Baca Peluang Pasar, Alumni SMK PP Kementan Sukses Berbisnis Cabai

  • Bagikan
Teknik persemaian bibit lombok. (FOTO: Dok SMK-PP Kementan)

KUPANG-Setujukah Anda bahwa sambal adalah olahan cabai yang sudah sangat melekat dilidah masyarakat Indonesia? Termasuk di wilayah NTT ini sambal menjadi primadona dalam menyantap makanan. Tentunya pembuatan sambal tidak terlepas dari cabai yang menjadi bahan utamanya.

Alasan inilah yang menjadi dasar Maddis F. E. Runesi, salah satu alumni SMK-PP Kupang untuk mendirikan usaha budidaya tanaman cabai. Dengan bermodalkan dana Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP) sebesar Rp 15.000.000, Maddis mengelola usaha ini dengan dua temannya saat masih sekolah. PWMP adalah program Kementrian Pertanian guna mencetak wirausahaan muda pertanian yang sukses dan berdaya saing tinggi.

Tahap yang pertama dari program ini yaitu tahap penumbuhan. Sedangkan tahap selanjutnya atau tahap pemandirian yang dilakukan setelah mereka lulus yakni budidaya cabai. Usaha ini dilakukan di lahan sendiri yang berada di RT/RW 010/005, Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Dana sebagai modal adalah sebesar Rp. 7.280.000, yang merupakan hasil dari kegiatan pada tahap penumbuhan.

Maddis menyampaikan bahwa tujuan ia mendirikan usaha ini secara umum yakni untuk meningkatkan produktifitas pertanian di NTT terutama komoditas cabai. Sehingga jika ia berhasil menjaga kelangsungan usaha dan mengembangkannya, maka sedikitnya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat pengangguran. “Produk yang diharapkan dari kegiatan usaha budidaya cabai sendiri adalah produk mentah buah cabe dengan kualitas dan kuantitas yang mampu bersaing di dunia usaha, sehingga mampu memenuhi akan permintaan konsumen yang terus bertambah,” ungkap Maddis.

Selama ini hasil kegiatan usaha budidaya cabai ini dijual ke masyarakat sekitar. Salah satunya didistribusikan ke Rumah Makan Dapur Wisata. Dijual dengan harga yang bervariasi per/kg-nya mengikuti harga pasar mulai rentan Rp15.000 hingga Rp30.000 tergantung dari banyak atau tidaknya hasil panen.

Sempat terkendala karena ketersediaan air dan perubahan cuaca yang menyebabkan tanaman terserang hama dan penyakit (lalat buah, virus gemini dan layu patek akibat serangan jamur) sehingga di tahun 2021 selama 6 bulan terakhir ia mengalami kerugian yang cukup besar.

Diperoleh selama 13 kali panen sejumlah Rp 691.000,- sedangkan modal yang dikeluarkan adalah Rp 1.575.000,-. Solusi yang telah dilakukan yaitu melakukan perawatan secara intensif dengan penyemprotan obat sesuai dengan jenis serangan dan pergantian varietas tanaman cabai yang tahan terhadap hama dan penyakit.

Namun hal tersebut tidak membuat Maddis menyerah begitu saja. Ia tetap melanjutkan kegiatan budidaya cabai dengan komitmen akan melakukan penambahan jumlah tanaman cabe dengan target 1.500 pohon, serta mengembangkan usaha kedepan tidak berfokus pada budidaya cabe saja, melainkan mengembangkan usaha dibidang horti lainnya dengan menggunakan teknologi Hidroponik.

“Rencana kedepannya, dari usaha budidaya cabai ini saya ingin menggunakan lahan kosong keluarga yang saat ini belum dimanfaatkan sehingga memperluas usaha, bisa mengelola usaha dengan menerapkan teknologi yang ada secara maksimal,” lanjutnya.

Sebagaimana arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), bahwa sumber daya manusia (SDM) Pertanian adalah otak gerakan untuk pertanian. “Maka dari itu jika jiwa kewirausahaan sudah dipupuk sejak dini, sejatinya kelak dapat menciptakan SDM pertanian yang maju, mandiri dan modern.tegas Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan. Dedi Nursyamsi juga menyatakan bahwa peluang pertanian bisa diciptakan selama para petani terus semangat dan menjadikan tantangan sebagai peluang.

“Maddis yang pantang menyerah ini patut menjadi contoh bagi siswa-siswi di SMK PP N Kupang supaya mereka menjadi insan pertanian yang sukses bahkan bisa melebihi dirinya. Pertanian itu keren. Pertanian itu menjanjikan. Jangan malu jadi petani. Banggalah karena kamu bisa menjaga ketahanan pangan negeri,” tandas Dedi.(*)

Penulis: Luluk J. Pertiwi
Editor: Luthfi Retriansyah

  • Bagikan