177 Baduta Dapat PMT Program Peduli Stunting Bank NTT, Sekda Matim: Ini Kegiatan Mulia

  • Bagikan
Sekda Matim, Boni Hasudungan hadir dalam peluncuran program Peduli Stunting Bank NTT melalui pemberian makanan tambahan yang berlangsung di Puksemas Peot, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Matim, Selasa (21/6). (FOTO: FANSI RUNGGAT/TIMEX)

BORONG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sebanyak 177 anak usia bawah dua tahun (Baduta) di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), mendapat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari program Peduli Stunting Bank NTT Cabang Borong. Data total balita stunting di Kabupaten Matim berjumlah 2.767 orang.

Program Peduli Stunting dari Bank NTT ini resmi diluncurkan di Puksemas Peot, Kelurahan Satar Peot, Kecamatan Borong, Selasa (21/6). Hadir Sekertaris Daerah (Sekda) Matim, Boni Hasudungan, Wakil Kepala Bank NTT Cabang Borong, Johny Tadu Hungu, Kepala Dinas Kesehatan Matim, dr. Tintin Surip, Wakil Ketua TP PKK Matim, Ny. Alexandria Anggal.

Hadir juga sejumlah pimpinan perangkat daerah (OPD), staf Dinas Kesehatan Matim, Kepala Puskesmas Peot bersama jajaran, Pemerintah Kecamatan Borong, Pemerintah Kelurahan Satar Peot, sejumlah tenaga medis, puluhan ibu menyusui, dan undangan lainnya.

"Terima kasih kepada pihak Bank NTT yang sudah memprakarsai kegiatan yang sangat mulia ini. Kegiatannya sudah sinergis dengan program Pemda Matim, yakni peduli masalah stunting di Kabupaten Matim," ujar Boni Hasudungan, dalam sambutannya saat peluncuran kegiatan itu.

Menurutnya, angka stunting di Kabupaten Matim beragam. Karenanya, penanganan stunting ini sangat penting, dimana selama usia dua tahun mempengaruhi pembentukan otak dan pertumbuhan bayi.

"Penanganan stunting itu bukan saja pada bayi yang sudah lahir, tapi sejak dalam kandungan. Istilahnya 1000 hari pertama kehidupan, yakni selama 9 bulan dalam kandungan, dan kemudian selama 2 tahun pertama pasca kelahiran," ujarnya.

Boni mengatakan, PMT itu sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dan baduta. Dalam program ini, pihak Bank NTT sudah menyiapkan tambahan makanan bagi baduta. Sehingga pemerintah dan masyarakat Matim perlu memberi apresiasi kepada Bank NTT. Boni juga berharap ibu-ibu atau orang tua memaksimalkan bantuan yang diberikan itu.

"Jangan diberikan kepada orang lain. Telur yang ada, harus diberikan kepada balita. Jangan kasih kepada bapaknya. Saat ini dari Pemda Matim sedang menjalankan juga program pemerintah pemberian vitamin tambah darah bagi ibu hamil," ucap Boni.

Boni menambahkan, bantuan yang ada tentu sangat bermanfaat besar bagi penurunan angka stunting di wilayah Matim. Boni yakin, secara perlahan angka stunting di Matim pasti akan menurun. "Semoga yang apa yang dilaksanakan oleh  Bank NTT bisa menjadi teladan bagi orang lain," harapnya.

Wakil Kepala Bank NTT Cabang Borong, Johny Tadu Hungu, menjelaskan, kegiatan yang dilaksanakan itu sebagai wujud kolaborasi dan sinergitas pemerintah dengan Bank NTT, menjelang HUT ke-60. Ini adalah wujud dukungan Bank NTT terhadap Pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan stunting.

Johny menyebutkan, untuk wilayah Kabupaten Matim, jumlah anak baduta yang menjadi sasaran program PMT sebanyak 177 anak. Jumlah ini menyebar di 11 puskesmas, yakni Puskesmas Pota, Lawir, Dampek, Weleng, Sita Mano, Peot, Lalang, Watunggong, Colol, dan Puskesmas Wae Nenda.

"Kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten dan kota di NTT. Semoga kegiatan ini bisa mempercepat penurunan angka stunting di seluruh wilayah NTT, khususnya di Kabupaten Matim. PMT ini tentu menjadi komitmen untuk fokus pada upaya-upaya menekan angka stunting," ungkap Johny.

Sementara Kadis Kesehatan Matim, dr. Tintin Surip, kepada TIMEX menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada manajemen Bank NTT yang turut berperan dalam melawan stunting di Matim. Dia berharap dari kelurahan atau desa di wilayah Matim ikut berperan aktif dalam peningkatan gizi ibu hamil maupun balita.

Sesuai data balita stunting hasil e-PPGBM, sebut dr. Tintin, total angka stunting di Kabupaten Matim sebanyak 2.767 orang. Rinciannya, untuk Kecamatan Borong sebanyak 171 balita stunting, Rana Mese (570 orang), Kota Komba Utara (162 orang), Kota Komba (126 orang), Elar (353 orang), dan Kecamatan Elar Selatan (322 orang). Selanjutnya, Kecamatan Congkar sebanyak 275 balita stunting, Sambi Rampas (86 orang), Lamba Leda Selatan (185 orang), Lamba Leda Timur (206 orang), Lamba Leda (182 orang), dan Kecamatan Lamba Leda Utara sebanyak 129 balita stunting.

Dokter Tintin menyebutkan, selama ini, dalam penanganan masalah stunting, sejumlah OPD yang tergabung dalam konfergency stunting, masing-masing mempunyai intervensi. Sementara untuk Dinas Kesehatan, kegiatanya dengan pembagian Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri di sekolah-sekolah.

"Kita juga ada penanganan bumil KEK, pemberian TTD untuk bumil, pemberian tablet obat cacing untuk bumil, penyuluhan gizi dan pelatihan PMBA bagi kader, pelatihan motivator ASI bagi petugas puskesmas dan kader, surveilance gizi buruk, dan koordinasi SKPG di tingkat kecamatan, dengan sistem kewaspadaan pangan dan gizi," sebut dr. Tintin. (*)

Penulis: Fansi Runggat

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan