Wabup Rote Ndao Launching Revitalisasi Wisata Inklusi Berbasis Gedsi

  • Bagikan
Wabup Rote Ndao, Stefanus M. Saek foto bersama setelah meluncurkan program revitalisasi wisata inklusi, di Hotel New Ricky, Kamis (19/5). (FOTO: Max Saleky/TIMEX)

BA'A, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Wakil Bupati (Wabup) Rote Ndao, Stefanus M. Saek, me-launching program penanggulangan dampak Covid-19, bertempat di Hotel New Ricky, Kamis (19/5).

Program tersebut dilakukan melalui revitalisasi desa/kelurahan wisata inklusi dan workshop pemetaan kebutuhan dan kapasitas multi pihak untuk mendukung kepariwisataan dengan pendekatan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (Gedsi).

Wabup Rote Ndao, Stefanus M. Saek dalam sambutannya menyatakan, pemerintah mendukung program tersebut agar berdampak baik bagi kesejahteraan rakyat. Di mana, pemerintah hingga saat ini, terus meningkatkan upaya-upaya penanggulangan dampak Covid-19, baik secara langsung pada tingkat nasional maupun melalui proses penyerahan mandat kepada pemerintah daerah.

"Secara regional, di Provinsi NTT, para pelaku UMKM di pedesaan terkena dampak buruk dari pandemi Covid-19. Seperti pengrajin tenun, pengrajin cindera mata, dan penyedia makanan khas daerah. Ini terjadi sejak ada larangan bepergian, kerumunan atau pembatasan," kata Stefanus M. Saek, Kamis (19/5).

Akibatnya, kata Wabup Stefanus, menurunkan pendapatan dari ketiadaan aktifitas orang. Bahkan terdapat komponen yang ikut hilang, seperti desa-desa wisata. Padahal, kondisi desa-desa wisata di NTT, sebut Wabup, telah bergeliat dengan aktifitas perekonomiannya. Namun, saat ini menjadi tidak berdaya, dengan menumpuk hasil kerajinan tenun karena tidak ada pembeli.

Dikatakan, dampak tersebut sebelumnya sudah diprediksi oleh PIAR-NTT, yang bermitra dengan Yayasan Swara Parangpuan Sulawesi Utara didukung oleh pemerintah Australia. Bahwa dampaknya begitu kompleks terhadap aktivitas perekonomian warga.

Sehingga untuk tindakan penanggulanganya, bersama mitranya, PIAR NTT saat ini, mengajukan program penanggulangan dampak Covid-19 melalui revitalisasi desa/kelurahan wisata inklusi di NTT. Dan di Rote Ndao, program tersebut dilakukan di Kelurahan Mokdale, Namodale, dan Desa Ba'adale, di Kecamatan Lobalain, dan Maubesi di Kecamatan Rote Tengah.

Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerintah daerah, tokoh adat, tokoh agama, UMKM, dan aktor pariwisata. Selanjutnya meningkatkan daya juang pelaku UMKM dalam pengelolaan usaha, melalui pelatihan dan pemasaran produk-produk baik secara offline maupun secara online.

"Apabila program ini telah kita jalankan dengan baik, maka terpenuhilah prinsip No One Left Behind (Tanpa ada satupun tertinggal)," kata Wabup Stefanus.

Wabup juga berterima kasih karena kegiatan ini bisa diimplementasikan di Rote Ndao. "Kita harus menerima dengan baik terhadap pelaksanaan program ini dan memberi dukungan penuh kepada PIAR NTT, untuk mengimplementasikanya di Rote Ndao, terkhusus di 2 desa dan kelurahan serta kelompok inklusi," ungkapnya.

Sementara itu, Koordinator PIAR NTT, Sarah Lery Mboeik, mengatakan, program tersebut bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat yang menjadi sasaran. Dengan pelaksanaanya, melibatkan seluruh pihak, termasuk kaum perempuan dan penyandang disabilitas.

"Untuk memperkenalkan program penanggulangan dampak Covid-19, melalui revitalisasi desa wisata inklusi dan peningkatan ekonomi masyarakat dengan membangun sinergitas terhadap kebijakan pemerintah daerah," kata Sarah Lery Mboeik. (*)

Penulis : Max Saleky
Editor : Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version