Berkat Program Kementan, Petani Milenial NTT Sukses Beternak Sapi

  • Bagikan
Yulia Krisanti Asuat, siswi SMP-PP penerima program PWMP dengan sapi peliharaannya. (FOTO : Dok. SMK-PP Kementan)

KUPANG-Yulia Krisanti Asuat merupakan salah satu siswa SMK-PP Negeri Kupang yang menerima dana program PWMP dari Kementrian Pertanian (Kementan) melalui BPPSDMP. Seperti yang telah diketahui, program ini bertujuan mendorong lahirnya generasi petani dan menumbuhkan jiwa serta semangat dalam berwirausaha, baik mengelola sekaligus mengembangkan usahanya.

Seperti yang dikatakan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo bahwa masa depan pertanian ada di tangan anak-anak muda, di generasi milenial. Untuk itu, Kementan selalu berupaya agar banyak generasi milenial turun ke sektor pertanian.

Dalam usaha ini, Yulia memilih komoditi penggemukan ternak sapi potong. Saat masih menjadi siswa, ia memulai usaha pada awal tahun penerimaan dana 2017-2018, dengan komoditas yang di budidayakan adalah penggemukan babi pedaging.

Memasuki tahun 2019 - sekarang, usaha ini dijalankan di Kecamatan Bikomi Nilulat, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sehingga komoditas diganti dengan kegiatan penggemukkan sapi pedaging dan budidaya sapi potong.

Pemasaran ternak sapi ini, dilakukan di beberapa pasar tradisional yang bekerja sama dengan pedagang hewan serta dapat dipasarkan ke masyarakat sekitar wilayah Kabupaten TTU.

Untuk harga jual satu ekor ternak sapi disesuaikan dengan berat badan dan umur sapi tersebut. Setelah proses pemeliharaan, periode pertama ternak sapi yang sudah dimiliki dijual dengan harga Rp 10.000.000. Setelah itu, Yulia membeli lagi ternak dengan umur yang lebih muda untuk tujuan penggemukan dengan harga Rp 5.000.000.

Periode kedua penjualan sapi dijual dengan harga Rp 8.000.000, lalu pada periode ketiga, Yulia membeli bakalan dengan harga Rp 5.000.000. Omzet sementara saldo berjumlah Rp 11.000.000 ditambah 1 ekor sapi yang sementera dipelihara.

Yulia mengaku, dalam menjalankan usaha apapun tidak akan luput dari tantangan. Yulia mengaku sempat mengalami beberapa kegagalan karena banyak ternak yang terpapar virus maupun penyakit. Kemudian akibat pandemi Covid-19, usahanya terhenti sejenak, dan mengalami beberapa kerugian.

Apalagi usaha yang sudah memasuki tahapan kemandirian maka pasti akan selalu bertemu dengan berbagai kesulitan baik dari kalangan masyarakat yang tentunya akan menjadi pembelajaran bersama dalam menjalin kemitraan dengan orang lain, maupun tantangan dari ternak itu sendiri seperti agaimana cara merawat ternak yang dapat menghasilkan kualitas daging yang baik untuk dijual di pasaran.

“Maka saya selaku wirausaha muda sangat berterimakasih karena orang tua dan pihak sekolah telah mendukung saya menjalankan usaha hingga saat ini,” terangnya.

Yulia berharap kedepannya ia ingin agar dapat memiliki usaha peternakan sapi dengan lahan sendiri sehingga mampu memperluas kegiatan usaha menjadi lebih besar.

“Menjalin kerja sama dengan mitra lain menjadi salah satu impian besar saya, serta bisa memperluas jaringan pemasaran tidak hanya dalam kota saja melainkan keluar kota bahkan keluar provinsi,” tambahnya.

Mentan Syahrul Yasin Limpo, menyatakan pertanian harus didorong menjadi subsektor ekonomi yang maju, mandiri, dan modern. Dan hal ini didukung oleh kapasitas SDM pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing. “Dan hal tersebut harus didukung oleh kapasitas SDM pertanian yang professional, mandiri, dan berdaya saing,” ujar Mentan Syahrul.

Syahrul optimistis kaum milenial yang inovatif dan memiliki gagasan yang kreatif akan mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

Senada dengan pernyataan Mentan, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi juga mendukung program PWMP dan menyemangati para pelaku usaha milenial untuk mensukseskan pertanian.

"SDM yang tentunya berdaya saing tinggi, berkompetensi dan jeli melihat potensi pasar," katanya, saat menjelaskan dukungan-dukungan yang diberikan BPPSDMP terhadap program kegiatan BPPSDMP yang menjadi skala prioritas,“ tandas Dedi. (*)

Penulis: Luluk J. Pertiwi
Editor: Luthfi Retriansyah

  • Bagikan