Australia Punya PM Baru, YPTB Beri Selamat dan Sampaikan 3 Hal Penting Demi Hubungan Baik Indonesia-Australia

  • Bagikan
Anthony Albanese, PM Australia yang baru terpilih pada 21 Mei 2022 lalu. (FOTO: ISTIMEWA)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) pimpinan Ferdi Tanoni menyampaikan selamat atas terpilihnya Anthony Albanese sebagai Perdana Menteri (PM) yang baru untuk negara Australia pada 21 Mei 2022 lalu.

Sebagaimana tekad Anthony Albanese yang ingin membawa perubahan bagi Australia, YPTB berharap dan percaya sang PM bisa mewujudkan hal tersebut. "Selamat Pak Anthony Albanese.
Sekarang Saatnya Australia Berubah! Khususnya hubungan Australia-Indonesia!" ungkap Ferdi Tanoni dalam keterangan tertulisnya, Jumat (3/6).

"Sebagai Permanen Residen Australia dan Agen Imigrasi Australia di Indonesia yang ditunjuk oleh Pemerintah Australia pada 1990-an, saya telah melakukan banyak hal, terutama dalam hubungan perdagangan dengan Australia Utara dan Nusa Tenggara Timur saat itu. Sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan, kami senang melihat dan merasakan hubungan Australia dan Indonesia menjadi lebih baik, saling membantu, melengkapi, dan menghormati antar kedua bangsa," beber Ferdi Tanoni.

Ferdi mengaku merasakan hubungan baik itu ketika Australia dipimpin Mr. Paul Keating sebagai Perdana Menteri, juga dari Partai Buruh.

Ferdi mengaku, Mr. Paul Keating tahu betapa pentingnya hubungan Australia-Indonesia, sehingga Jakarta adalah kunjungan pertamanya dibandingkan London atau Washington sebagai pelabuhan panggilan pertamanya setelah memenangkan Pemilihan Umum di Australia kala itu. Bahkan Mr. Paul Keating juga menjadikan Australia Utara sebagai pintu gerbang Australia, bukan Sydney dan Melbourne.

"Ketika Perdana Menteri Paul Keating mengatakan dan melakukan ini, kami di Timor Barat merasa bahwa kami dan orang Australia bukan hanya tetangga terdekat saja, akan tetapi lebih dari itu, saudara dan saudari kami. Kami setidaknya ada sekitar 270 juta orang di Indonesia, jika dibandingkan dengan Australia yang hanya sekitar 25 juta orang," kata sosok yang sangat getol memperjuangkan upaya penyelesaian pencemaran Laut Timor dalam kasus Montara itu.

Jika melihat ke belakang, kata Ferdi, ada bukti kuat bahwa Australia mendukung Indonesia di masa lalu sebagai mitra ekonomi dan sebaliknya. Bagaimanapun, Indonesia adalah mitra dagang pertama benua Australia ketika Suku Aborigin Australia dengan rekan-rekan mereka dari Makassar, Timor, Rote, Sabu, dan Alor memancing teripang dan lainnya di sekitar Gugusan Pulau Pasir dan sekitarnya. Belum lagi ditambah Perang Dunia II, dimana tentara Australia sangat terbantu bahkan ribuan laki-laki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak Timor Barat menjadi korban perang.

Berbekal cerita dan pengalaman masa lalu itu, Ferdi menyampaikan tiga hal penting dalam rangka menjaga hubungan bilateral Australia-Indonesia agar menjadi lebih baik dan tidak ada lagi batu sandungan dalam hubungan kedua negara.

Tiga hal dimaksud, yakni, pertama Gugusan Pulau Pasir, yang kemudian disebut oleh Australia sebagai Ashmore dan Cartier Islet pada tahun 1970-an, sejatinya adalah milik bangsa Indonesia dan bukan milik Australia.

Kedua, batas perairan Australia-Indonesia di Laut Timor yang ada sudah tidak berlaku lagi. "Perlu dan harus berani menyatakan bahwa semua ini salah dan kita juga perlu mengubahnya bersama dalam semangat persahabatan kita menggunakan Hukum Laut Internasional, yakni UNCLOS 1982," tandas Ferdi.

Ketiga, pada 2009 lalu, telah terjadi tumpahan minyak mentah di Laut Timor di Perairan Australia akibat meledaknya anjungan minyak Montara milik PTTEP-Bangkok yang dioperasikan dengan lisensi Australia yaitu PTTEP Australasia Pty.Ltd.

Kasus ini, menurut Ferdi, telah merenggut mata pencaharian lebih dari 100.000 orang ditambah kerusakan lingkungan puluhan ribu hektare dan ditambah penyakit aneh yang membawa banyak kematian bagi penduduk sekitarnya.

Terkait tiga hal penting tersebut, khususnya mengenai pencemaran Laut Timor, demikian Ferdi, kasus ini perlu dan harus dikompensasi.

Ferdi berharap, sikap dari PM Australia sebelumnya, Scott Morrison dari Pemerintahan Partai Liberal dan kabinetnya yang sangat aneh dan meremehkan masalah yang sedang dihadapi saat ini, hendaknya tidak diikuti oleh PM Mr. Anthony Albanese. "Sebab masalah ini merupakan sesuatu yang tidak benar bagi kami orang Indonesia," tegasnya.

"Bapak Anthony Albanese, segala sesuatu yang ada dan telah terjadi dapat sekali kita bicarakan dengan baik, benar, dan jujur ​​dengan tujuan menyejahterakan bangsa Australia dan Indonesia demi perdamaian dunia karena Tuhan telah menciptakan dunia ini apa adanya. Kami rakyat Indonesia di Timor Barat, mengucapkan selamat kepada Bapak Anhony Albanese dan Partai Buruh Australia (ALP) karena sukses memenangkan Pemilihan Umum Australia pada 21 Mei 2022," kata Ferdi yang mengaku dirinya mungkin menjadi satu satunya orang di dunia yang pada 19 Mei 2022 sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Anthony Albanese dan Partai Buruh Australia sebagai pemenang Pemilu Australia pada tanggal 21 Mei 2022 lalu. (aln)

  • Bagikan