Tak Gentar Hadapi Tantangan, Siswa SMKPP Kementan Olah Dana PWMP Demi Kembangkan Usaha

  • Bagikan
Ternak babi peliharaan Nike Tuka Djodi, Maria Ximenes, dan Sergio Fernandes dari usaha program PWMP di SMK PP Negeri Kupang. (FOTO: Humas SMKPP Kementan)

KUPANG-Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, sumber daya manusia (SDM) Pertanian adalah otak gerakan untuk pertanian. “Maka dari itu jika jiwa kewirausahaan sudah dipupuk sejak dini, sejatinya kelak dapat menciptakan SDM Pertanian yang maju, mandiri, dan modern," kata Mentan SYL dalam keterangan tertulis Humas SMKPP Negeri Kementan Kupang.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementan, Dedi Nursyamsi juga menyatakan bahwa peluang pertanian bisa diciptakan selama para petani terus semangat dan menjadikan tantangan sebagai peluang.

“Kelompok PWMP dari SMK PP Negeri Kupang yang pantang menyerah ini patut menjadi contoh bagi siswa-siswi di SMK PP Negeri Kupang supaya mereka menjadi insan pertanian yang sukses, bahkan bisa melebihi dirinya. Pertanian itu keren. Pertanian itu menjanjikan. Jangan malu jadi petani. Banggalah karena kamu bisa menjaga ketahanan pangan negeri,” tandas Dedi.

Program PWMP ini sudah cukup lama dijalankan, terutama di SMK-PP Negeri Kupang yang merupakan UPT binaan dari Kementan. Program PWMP diharapkan dapat mencetak generasi muda petani milenial yang mampu menciptakan lapangan kerja, khususnya bagi diri sendiri dan masyarakatnya.

Tentunya dalam menghasilkan generasi berjiwa wirausaha tidaklah mudah. Perlu waktu bertahun-tahun karena wirausaha berkembang dengan berbagai pengalaman. Seperti yang disampaikan Mentan SYL bahwa usaha yang dibangun selalu berawal dari bawah, perlahan naik, dan melejit. "Sehingga untuk mencapai puncak, kita perlu memulai segala sesuatunya dari bawah," katanya.

Dalam hal ini siswa sejak dini diperkenalkan dengan bagaimana cara mengelola usaha dengan baik sesuai dengan komoditinya. Salah satu kelompok PWMP di SMK PP Negeri Kupang yang terdiri dari Nike Tuka Djodi, Maria Ximenes, dan Sergio Fernandes merasakan pahitnya menjalankan usaha.

Terlebih mereka tergolong yang baru menekuni bidang ini sejak Desember 2021. Ditambah dengan kondisi setelah covid 19 usaha ini akan dimulai. Namun itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar berwirausaha. “Kami ingin belajar memulai usaha untuk kedepannya kami dapat mengelola sendiri dan membangun usaha ini agar lebih berkembang,” jelas Maria Ximenes.

Komoditas yang mereka jalankan adalah usaha penggemukan babi. Hal ini dikarenakan di daerah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) yang notabene beragama non muslim, daging babi menjadi primadona dibanding dengan daging lain. Harganya pun mahal karena daging ini memiliki tekstur yang lembut dan sangat gurih. Sehingga permintaan pasar yang banyak menjadikan mereka memilih komoditas ini sebagai pilihan usaha.

Pada periode pertama, Maria dkk dengan modal dana Rp 15 juta, suntikan program PWMP, merekapun mulai mengelolanya dengan membeli tiga ekor babi dewasa, terdiri babi jantan sebanyak dua ekor dan satu ekor babi betina.

Babi tersebut dibeli masing-masing dengan harga Rp 1.200.000,-. Kemudian dana dialokasikan untuk membeli pakan pelet dan dedak, vitamin B complex. Namun karena kondisi mereka harus melaksanakan kegiatan magang dari sekolah selama dua bulan, maka terpaksa mereka menitipkan ternak mereka kepada orang yang memberi pakan dengan bayaran 300.000 ribu perbulan.

Dikarenakan kandang babi kotor, tempat makan dan minum juga tidak dibersihkan dengan baik, akhirnya ternak babi pun mengalami masalah diare dan babi harus disuntik untuk mendapatkan vitamin agar sehat kembali. Namun sayangnya ketika hendak dijual, babi mengalami penurunan berat badan yang mengakibatkan ternak mereka turun harga menjadi lebih murah. Ketiga ternak babi tersebut dijual dengan harga Rp 3.300.000,-. Walaupun periode pertama mereka mengalami kerugian sebesar Rp 300.000, - mereka ingin mencoba lagi di periode berikutnya.

“Pengalaman ini kami jadikan sebagai pembelajaran kedepannya, terlebih kejadian mengenai diare yang menyerang ternak babi kami, di luar kendali kami dank arena kondisi yang tidak memungkinkan kami untuk merawat babi-babi itu. Namun ini tidak membuat kami menyerah. Kami akan coba lagi lebih fokus dan lebih profesional,” tutur Maria.

Maria dkk sangat berharap dengan ilmu yang didapat di SMK PP Negeri Kupang, mereka mampu menghasilkan hasil ternak dengan daging babi kualitas baik dan mampu memenuhi tuntutan pasar. (*/aln)

Penulis: Luluk Juan

  • Bagikan