BMKG: Suhu Panas di Bulan Mei Bukan Fenomena Heat Wave

  • Bagikan
PANAS TERIK. Andarrell, warga Kabupaten Kupang ini berjalan di Rest Area PLBN Motamasin, Kabupaten Malaka pada 2 Mei 2022 lalu di bawah teriknya panas matahari. Tampak Andarrell meneguk air mineral yang dibawanya. (FOTO: MARTHEN BANA/TIMEX)

JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Cuaca panas terik di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) puncaknya selalu pada setiap bulan Oktober. Namun, akhir-akhir ini, suhu udara di siang hari terasa sangat terik, seolah matahari tepat di atas kepala. Bahkan, pada malam hari, rasa gerah pun tak terhindarkan. Ternyata kondisi ini terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia.

Hal ini diamini oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Berdasar data suhu maksimum harian per 9 Mei 2022, suhu udara terukur dengan kisaran 34–36,1 derajat Celsius terjadi di sejumlah wilayah. Antara lain, Ciputat, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Cijabodetabek), Kertajati, Jawa Barat; Tegal, Jawa Tengah; Kalimarau, Kalimantan Utara; Sentani, Papua; Palu, Sulawesi Tengah hingga Kupang, NTT.

Suhu maksimum tertinggi hingga 36,1 derajat Celsius terjadi di wilayah Tangerang, Banten, dan Kalimarau, Kalimantan Utara. "Umumnya di Jabodetabek, dengan suhu kisaran 35–36 derajat Celsius,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Kamis (12/5).

Guswanto memastikan, kondisi tersebut bukan fenomena gelombang panas atau heat wave. Cuaca panas yang terjadi hanyalah variabilitas suhu harian yang disebut panas terik.

Menurut Guswanto, tak ada istilah heat wave di wilayah Indonesia. Terlebih jika melihat terminologi gelombang panas menurut WMO, yang artinya fenomena kenaikan suhu panas di permukaan bumi yang terjadi hingga 5 derajat atau lebih dari kondisi normal. Lalu, kenaikan itu terjadi dalam kurun beberapa hari berturut-turut.

Kondisi tersebut, lanjut dia, biasanya terjadi di wilayah lintang menengah/tinggi di sekitar Benua Eropa atau Amerika Serikat. Kondisi tersebut dipicu oleh dinamika atmosfer di wilayah lintang menengah seperti adanya front atau desakan massa udara yang lingkupnya sangat luas.

”Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia berbeda, di mana kondisi suhu panas yang cukup terik merupakan salah satu fenomena cuaca. Dan ini terjadi pada periode-periode pancaroba,” jelasnya. (mia/c17/oni/JPG)

  • Bagikan