Buktikan Sektor Pertanian Menjanjikan, Petani Milenial NTT Raup Untung dari Beternak Babi

  • Bagikan
Usaha peternakan babi yang digeluti Diana Manies, Heizrin, dan Giorio melalui program PWMP SMK-PP Kupang. (FOTO: Dok. SMK-PP Kementan)

KUPANG-Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan upaya menghadirkan sumber daya manusia (SDM) pertanian berkualitas guna memaksimalkan pembangunan pertanian. Salah satunya melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP).

Sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) pendidikan di bawah naungan Kementan, SMK-PP Negeri Kupang terus berupaya memaksimalkan potensi generasi muda petani milenial agar dapat menciptakan job creator di masa depan, khususnya di bidang pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), menyatakan, pertanian harus didorong menjadi subsektor ekonomi yang maju, mandiri, dan modern yang didukung oleh kapasitas SDM pertanian yang profesional, mandiri, dan berdaya saing.

“Dan hal tersebut harus didukung oleh kapasitas SDM Pertanian yang professional, mandiri, dan berdaya saing,” ujar Mentan Syahrul dalam keterangan tertulis Humas SMK-PP Negeri Kupang.

Mentan Syahrul optimistis kaum milenial yang inovatif dan memiliki gagasan yang kreatif akan mampu mengawal pembangunan pertanian yang maju, mandiri, dan modern.

Senada dengan pernyataan mentan, Kepala BPPSDMP, Kementan, Dedi Nursyamsi juga mendukung program PWMP dan menyemangati para pelaku usaha milenial untuk mensukseskan pertanian. "SDM yang tentunya berdaya saing tinggi, berkompetensi dan jeli melihat potensi pasar," katanya saat menjelaskan dukungan-dukungan yang diberikan BPPSDMP terhadap program kegiatan BPPSDMP yang menjadi skala prioritas.

Di saat seperti ini, banyak lulusan SMK yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi lebih memilih menjadi job seeker ketimbang menjadi job creator. Maka dari itu inilah alasan BPPSDMP melalui vokasi pendidikan seperti SMK-PP Negeri Kupang ini menggalakan program PWMP sejak tahun 2016 yang bertujuan bukan hanya untuk membimbing para siswa agar memiliki kemampuan untuk bertani/beternak, tetapi juga mampu membuka peluang kerja dan peluang usaha.

Kali ini, siswa kelas XI yang terdiri dari Diana Manies, Heizrin, dan Giorio yang tergabung dalam salah satu kelompok PWMP ternak babi membagikan pengalaman mereka selama menjalankan program ini. Mereka mengatakan dalam program PWMP ini mereka diberi modal sejumlah 15 juta rupiah. Usaha ini tergolong baru karena dimulai pada akhir tahun 2021 lebih tepatnya bulan Desember.

Setelah mendapat dana PWMP, mereka membeli sepasang babi jantan dan betina, masing-masing seharga Rp 1,2 juta. Kemudian mereka mengalokasikan biaya pakan berkisar Rp 2 juta. Ketika usaha baru berjalan sekitar sebulan, pihak sekolah mengadakan kegiatan magang selama 3 bulan yang mengharuskan pada siswa kelas XI mengikutinya. Akhirnya diputuskan untuk membayar tenaga orang lain guna memberi pakan ternak agar tidak terbengkalai. Cost yang dikeluarkan untuk membayar orang sewaan tersebut sebesar Rp 300.000,- per bulan.

Setelah selesai program magang, mereka segera mengecek kondisi ternak mereka. Namun ternyata bobot tubuh babi yang diternakan tidak menunjukan kenaikan yang signifikan selama kurang lebih 3 bulan. Diketahui si pemberi pakan babi kesulitan karena harus menyediakan pakan yang banyak.

Akhirnya babi dijual dengan bobot tubuh apa adanya seharga Rp 1.833.000 untuk betina dan Rp 1.500.000 untuk jantan. Sehingga jika dikalkulasikan, mereka mengalami kerugian. Walau merugi, hal itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan usaha di periode kedua. Masih ada modal yang tersedia, tentu jika mereka manfaatkan sebaik-baiknya.

Dalam sebuah usaha, untung dan rugi adalah dua hal yang pasti dialami oleh semua wirausahawan. Mentan Syahrul Yasin Limpo tak bosan-bosannya menyampaikan jika ingin mendukung pembangunan pertanian maka diperlukan SDM pertanian yang berkualitas, andal, berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan mampu mengelola organisasi bisnis.

Setelah dipelajari sebab mereka merugi di periode pertama karena kurangnya perhatian pemberian makan kepada ternak yang menyebabkan turunnya bobot tubuh ternak. Ditambah selama kegiatan magang yang mengharuskan mereka bermalam di lokasi magang sehingga sulit mengontrol ternak ke sekolah. Hal ini dapat menjadi pelajaran agar di periode mendatang tidak terulang kembali.

"Semoga dengan mengikuti progam PWMP ini menjadi motivasi bagi saya pribadi dan siapa saja untuk terus berusaha dan bekerja keras dalam segala usaha yang kita kerjakan. Serta dapat berperan sebagai petani milenial karena bagi saya menjadi wirausahawan sejati adalah yang bisa menciptakan peluang bisnis, dan yang terpenting jangan menyerah jika mengalami kegagalan," tutupnya. (*)

Penulis: Luluk J. Pertiwi
Editor: Luthfi Retriansyah

  • Bagikan