KALABAHI, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), dalam kunjungan kerjanya ke Kalabahi, Kabupaten Alor, Kamis (9/6), menyempatkan diri berkunjung ke Pasar Terbakar, Kalabahi. Pasar tradisional ini terletak di jantung kota, tepatnya di Kelurahan Nusa Kenari, Kecamatan Teluk Mutiara.
Di pasar ini, telah menanti setidaknya 700 orang pedagang yang berasal dari baik itu Pasar Terbakar sendiri maupun dari Pasar Kadelang yang sementara dalam tahapan pembangunan kembali oleh Pemerintah Kabupaten Alor. Setibanya disana, Gubernur VBL langsung turun dari mobilnya dan menuju pedagang yang sudah menanti.
Didampingi Bupati Alor, Amon Djobo, Staf Khusus Gubernur Bidang Ekonomi, Prof. Daniel Kameo, Wakil Bupati, Imran Duru dan Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho serta sejumlah pejabat lainnya, gubernur berbelanja sejumlah barang. Tak luput, dia membeli sirih dan pinang dari lapak milik Mama Orpa Wenyi.
Ketika didatangi, Mama Orpa yang mengenakan setelan hijau tua itu pun menyambutnya dengan sapaan penuh kekeluargaan. “Selamat datang bapak gubernur, disini ada sirih pinang, silahkan beli. Mari beli sudah bapak gubernur,” ujarnya sembari tersenyum. Yang disapa pun langsung menyentuh pinang muda yang berada di depannya. “Ini berapa, ini sirih juga berapa,” tanya VBL sembari menunjuk pinang maupun sirih yang masih segar.
Mama Wenyi pun menjawab sembari menyebut harganya, dan gubernur pun langsung memintanya membungkus beberapa buah untuk dibawa pulang. Sontak Mama Wenyi berseru kegirangan. “Terimakasih bapak gubernur, nanti datang lagi ee,” ujarnya disambut tawa pedagang lainnya.
Dalam momen itu, ada yang menarik dari transaksi siang itu, dimana gubernur membayar dengan menggunakan layanan non tunai yang sedang giat disosialisasikan Bank NTT, yakni Quick Respond Code Indonesia Standard atau disingkat QRIS. Ini merupakan layanan pembayaran digital yang dihadirkan oleh Bank Indonesia (BI). Pasar terbakar, Kalabahi adalah satu-satunya pasar di Alor yang para pedagangnya sudah bisa menerima pembayaran secara digital.
Setidaknya ada puluhan pedagang pasar yang menjadi merchant QRIS Bank NTT ini dibuktikan dengan identitas yang digantung pada bagian depan lapak mereka. “Saya beli pake QRIS ya,” ujar VBL yang sesaat kemudian, setelah transaksinya berhasil, menginformasikannya ke Mama Wenyi.
“Sudah langsung masuk ya ke rekeningnya,” ungkap VBL dalam keterangan tertulis Humas Bank NTT.
Sembari berkelakar dengan Mama Wenyi, Gubernur VBL mengajak mereka untuk terus menjadi merchant QRIS. Mama Wenyi pun mendekatkan wajahnya ke HP dan mengecek, ternyata benar, transaksinya berhasil. Dia pun tertawa kegirangan.
Suasana pasar menjadi riuh, karena beberapa ibu penjual kue rambut, jagung titi, ikan kering serta sirih pinang yang bersuara keras, dengan nada kelakar meminta gubernur untuk mampir sekalian memborong semua dagangannya. Yang disapa pun mampir, dan berbelanja aneka kebutuhan baik itu ikan kering, cabe, sayur dan masih banyak lagi.
Untuk diketahui bahwa Bank NTT saat ini sedang giatnya melakukan digitalisasi terhadap pasar-pasar tradisional di NTT. Tak luput, sejumlah pasar yang menjadi ikon di setiap daerah, sudah ‘dimasukinya’.
Sebut saja Pasar Inpres Naikoten Kupang dan pasar-pasar lainnya di Kupang, Pasar Wee Karou, Waikabubak Sumba Barat, Pasar Bobou di Bajawa, Kabupaten Ngada yang pada 1 Juni 2022 dikunjungi Presiden RI, Joko Widodo, serta Pasar Batu Cermin, Labuan Bajo.
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menyebutkan bahwa sudah banyak pasar yang menjadi sasaran Bank NTT dalam mensosialisasikan layanan pembayaran secara digital.
Atas andil Bank NTT, maka BI mencatat sejauh ini NTT mengalami kenaikan sebesar 338 persen merchant QRIS atau meningkat dari 31.000 menjadi 105.000. Dan ini mendapat apresiasi dari BI sebagai regulator. (*/aln)