Komunitas Au Manekat Tasi Tanam Bibit Terumbu Karang di Teluk Kupang

  • Bagikan

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Komunitas Au Manekat Tasi kembali menggerakkan penanaman bibit terumbu karang di wilayah Teluk Kupang pasca Badai Seroja menerjang wilayah Kota Kupang April 2021.

Pada 9 April 2022, komunitas yang dipimpin Aipda Joel Bolang ini melakukan penanaman bibit baru di batu karang yang sudah mati. Tiap titik penanaman ini telah dipersiapkan pada 2 April. Ada sekitar 300 bibit baru yang dipasang saat itu. Bibitnya sendiri dari bekas terumbu karang yang terdampak Badai Seroja dan ditemukan masih hidup di pasir.

Anggota Dit Polair Polda NTT ini menyebut, ada sekitar 300 bibit terumbu karang di wilayah Pantai Nunhila yang berhasil ditransplantasi. Kegiatan seperti ini telah dilakukan keempat kalinya pasca Badai Seroja. Awal proses dilakukan pasca badai 5 April 2021 itu. Komunitas ini telah menambah bibit terumbu karang baru di lokasi terdampak. Hampir 2.000 bibit yang ditanam kembali hingga saat ini.

Wilayah Teluk Kupang, yakni di perairan Namosain sudah dua kali ditanami bibit terumbu karang. Kali pertama ditanam 250 bibit, lalu menyusul penanaman kedua sebanyak 1.200 bibit, kemudian penanaman di perairan Air Cina sekira 500 bibit beberapa waktu lalu, dan terakhir sebanyak 300 bibit. “Semua bibit baru yang kita ambil dari alam yang ada peluang hidup,” ungkapnya kepada TIMEX, Senin (11/4) lalu.

Aipda Joel mengatakan, komunitasnya terdapat sekira 20 anggota, baik penyelam maupun bukan penyelam. Penyelam bertugas mengikat bibit-bibit ini di dalam laut. Sedangkan media tanam spider atau kerangka besi berbentuk jaring laba-laba bisa diikat di darat bibitnya lalu di bawa ke dalam laut.

Rata-rata ada 8 hingga 10 penyelam yang turun ke dasar laut membawa bibit terumbu karang ini. Sementara untuk merangkai rangka spider ini memang membutuhkan banyak tenaga. Untuk merangkainya harus cepat dilakukan agar tidak cepat mati bibitnya sebelum dibawa ke laut.

Progres penanaman pada proses awal yang dilalukan komunitas ini sendiri presentasi kehidupannya telah 90 persen dan sisanya terdampak sampah yang nyangkut di bibit tersebut sehingga menghambat pertumbuhan.

Maka dari itu tiap bulan timnya memeriksa pertumbuhan tiap bibit yang ditanam agar tidak terhambat dengan membersihkan terumbu karang yang mulai berkembang ini dari sampah. “Sampah lebih dari seminggu saja bibit-bibitnya bisa mati karena tidak bisa makan,” jelas dia lagi.

Menurut dia, tidak ada kendala dalam mendapatkan bibit terumbu karang. Bibit ini memang butuh substrat atau media untuk bertumbuh sehingga bibit yang ditemukan di pasir harus segera dimanfaatkan untuk berkembang kembali. Bibit ini bisa didapatkan juga dengan snorkeling di sekitar perairan Bolok dan Semau.

Aipda Joel juga menyampaikan perbedaan besar akibat Badai Seroja. Saat snorkeling dan diving, baik sebelum dan setelah Badai Seroja, ditemukan kondisi terumbu karang yang jauh berbeda. Terumbu karang dapat terlihat jelas hancur seluruhnya karena Badai Seroja. “Perbedaan jauh sekali. Dulu warna-warni tapi habis Seroja itu yang ada hanya karang mati,” kata dia.

Wilayah terdampak seluruhnya mulai dari Pantai Pasir Panjang, Nunhila, Namosain hingga wilayah Tenau. Kondisi sekarang ini terumbu karang di wilayah Teluk Kupang memprihatinkan.

Bom ikan, potassium juga sampah memang sangat mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang, tetapi dampak destruktif paling parah adalah Badai Seroja ini. “Ini lebih parah, kita tidak bisa bedakan mana kerusakan karena bom atau potasium tapi ini merata rusaknya,” sebut dia.

Menurut Aipda Joel, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang maupun lurah setempat, tetapi belum ada respon aktif yang didapatkan selama kegiatan tersebut mereka lakukan.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT) dan Undana juga pernah terlibat dalam kegiatan ini. Namun dari BBKSDA NTT hanya mempunyai satu penyelam yang juga tidak terlibat langsung karena berada di luar Kupang.

BBKSDA belum memberi tanggapan terkait 2000 bibit terumbu karang yang hampir dicapai ini. BBKSDA sendiri pernah terlibat saat bibit yang ditanam mencapai 1.500 bibit. Menurut dia BBKSDA antusias terhadap kegiatan ini tetapi tidak dapat terlibat banyak.

Pada sisi lain, Aipda Joel mengaku, perilaku masyarakat pesisir pantai sendiri sudah berubah setelah memperhatikan kegiatan yang telah dilakukan komunitas mereka. Kebersihan diperhatikan dan masyarakat ingin terlibat bersama mereka. Tiap kegiatan juga mereka bertukar pendapat dengan warga pesisir pantai. “Nunhila sendiri misalnya, masyarakat bahkan menawarkan perahu, yang sebisa mereka dapat lakukan,” sebut dia seraya menambahkan, sesuai rencana, kelompok ini akan bergeser ke wilayah Pasir Panjang untuk kegiatan selanjutnya. (r2)

  • Bagikan