Dari Budidaya Ayam Pedaging, Petani Milenial NTT Sukses Raup Untung Melimpah

  • Bagikan
Usaha budidaya ayam pedaging yang digeluti Aprilia S. L. Dethan (Ketua), Fitri dan Martha M. Maakh melalui program PWMP SMK-PP Kupang. (FOTO: Dok. SMK-PP Kementan)

KUPANG-Menteri Pertanian (Mentan) RI, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengingatkan, industri peternakan memasuki era baru, yaitu era industri 4.0 yang menggunakan lebih banyak teknologi. Tren industri 4.0 ini menuntut perubahan yang dilakukan oleh setiap industri salah satunya bisnis peternakan.

Syahrul juga menambahkan bahwa ada berbagai aspek yang menjadi titik pengendalian program, diantaranya adalah peningkatan kualitas pakan, bibit, kesehatan hewan, pengendalian pemotongan betina produktif dan pasca panen. Selanjutnya, pengolahan produk asal hewan serta manajemen usaha.

Untuk itu, Kementan terus konsisten memperhatikan dan mendorong usaha peternakan rakyat dan memprioritaskan keberadaan ternak lokal dalam pemenuhan pangan asal ternak dalam negeri. Kementan pun harus siap menumbuhkan wirausahawan muda pertanian dengan memberikan bantuan modal usaha kepada generasi muda untuk menjadi agripreuner atau pengusaha muda yang bergerak di sektor pertanian melalui program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP).

PWMP merupakan salah satu kegiatan Kementan dalam rangka mewujudkan regenerasi petani yang dirancang untuk penyadaran, penumbuhan, pengembangan dan pemandirian minat, ketrampilan, dan jiwa kewirausahaan generasi muda di bidang pertanian.

Selanjutnya, mengembangkan peluang bisnis bagi lulusan sehingga mampu menjadi job-creator di sektor pertanian (agribisnis), dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan kapasitas lembaga penyelenggara pendidikan pertanian sebagai center of agripreneur developmen berbasis inovasi agribisnis.

Sesuai dengan apa yang disampaikan Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi, Kementan harus mensupport melalui pendidikan vokasi yang mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing. Tentunya petani milenial yang melek teknologi. Karena generasi inilah yang akan memberikan kontribusi terbesar nanti bagi pertanian Indonesia.

“Diharapkan memalui program PWMP ini akan berdampak baik untuk kedepannya terus menciptakan petani milenial yang memiliki kemampuan berwirausaha yang baik dan selalu berusaha memajukan pertanian Indonesia,” tegas Dedi.

Kelompok PWMP SMK-PP Kupang, dengan beranggotakan Aprilia S. L. Dethan (Ketua), Fitri dan Martha M. Maakh, masing-masing sebagai anggota, mulai merintis usaha ternak ayam sejak bulan Desember 2021.

Mereka adalah salah satu kelompok yang didanai oleh Kementan melalui BPPSDMP sebesar Rp 15 juta. Program inilah yang memiliki peran besar dalam mencetak banyak petani milenial khususnya di Kupang.

Mentan menyampaikan bahwa sektor pertanian termasuk hal utama yang dibutuhkan oleh semua pihak karena maju tidaknya suatu negara sangat bergantung pada pembangunan pertaniannya.

Daging ayam adalah salah satu komoditi yang cukup menjanjikan di masyarakat. Selain karena daging yang kaya akan protein, harganya pun sangat terjangkau. Bukan hanya di wilayah NTT, tetapi di seluruh Indonesia. Hal ini yang menjadi dasar para siswi kelas XI SMK-PP Kupang memilih bisnis ternak ayam.

Pada awalnya, ternak yang Aprilia dkk pelihara, dirawat di sekolah. Lalu sebulan kemudian, sekolah mengadakan magang di bulan Januari 2022 selama 3 bulan untuk Kelas X dan XI yang mengharuskan mereka magang di tempat yang sudah ditentukan.

Awalnya, Aprilia dkk mengawasi ternak dengan cara satu minggu sekali pulang pergi dari tempat magang ke sekolah. Namun dirasa tidak efektif maka diputuskan untuk menyewa orang yang dapat merawat ternak seperti memberi pakan dan minum. Untuk 1 bulannya, mereka mengeluarkan cost Rp 300.000,- untuk membayar orang tersebut. Dengan begitu selama menjalani kegiatan magang, mereka tidak perlu khawatir dengan ternak mereka.

Pada periode pertama, mereka membeli 1 box anak ayam berisi sekitar 100 ekor. Jika ayam dirawat dan dipelihara dengan baik dalam waktu 4-5 minggu saja, anak ayam ini tumbuh menjadi ayam dewasa yang siap jual atau siap potong.

Dibandrol dengan harga Rp. 45.000,-/ ekor, ayam ini habis terjual dan meraup untung hampir Rp 4.000.000,-. Pada periode ke dua, karena kegiatan magang sekolah sudah selesai maka kini mereka dapat mengelola sendiri bisnis ternak ayam.

Menurut Aprilia, kendala tersulit yang mereka alami ialah proses pemasaran atau penjualan ayam. Dalam satu kali periode panen, ternak yang siap jual berjumlah 100 ekor ayam. Mereka memiliki target semuanya harus laku terjual. Dalam hal ini relasi menjadi hal terpenting dalam proses pemasaran karena jika tidak, maka bisnis akan sulit berkembang.

“Karena permintaan disetiap harinya terus meningkat, target pasar kami yg utama ialah orang terdekat seperti keluarga yang dapat menjadi pelanggan tetap, kemudian kami mencoba menjual melalui aplikasi WhatsApp dan Facebook sehingga bisa memperbanyak jaringan pasar kami. Untuk kedepannya kami ingin melalui usaha ini dapat membantu diri sendiri dan orang tua serta memperluas mitra kerja sehingga kami memiliki pelanggan tetap. Contohnya seperti rumah makan karena setiap rumah makan menyediakan menu ayam untuk diolah,” jelasnya. (*)

Penulis: Luluk J. Pertiwi
Editor: Luthfi Retriansyah

  • Bagikan