Pemulihan Ekonomi, Tantangan Terbesar Gereja

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID- Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Betel Maulafa akhirnya bisa merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-17. Perayaan HUT ke-17 tepatnya tanggal 11 Mei 2022 bertempat di Gereja Betel Maulafa.

Memasuki usia ke-17 ahun, artinya memasuki masa remaja. Karena itu, mKa gereja dituntut untuk berperan lebih aktif untuk memberdayakan jemaat terutama agar jemaat bisa bangkit dari keterpurukan akibat dari pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama dua tahun ini. Lebih dari itu, gereja harus memberdayakan masyatakat agar bangkit dari keterpurukan pascabadai seroja yang terjadi pada April 2021 lalu.

Kegiatan syukuran HUT ke-17 Jemaat GMIT Betel Maulafa ini ditandai dengan ibadah yang dipimpin Ketua Klasis Kota Kupang Timur, Pdt. Samuel Benyamin Pandie yang digelat pukul 17.00 Wita.

Jemaat yang hadir dalam kebaktian HUT ke-17 tersebut mengenakan pakaian tenunan khas daerah masing-masing. Ada yang datang menggunakan pakaian adat Helong, Sabu, Sumba, Rote dan motif tenun dari berbagai daerah lainnya.

Pdt. Samuel Pandie mengatakan, tantangan terbesar gereja adalah pemulihan ekonomi.  Dan ketika gereja dan dunia siap untuk pemulihan ekonomi, yang terjadi justru ada perang antara dua negara besar yakni Rusia dan Ukraina.

Dampaknya, kata Pdt Samuel, banyak kenaikan harga terjadi dan menimbulkan gejolak di tengah masyarakat. Harga bahan bakar minyak (BBM) naik, harga minyak goreng dan bahkan pajak pun ikut naik.

“Jadi, ini menjadi tantangan gereja ke depan. Keunikan dari gereja GMIT adalah dibangun karena krisis, tapi bisa bertahan sampai sekarang. Artinya bahwa gereja mampu bertahan di tengah krisis bahkan gereja bisa dibangun dalam keterbatasan,” kata Pdt. Samuel.

Jadi, kata Pdt Samuel, tangangan setelah pandemi Covid-19 adalah ketika jemaat tidak yakin bahwa gereja dan jemaat bisa bertahan.

BACA JUGA:VBL Minta Gereja Kembalikan Kejayaan Sekolah GMIT

“Jemaat GMIT Betel Maulafa sendiri adalah bagaimana menghidupkan kembali jemaat yang dikenal dengan pertanian. Tantangannya sekarang adalah potensi apa yang akan dikembangkan di jemaat. Ada banyak potensi yang bisa dikembangkan dan ini harus bisa dibuktikan dengan inovasi, ide dan gagasan yang baru serta bersama-sama dengan jemaat, gereja harus bisa bangkit,” katanya.

Dia mengaku, dalam masa menjelang Paskah Tahun 2022 ini, mulai bangkit dengan berbagai kegiatan. Namun tentu saja tetap menjaga protokol kesehatan dengan kegiatan-kegiatan yang digelar dsn tidak boleh bereforia berlebihan.

“Tahun 2022, Paskah kali ini gereja harus bisa bangkit,” katanya.

Sementara itu, Ketua Majelis Jemaat GMIT Betel Maulafa, Pdt. Bengngu Djira, mengatakan bahsa di usia yang baru, gereja bersama dengan seluruh jemaat dan presbiter harus bisa bangkit dari pandemi Covid-19 dan badai seroja.

“Banyak jemaat yang terdampak saat terjadi badai seroja. Banyak rumah jemaat yang rusak. Karena itu, gereja bersama pemerintah memberikan perhatian agar mereka yang terdampak ini, bisa bangkit dari keterpurukan yang dialami selama ini” kata Pdt. Bengngu.

Dijelaskan bahwa gereja dan jemaat harus bisa bangkit kembali. Hal tersebut sebagai motivasi agar terus berjalan bersama Tuhan dan tentunya jalan yang mendatangkan damai sejahtera akan dibukakan.

“Kita melihat dari gereja, banyak tantangan yang dihadapi, perubahan zaman, tantangan lainnya bisa ditakulukan sampai saat ini, karena gereja berjalan bersama Tuhan. Kita harus memiliki motivasi yang positif dan yakin bahwa berjalan dalam Tuhan akan mendatangkan kebaikan,” tandas Pdt. Bengngu Djira. (r2/gat)

  • Bagikan

Exit mobile version