KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah kembali membumikan nilai-nilai pancasila melalui sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat di Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Kamis (9/6).
Empat pilar kebangsaan tersebut, yakni Pancasila, Undang-Undang 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Sosialisasi dan pendalaman terhadap dasar-dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlangsung di gedung kebaktian Jemaat Maranata Teunbaun tersebut menghadirkan Camat Amarasi Barat, perwakilan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan ratusan masyarakat
Dalam kesempatan tersebut, politikus Partai Demokrat itu mengajak masyarakat membedah satu persatu sila Pancasila sekaligus menyampaikan defenisinya serta memaknainya dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagai bagian dari anggota MPR RI, Anita Jacoba Gah menyatakan, memiliki tugas untuk menyampaikan ke masyarakat tentang pentingnya empat pilar kebangsaan ini.
Anita menjelaskan, empat pilar kebangsaan merupakan penyangga kesatuan bangsa. Tidak bisa dianggap remeh dan dilupakan begitu saja karena akan berdampak buruk dan bisa menghancurkan negara ini.
"Kami terus memberikan pemahaman tentang dasar-dasar negara dan betapa pentingnya sehingga semua masyarakat memiliki pemahaman yang sama dalam menjaga dan merawat bangsa," ujarnya.
Empat pilar ini merupakan landasan dan dasar negara dengan berbagai persoalan di bangsa ini yang terus merong-rong kehidupan bangsa. Untuk itu, betapa pentingnya kegiatan ini agar pengetahuan masyarakat terus ditambahkan.
Anita menyampaikan terima kasih kepada semua pihak dan masyarakat yang sudah memenuhi undangan menghadiri kegiatan tersebut. "Ibarat sebuah bangunan, sebelum dibangun tentu memiliki fandasi dan tiang-tiang penyangga, menopang serta memberikan suatu tempat berteduh yang nyaman," urainya.
Bangsa Indonesia, kata Anita, adalah bangsa yang besar. Dan memiliki filosofis yang dalam dan panjang. Untuk membicarakan empat pilar ini, membutuhkan waktu yang panjang sekira 5 sampai 8 jam.
Dikatakan, masyarakat Indonesia harus benar-benar paham atas dasar negara ini melalui beragam sosialisasi ini karena bukan berarti hanya mau menghabiskan uang negara namun bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tetap merawat bangsa ini.
Undang-Undang telah mengamanatkan bahwa harus adanya keadilan sedangkan dalam pelaksanaannya oleh pemerintah, masih banyak anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Masih banyak pelaku-pelaku korupsi. Ini artinya undang-undang yang diberlakukan belum diterapkan secara baik.
"Kita sosialisasikan agar masyarakat tahu, hak-hak mereka dan apa yang mereka harus buat. Banyak pejabat di NTT yang juga terlibat kasus korupsi. Bahkan NTT merupakan salah satu provinsi penyumbang korupsi tertinggi. Untuk itu melalui kesempatan ini kita perjuangkan bersama untuk menekan persoalan yang terjadi," ajaknya.
Dikatakan, momentum hari lahir Pancasila juga baru dirayakan dan masyarakat NTT harus bersyukur dan berbangga diri karena Pancasila dikandung di Bumi Flobamora. Perayaan kali ini juga sangat istimewa karena dirayakan langsung dari Ende.
Perayaan ini juga tidak bisa dirayakan dengan eforia belaka tetapi harus memaknai, mengimplementasikan arti dan makna Pancasila dari sila ke sila. "Sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi kalau kita tidak takut Tuhan, lalu terus melakukan tindakan korupsi dan masih saja ada ketidakadilan, ini contoh yang belum memaknai Pancasila dan seharusnya tidak boleh terjadi di bumi NTT," katanya.
Pancasila mesti dimaknai secara mendalam dan harus ditunjukan melalui sikap, tindakan, pikiran, perbuatan, kerkataan sebagai anak bangsa dalam semua lini kehidupan.
"NTT harus menjadi contoh sebagai tempat dimana Pancasila itu lahir. NTT memiliki sifat dasar yang santun, sopan, dan cerdas, beretika, beragama, pandai melakukan ajaran firman Tuhan, maka harus bisa memberikan cermin kebaikan kepada Indonesia," pintanya.
Camat Amarasi Barat, Cornelis Nenoharan usai kegiatan menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Anita Gah yang terus melakukan tugasnya sebagai anggota MPR RI di daerah.
Sebagai perwakilan pemerintah di tingkat kecamatan, mantan Guru SD itu menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila sudah ada sejak lama, namun diakui dalam penerapan serta implementasinya sering menyimpang.
Dikatakan yang menjadi persoalan dari dasar pancasilan ini yakni praktiknya sehingga menurutnya kegiatan dari DPR/MPR RI bukan sosialisasi tetapi harus menyesuaikan yang bersifat penegasan.
"Pancasila sebagai dasar negara ini sudah ada dan semua masyarakat tahu itu, jadi kalau mau disosialisasikan lagi, terkesannya dasar negara ini belum ada sedangkan kita sudah 77 tahun merdeka ini berlandaskan dasar negara itu," katanya.
Ia lebih sepakat jika kegiatan yang sangat baik untuk menjaga keutuhan bangsa itu dilakukan dengan gerakan-gerakan yang mengingatkan kembali masyarakat untuk hidup sesuai nilai-nilai yang ada.
"Lebih tepatnya kita upayakan melalui sekolah. Dasar negara terus diperkuat kepada generasi penerus melalui tingkat sekolah dasar (sejak dini)," pintanya.
Selama menjabat sebagai camat, lanjut Cornelis, nilai-nilai Pancasila terus dibicarakan disetiap kesempatan bersama masyarakat. Bahkan ia menegaskan kepada seluruh kepala desa agar harus ada Perdes. Perdes disusun sebagai turunan dari aturan tertinggi yakni Perda dan Undang-undang.
"Kalau Perdes ini sudah bisa diterapkan di lingkungan masing-masing, maka nilai-nilai Pancasila pasti dengan sendirinya ada dan dilaksanakan oleh masyarakat. Kita berharap kegiatan seperti ini terus dilakukan kepada masyarakat di kabupaten kupang," harapnya.
Sementara, Ketua Majelis Jemaat Maranata Teunbaun, Meliana Oematan-Benusu mengaku kegiatan tersebut baru pertama kali digelar. Meski baru, namun Pancasila sebagai dasar negara sudah diketahui masyarakat umum.
Diakui hingga saat ini nilai-nilai yang terkandung dalam dasar negara Indonesia tersebut belum duterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Menurutnya, ini sebuah tantangan bukan saja untuk pemerintah tetapi untuk semua kalangan. Keterlibatan agama dalam mewujudkan semua nilai-nilai Pancasila juga sangat penting.
"Gereja yang selalu memaknainya dalam sila pertama. Jika Tuhan jadi yang utama dalam setiap pergerakan kehidupan, maka sila berikutnya pasti akan terwujud. Mari kita sama-sama kerja keras," ajaknya. (r3)
Editor: Marthen Bana