KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ikatan Keluarga Flobamora (IKF) di Papua Barat berkomitmen serta berjanji memperjuangkan hak-hak para pekerja tambang yang menjadi korban laka lantas dan meninggal dunia di Jalan Pegunungan Arfak-Manokwari, tepatnya di Distrik Minyambouw, Provinsi Papua Barat, Rabu (13/4).
Korban kecelakaan sebanyak 29 orang itu merupakan pekerja tambang di perusahan Toko Tengah Manokwari dengan beragam lama kerja.
Hal itu dikemukakan Ketua IKF di Papua Barat, Clinton Tallo kepada TIMEX saat ditemui di Bandara El Tari Kupang, Kamis (14/4). Clinton merupakan sosok yang mengantar kepulangan 18 jenazah warga NTT dengan pesawat carteran Lion Air langsung dari Manokwari tujuan Kupang.
Clinton menyebutkan, sejak peristiwa kecelakaan tersebut, perusahan bertanggungjawab atas semua kebutuhan termasuk mencarter pesawat untuk terbang langsung membawa 18 jenazah dari Manokwari ke Bandara El Tari Kupang maupun ke Bandara Frans Seda di Maumere. “Seluruh pembiayaan dan penanganan korban, baik yang meninggal dan yang sedang kritis di rumah sakit menjadi tanggung jawab perusahaan,” kata Clinton.
Dikatakan, selain biaya kecelakaan, hak-hak dari pekerja juga menjadi prioritas IKF NTT di Papua untuk diperjuangkan agar bisa diserahkan kepada keluarga atau ahli waris. “Hak-hak para pekerja akan kami perjuangkan setelah kembali dari NTT dalam rangka penyerahan korban ke keluarga,” ujarnya.
Clinton menjelaskan, hak-hak dari pekerja ini dipastikan dapat karena ada etikat baik dari pihak perusahaan. “Tentu pembayaran hak-hak ini kembali merujuk kepada peraturan ketenagakerjaan yang ada dan besarannya pun pasti berbeda karena para korban yang paling lama kerja itu 30 tahun dan ada yang baru kerja dua minggu,” jelasnya.
Clinton menyebutkan, pihak perusahan tambang emas tersebut merupakan milik salah satu pengusaha asal Atambua, Kabupaten Belu, sehingga memudahkan dalam komunikasi dan koordinasi.
“Kebetulan bos perusahaannya itu asal Atambua juga sehingga tedak heran kalau banyak pekerjanya datang dari Atambua,” sebutnya.
Pada kesempatan tersebut, Clinton juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh diaspora Papua Barat yang telah terlibat dalam proses evakuasi hingga pengiriman kembali jasad para korban ke kampung halaman masing-masing.
Hal yang sama juga disampaikan kepada Pemerintah Provinsi NTT maupun kabupaten asal para korban yang telah membantu mengurus akan kebutuhan pengiriman jenazah. “Pemda, DPRD NTT dan semua yang terlibat dalam melancarkan pengiriman para korban, kami atas nama IKF dan keluarga menyampaikan terima kasih,” ucap Clinton.
Clinton sebelumnya menyebutkan, dari 18 korban tersebut, sebanyak 15 orang berasal dari Kabupaten Belu dan Malaka, 1 orang dari Amarasi, Kabupaten Kupang, 1 orang dari Kabupaten Sikka, dan 1 orang lagi dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dia menyebut, semua warga merupakan pekerja tambang pada perusahaan milik Toko Tengah Manokwari.
Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat, Otto Pororongan menambahkan, selain korban meninggal, ada sejumlah korban yang selamat namun harus mendapatkan perawatan serius disejumlah rumah sakit, yakni RS Warmare, RSUD Manokwari, RSU Papua Barat, dan RS TNI AL.
Sementara Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Josef Nae Soi mengatakan, peristiwa tersebut masuk dalam bagian kecelakaan kerja sehingga biaya transportasi untuk pengantaran jenazah ditanggung pihak perusahaan yang bersangkutan. Sementara pihak Pemprov NTT menyediakan ambulans untuk mengantar tiap jenazah ke rumahnya masing-masing.
“Hal-hal lain yang berkaitan dengan nasib para korban akan dibicarakan dengan pihak IKF NTT dan perusahaan tempat bekerja para korban. Saya juga sudah menghubungi Gubernur Papua Barat (Dominggus Mandacan, Red) untuk membantu mengurus hak-hak para korban kecelakaan tersebut,” kata Wagub.
Wagub Josef Nae Soi mewakili Pemprov dan Rakyat NTT menyampaikan turut berbelasungkawa yang mendalam atas kematian 18 warga asal NTT yang mengalami kecelakaan di Papua Barat, Rabu (13/4).
“Kita juga berdoa, korban yang kritis di rumah sakit dapat segera sembuh. Saya yakin bahwa ini adalah rancangan Tuhan sehingga tepat di hari raya Paskah, mereka dipanggil pulang bersama Tuhan Yesus,” ungkap Josef Nae Soi. (r3)