalam perolehan suara.
“Calon ketua ada tiga orang. Saya dan Ma Adel (Adelheid) punya suara 7-7, makanya kami pilih ulang,” kata Maria Stefana Thius, Ketua Panitia Konfercab II WKRI DPC Paroki St. Kristoforus Ba’a, Rote Ndao, kepada TIMEX, Selasa (5/4).
Maria yang juga sebagai salah satu calon ketua itu menjelaskan, mekanisme pemilihanya dilakukan melalui pemungutan suara. Di mana dari total pemilik suara, hanya 15 dari 18 yang hadir untuk memberikan suaranya.
Pemilihan tersebut, kata Maria, berlangsung di aula Hotel Videsy, Desa Persiapan Loman, Kecamatan Lobalain, Sabtu, (2/4). Usai pemiliham, dilanjutkan dengan acara perutusan terhadap pengurus terpilih di Gereja St. Kristoforus Ba’a, pada keesokan harinya, Minggu (6/4).
“Sebenarnya ada 18 pemilik hak suara, karena tiga tidak datang, maka yang ikut memilih hanya 15 orang. Dan di putaran kedua, hasilnya Ma Adel keluar sebagai pemenang dengan suara terbanyak. Saya dapat 6 suara, sedangkan Ma Adel 9 suara,” ucap Maria.
BACA JUGA: Buka Konfercab II WKRI DPC Paroki St. Kristoforus, Bupati Paulina Ajak Perempuan Bangkit
Dari hasil tersebut, kemudian dijadikan sebagai dasar untuk membentuk kepengurusan yang baru. Komposisinya, Adelheid da Silva, sebagai Ketua, Maria Stefana Thius (Wakil Ketua I), dan Mariana S. N. Thoma (Wakil Ketua II).
Ketua Terpilih, Adelheid mengatakan, pemilihan tersebut berlangsung demokratis. Melalui pemungutan suara, akhirnya ditetapkan tiga pimpinan, yang terdiri dari satu ketua dan dua orang wakil ketua.
Dikatakan, dengan kembali terpilih sebagai ketua organisasi tersebut, ia terus berupaya menyelesaikan beberapa program yang tertunggak. Diantaranya, mengangkat derajat perempuan melalui peningkatakan ekonomi dalam usaha UMKM.
“Itu yang akan kita berdayakan dengan program-program kegiatan yang kita lakukan. Contoh, peningkatan ekonomi dalam bidang usaha UMKM dalam bentuk kelompok,” kata Adelheid.
“Kita tidak bekerja sendiri, tapi bersinergi dengan pemerintah. Karena WKRI ini bukan organisasi internal gereja, tetapi merupakan organisasi sosial masyarakat yang tidak meninggalkan ajaran sosial gereja,” sambungnya.
Menurutnya, dalam ajaran sosial gereja juga seperti ajaran-ajaran lainnya untuk berkarya dengan tujuan membantu sesama serta mendukung program pemerintah. Sehingga untuk pembentukan kelompok UMKM, Adelheid menyebut, dimulai dari kelompok-kelompok kecil.
Kelompok tersebut, masih difokuskan terhadap kaumnya (perempuan). Tentunya dilakukan dengan menyesuaikan dengan kemampuan keuangan yang dialokasikan. “Kita tidak muluk-muluk, karena kita baru memulai tentunya kita juga harus menyesuaikan dengan anggaran. Karena pembentukan itu tidak saja sekadar membentuk tetapi juga semua persiapan. Sehingga target kita pertama itu kurang lebih di dalam (internal) kita dulu,” ungkapnya. (mg32)