KUPANG-Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengingatkan, industri peternakan memasuki era baru, yaitu era industri 4.0 yang menggunakan lebih banyak teknologi. Tren industri 4.0 ini menuntut perubahan yang dilakukan oleh setiap industri. Salah satunya bisnis peternakan.
Mentan Syahrul juga menambahkan, ada berbagai aspek yang menjadi titik pengendalian program, diantaranya peningkatan kualitas pakan, bibit, kesehatan hewan, pengendalian pemotongan betina produktif dan pasca panen, pengolahan produk asal hewan serta manajemen usaha. Untuk itu, Kementan terus konsisten memperhatikan dan mendorong usaha peternakan rakyat dan memprioritaskan keberadaan ternak lokal dalam pemenuhan pangan asal ternak dalam negeri.
Untuk itu, Kementan siap menumbuhkan wirausahawan muda pertanian dengan memberikan bantuan modal usaha kepada generasi muda untuk menjadi agripreuner atau pengusaha muda yang bergerak di sektor pertanian melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).
PWMP merupakan salah satu kegiatan Kementan dalam rangka mewujudkan regenerasi petani yang dirancang untuk penyadaran, penumbuhan, pengembangan dan pemandirian minat, ketrampilan, dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian.
Selanjutnya, mengembangkan peluang bisnis bagi lulusan sehingga mampu menjadi job-creator di sektor pertanian (agribisnis), dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan pertanian sebagai center of agripreneur developmen berbasis inovasi agribisnis.
Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi, Kementan harus mensupport melalui pendidikan vokasi yang mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) pertanian yang profesional, mandiri, dan berdaya saing. Tentunya petani milenial yang melek teknologi. Karena generasi inilah yang akan memberikan kontribusi terbesar nanti bagi pertanian Indonesia.
“Diharapkan melalui program PWMP ini akan berdampak baik untuk kedepannya terus menciptakan petani milenial yang memiliki kemampuan berwirausaha yang baik dan selalu berusaha memajukan pertanian Indonesia,” tegas Dedi.
Viktorianus Juan Soares, salah satu siswa penerima dana program PWMP dibidang usaha penjualan ayam broiler ternyata cukup sukses dari Kabupaten Belu. Program PWMP ini adalah salah satu program Kementan untuk menciptakan generasi petani milenial, meliputi tahap penyadaran dan penumbuhan. Tahap penyadaran meliputi persiapan, sosialisasi, seleksi, pembekalan berupa bimbingan teknis, dan penyusunan rencana bisnis. Tahap penumbuhan, dimulai pelaksanaan wirausaha dan pendampingan.
Pada awal usaha, Viktor bersama dua temannya sesama siswa di SMK-PP Negeri Kupang memilih usaha penggemukan ternak babi. Namun usaha ini mengalami kerugian dikarenakan adanya wabah penyakit African Swine Fever (ASF) yang menyerang ternak babi dan menyebabkan seluruh ternak babinya mengalami kematian.
Bermodalkan sisa dari usaha sebelumnya sebesar Rp 5.000.000, Viktor kemudian mendirikan usaha secara mandiri dan mengganti komoditi usahanya menjadi ayam broiler. Sebagaimana diketahui bahwa ayam merupakan ternak dengan penghasil daging yang relatif cepat dan harga relatif murah. Sehingga konsumsi daging masih menjadi favorit untuk lauk pauk sehari-hari.
“Tujuan saya menjalankan usaha ini, tiada lain, karena saya ingin mendukung program pemerintah sehingga dapat memberi kontribusi kebutuhan ayam broiler khususnya di Belu. Saya juga ingin membuka lapangan pekerjaan bagi diri sendiri agar ketika lulus dari SMK-PP, saya tidak perlu mencari pekerjaan karena saya sudah bisa menjadi job creator,“ ujar Viktor.
Demi terus menghasilkan SDM berkualitas, Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi tak henti-hentinya menyampaikan bahwa sektor pertanian kini adalah lapangan kerja yang terbuka dan tersedia sehingga harus terus berupaya mencetak qualified job seeker dan qualified job creator yang siap terjun di dunia pertanian.
Maka dari itu sebagai salah satu lulusan yang dari sekolah yang berfokus pada sektor pertanian, Viktor merasa dirinya ingin terus mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama bersekolah agar bisa ia terapkan di masyarakat melalui bisnis ini.
Untuk pemasaran ayam broiler ini, Viktor mengaku masih menggunakan sistem menjual ke pasar-pasar tradisional di sekitar lokasi usaha. Setiap ekor ayam ia jual dengan harga Rp37.500,00. Ini merupakan harga yang sangat terjangkau.
Viktor menyebutkan, setiap bulannya ia bisa menjual antara 25 - 30 ekor ayam. Target selanjutnya akan mencoba memasarkan langsung ke pasar tradisonal dan rumah-rumah makan. Karena rata-rata, di setiap rumah makan selalu menjual menu olahan ayam, baik ayam goreng, ayam bumbu, ayam sayur, dan lainnya sehingga kebutuhan rumah makan akan ayam broiler sangat tinggi.
“Walaupun pesaing sesama penjual ayam broiler sangat banyak, namun saya optimis bisa menjual ayam dengan kualitas baik dan mendapatkan banyak pelanggan. Semoga kedepannya saya bisa memperluas lahan untuk kandang agar bisa memelihara lebih banyak ayam sehingga bisa menjual lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ayam broiler,” tambah Viktor. (*)
Penulis: Luluk J. Pertiwi