KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah menantang pemerintah desa di Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang untuk membangun perpustakaan atau taman baca guna meningkatkan literasi masyarakat desa setempat.
Anita mengatakkan, membuka perpustakaan tersebut menjadi program pemerintah dan memiliki anggaran khusus. Dan pihaknya menyiapkan media pendukung lainnya demi memajukan niat membaca masyarakat.
Hal iru disampaikan Anita kepada Kades Lifuleo, Kades Toblolong, Tesabela, Oenaek, Kades Bolok, dan Lurah Batakte saat reses anggota DPR RI di destinasi wisata Pantai Air Cina, Selasa (10/5).
Anita Gah mengatakan, pihaknya kembali menyelenggarakan kegiatan rutin sebagai DPR di wilayah tersebut. Dua tahun silam, dirinya mendatangi wilayah tersebut dan kini ia kembali untuk menyerap dan mendengar hal-hal yng sudah dikerjakan pemerintah dan yang masih menjadi pergumulan masyarakat.
Anita menyampaikan, sesuai bidang tugas di komisi, yakni Komisi X, ada empat mitra kerjanya diantaranya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Perpustakaan Nasional.
Khusus bidang Perpustakaan Nasional, Anita mengaku ada program pembentukan perpustakaan di desa sehingga ke depan pemerintah desa ditantang untuk membangun perpustakaan agar bisa mengajak masyarakat lebih banyak meluangkan waktu membaca.
Diketahui, NTT merupakan salah satu provinsi dengan tingkat literasi yang rendah, karena itu harus didorong mulai dari tingkat paling bawah.
"Saya minta fan memberikan tantangan kepada kepala desa masing-masing untuk membentuk perpustakaan desa. Untuk kebutuhan buka nanti kita koordinasi agar mengisi sumber-sumber buku karena kita ingin literasi harus dibangun dari desa. Bagaimana kita mau pintar kalau kita sendiri tidak membaca. Dengan membaca kita dapat memahami banyak hal," ungkap Anita kepada TIMEX di Kupang, Rabu (11/5).
Selain itu, politikus Partai NasDem ini meminta kepada kaum perempuan di desa agar dapat mengembangkan kreatifitas individu maupun kelompok sehingga bisa menarik banyak pengunjung ketika hendak ke lokasi wisata atau kebutuhan lainnya.
Anita mengaku menyerap berbagai persoalan lain masyarakat, dimana di bidang pendidikan, ia tidak menginginkan adanya anak-anak putus sekolah karena pemerintah telah menyediakan anggaran melalui program yang sudah disediakan.
"Masyarakat yang hadir saat ini harus bersyukur karena siswa SMA dan SMK sudah mau masuk kuliah namun jika kendala maka saya bisa diperjuangkan sesuai dengan kemampuan saya," katanya.
Untuk mendukung pariwisata di lokasi pariwisata Air Cina, Anita menyumbang 1.000 meter kawat duri dan membagikan sembako kepada masyarakat sekitar.
Kades Lifuleo, Suingly Sai mengatakan, pariwisata menjadi pergumulan bersama dan telah dialokasikan anggarannya melalui dana desa namun dua tahun terakhir tidak bisa berbuat banyak karena kedala pandemi Covid-19.
Dikatakan, pariwisata harus menunjang pengunjung tetapi fasilitas tersebut belun bisa disediakan. "Pekerja di sini pun tidak bisa di bayarkan secara baik bahkan satu tahun itu hanya Rp 1 juta. Namun kami tetap optimisi untuk majukan desa melalui pariwisata dan kami membutuhkan dana tambahan untuk benahi pariwisata," sebutnya.
Soal pendidikan, di desa-desa banyak anak putus sekolah karena ekonomi yang tidak menunjang. "Kami berharap untuk memperjuangkan hak pendidikan kami," katanya.
Suingly juga membeberkan persoalan stunting di desanya karena hingga saat ini belum menemukan solusinya secara baik. Namun dirinya setelah menjabat lima bulan terakhir hanya berharap dana desa untuk itu terobosan yang dilakukan, membangun koordinasi untuk membangun ekonomi masyarakat mengelola lahan-lahan tidur yang ada.
Ia juga ke depan akan membahas pembangunan perpustakaan desa sehingga masyarakat lebih banyak membaca dan menambah pengetahuannya. "Anak-anak mau belajar silakan membaca ke taman baca ini. Ini saran yang bagus. Kami akan lakukan kedepannya," tegasnya.
Kades Bolok, Yeskial Tabun mengeluhkan fasilitas kesehatan yang masih minim karena dengan 760 kepala keluarga kurang mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam kesempatan tersebut dirinya meminta agar bisa memperjuangkan pembangunan gedung Puskesmas agar dapat melayani masyarakat di tiga desa.
Untuk bidang kreatifitas masyarakatnya telah membentuk kelompok dengan tujuan mengembangkan kemampuan kaum perempuan dalam mengembangkan tenun ikat Helong. "Kami juga akan mengembangkan perpustakaan di desa kami," tuturnya.
Keluhan lain juga disampaikan Kepala Desa Toblolong, Zet Ngadas, Kades Tesabela, Mateos Dafa, Kades Oenaek, Hetman Lani, dan Lurah Batakte Ebenheser Tifu. (r3)
Editor: Marthen Bana