Siswa SMANSA Unjuk Kemampuan Sekolah Penggerak, Gelar Pentas Seni Bersatu dalam Keberagaman

  • Bagikan
CINTAI KEBERAGAMAN. Para siswa SMAN 1 Kupang menampilkan peragaan busana daerah NTT diiringi oleh vocal grup pada acara pentas seni "Bersatu dalam Keberagaman", Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase E di Taman Budaya Gerson Poyk, Senin (27/6). (FOTO: Humas SMANSA)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kupang (SMANSA), sebagai Sekolah Penggerak Angkatan I yang menerapkan Kurikulum Merdeka, menggelar Pentas Seni di Taman Budaya Gerson Poyk, Oepoi, Kupang, Senin (27/6).

Pentas seni tersebut merupakan upaya pencapaian kokurikuler yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka. Pentas seni yang dikemas dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Fase E itu bertujuan merajut keberagaman diantara sesama pelajar di SMANSA Kupang.

Kegiatan bertajuk "Bersatu dalam Keberagaman" tersebut berlangsung meriah, melibatkan seluruh siswa kelas X, para guru, dan juga orang tua.

Pelaksana harian (Plh) Kepala SMAN 1 Kupang, Muhammad Jais, S.Pd, menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan implementasi proyek Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka. Dalam kurikulum merdeka, kata Muhammad Jais, terdapat pencapaian-pencapaian, baik itu intrakurikuler dan kokurikuler.

Guna mewujudkan kokurikuler, demikian Muhammad Jais, terdapat enam profil, diantaranya Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta Beraklak Mulia, Berkebhinekaan Global, Demokrasi, Gotong Royong, Bernalar Kritis, serta Kreatif.

SMANSA Kupang, lanjut Muhammad Jais, sebagai salah satu dari empat sekolah di Kota Kupang yang ditunjuk sebagai penyelenggara angkatan pertama Kurikulum Merdeka, menjalankan kokurikuler tersebut dalam bentuk proyek, dimana merupakan hasil dari kolaborasi mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswa.

"Kegiatan ini semuanya didesain oleh siswa dengan mementaskan tarian, puisi dan drama, dan menyanyi. Guru-guru tinggal mengarahkan agar bisa menjawab tuntutan Kurikulum Merdeka," jelasnya.

Lanjut Muhammad Jais, untuk angkatan pertama, yakni Kelas X, Kurikulum Merdeka SMANSA Kupang telah menyelesaikan tiga tema dalam satu tahun dari tujuh tema yang ditentukan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Tema pertama, sebut Muhammad Jais, yakni demokrasi. Wujudnya dengan melakukan kegiatan pemilihan presiden SMANSA sehari. Kedua, Gaya Hidup Berkelanjutan, dimana SMANSA memilih Hijau Paru-Paru Kota. Tema ketiga, yakni Bhineka Tunggal Ika, diwujudkan dalam kegiatan merawat keberagaman yang ada di SMANSA Kupang, seperti kegiatan yang dilakukan hari ini (27/6), yakni Pentas Seni.

"Kebhinekaan ini tentu tidak terlepas dari harapan bangsa dalam merawat Pancasila, dengan demikian, dari kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan persatuan, saling menghargai kebudayaan dan agama masing-masing," ujarnya.

Menurutnya, kegiatan ini juga melibatkan orang tua siswa karena Kurikulum Merdeka harus diberitahukan kepada masyarakat tentang prestasi yang dimiliki siswa selama mengikuti proses belajar mengajar.

"Diharapkan kepada siswa agar melalui kegiatan ini siswa dapat mengetahui siap mereka, dimana dan apa yang harus dibuat," tuturnya.

Pengawas Pembina SMAN 1 Kupang, Noh Kana Hau yang hadir saat itu mengapresiasi karena sekolah tersebut telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Terpilih sebagai sekolah penggerak merupakan kehormatan dan prestasi serta kebanggaan tersendiri bagi warga SMANSA Kupang.

"Kita terpilih karena memenuhi syarat sebagai Sekolah Penggerak. Dan tentu ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak, termasuk orang tua hingga fasilitas pendidikan yang ada," katanya.

Menurutnya, dengan ditetapkannya SMANSA sebagai Sekokah Penggerak, maka siswa Kelas X belajar menerapkan Kurikulum Merdeka, dan banyak hal sudah dilakukan dalam rangka pelaksanaan kurikulum atau merdeka belajar.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat mendukung proses ini sejak awal. Kepada orang tua, kami sampaikan terima kasih karena sudah hadir dan menyaksikan penampilan siswa-siswi," ucapnya.

Dikatakan, Kurikulum Merdeka Belajar ini lebih mengutamakan soal inovasi dan kreatifitas dalam mengembangkan pengetahuan. "Mari kita saling mendukung untuk mewujudkan semua yang diinginkan," pintanya.

Sebelumnya, Ketua Panitia Pelaksana, Dra. Sandy N. Paliama dalam laporannya menyampaikan bahwa proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan program sekolah penggerak.

Tujuan dimaksud, lanjut Sandy, yaitu mendorong satuan pendidikan melakukan transformasi diri untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, dan mengembangkan hasil belajar peserta didik secara holistik dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Sandy menyampaikan bahwa proyek tersebut juga merupakan komponen penting dalam kurikulum yang wajib diikuti oleh peserta didik sebagai kokurikuler untuk mendapatkan ketuntasan dalam pembelajarannya.

"Keterlibatan orang tua juga merupakan hal yang penting. Ini sebagai bentuk sinergi yang baik dengan pihak sekolah dalam memberikan dukungan dan motivasi kepada peserta didik dengan hadir menyaksikan perkembangan dan kemajuan belajar mereka dalam karya kolaborasi para siswa melalui pementasan Proyek Profil Pelajar Pencasila," jelas Sandy.

"Oleh karena itu, pementasan seni "Bersatu dalam Keberagaman" kami rangkaikan dengan penerimaan hasil belajar peserta didik Kelas X semester genap tahun pelajaran 2021/2022," pungkasnya.

Pantauan TIMEX, usai acara seremoni pembukaan, dilanjutkan dengan pentas seni. Para siswa SMANSA Kupang dalam kesempatan tersebut menampilkan teatrikal musikal dan tari yang mengisahkan cerita mengembalikan rasa cinta budaya Indonesia terhadap seorang teman yang terpengaruh budaya barat.

Dalam pementasan itu, para siswa juga menampilkan keberagaman budaya daerah dalam bentuk tarian, musikalisasi puisi, paduan suara, solo, peragaan busana adat, dan praktik menenun oleh siswi dari Rumah Tenun SMAN 1 Kupang. (r3)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan