Ada Usulan Bebas Visa dari Timor Leste ke Indonesia dan Tinjau Penggunaan PLB

  • Bagikan
POSE BERSAMA. Para pemangku kepentingan dari Negara Timor Leste dan Indonesia yang diwakili oleh Kabupaten TTU, Belu, dan Kabupaten Kupang pose bersama dalam kegiatan penyelenggaraan Forum Bisnis dan Investasi Unggulan Perbatasan RI–RDTL dan Gebyar 20 Tahun RI–RDTL, di Oecusse, Timor Leste, Sabtu (25/6). (FOTO:PETRUS USBOKO/TIMEX)

Gebyar 20 Tahun Indonesia-Timor Leste Menuju Perbatasan yang Unggul

OECUSSE, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Republik Indonesia (RI) dan Republik Demokratik Timor-Leste (RDTL) kembali memperingati hubungan diplomatik yang tahun ini genap berusia 20 tahun.

Sebagai bentuk komitmen dalam memelihara dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama saling menguntungkan dibidang ekonomi, perdagangan, investasi, pendidikan, dan sosial budaya antar kedua negara, khususnya di wilayah perbatasan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dili menyelenggarakan Forum Bisnis dan Investasi Unggulan Perbatasan dan Gebyar 20 Tahun RI–RDTL.

Kegiatan ini digelar sepanjang hari Sabtu, 25 Juni 2022 di Distrik Raeoa-Zeesm, Oecusse, wilayah enklave di pantai utara bagian barat Timor Leste atau sekira 255,1 Km dari Ibukota Dili.

Forum Bisnis dimulai pukul 09.30 – 02.30 waktu setempat di Hotel Oeupu dan dibuka secara resmi oleh Duta Besar RI, Okto Dorinus Manik. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RDTL, Joaquim Amaral hadir sebagai Guest of Honour.

Hadir pula Sekretaris Daerah Kabupaten Belu dan Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU), perwakilan dari BUMN/badan usaha swasta Indonesia, pemangku kepentingan terkait dan para pelaku bisnis dari kedua negara.

Kepala Kantor Penghubung KBRI Dili di Oecusse, Marya Onny Silaban kepada TIMEX, Sabtu (25/6), mengatakan, penyelenggaraan Forum Bisnis dan Investasi Unggulan Perbatasan dan Gebyar 20 Tahun RI–RDTL tersebut sebagai bentuk komitmen untuk memelihara dan meningkatkan hubungan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara.

Narasumber pada sesi pertama Forum Bisnis adalah Bupati Oecusse, Ketua CCI Timor-Leste, dan 3 orang pelaku usaha dari Belu, TTU, dan RAEOA. Sedangkan pada sesi kedua, narasumbernya adalah Sekretaris Negara Lingkungan Hidup, Direktur Karantina dan Bio Security dan Direktur Eksekutif Tradeinvest IP RDTL serta Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang dan Kepala Bea Cukai Atambua.

Dalam Forum Bisnis dibicarakan berbagai isu yang menjadi perhatian para pelaku usaha kedua negara. Hasil dari forum itu diharapkan dapat direkomendasikan beberapa kebijakan yang dapat mendukung kelancaran pergerakan bisnis di area perbatasan RI–RDTL dan meningkatkan volume perdagangan kedua negera.

"KBRI Dili mencatat total transaksi bisnis pada Forum Bisnis dan Investasi mencapai USD.23,018,400. Terdiri atas:
Proposed Development in Improvement/Rehabilitation and Maintenance on Oeccuse Road and Bridge using Design and Built, and Performance-Based Maintenance Scheme: Package A: Road from Tono-Noefefan Bridge to Oenuno senilai USD 23 juta yang dimenangkan oleh PT Waksita Karya. Transaksi jual beli sarang semut seberat 12 ton dengan nilai USD 8,400, transaksi jual beli porang seberat 10 ton dengan nilai USD 10,000," beber Onny Silaban.

Onny menambahkan, terdapat juga beberapa potensi bisnis yang dapat dijajaki oleh para pelaku usaha Indonesia, yaitu proyek Liquica Industrial Park yang akan mulai ditenderkan pada bulan November 2022 serta rencana pembangunan sektor energi terbarukan (solar system) serta peluang bisnis untuk kemasan produk ramah lingkunngan.

Menurut Onny, ada beberapa rekomendasi yang perlu ditindak lanjuti oleh kementerian/lembaga/instansi dan pihak-pihak terkait di Indonesia dan Timor-Leste. Ini dalam upaya peningkatan kerja sama di perbatasan, yaitu usulan untuk memberlakukam kembali bebas visa bagi masyarakat RDTL ke RI.

Kemudian, usulan untuk meninjau Perjanjian Penggunaan Pas Lintas Batas (PLB) Tahun 2003. Kegiatan forum bisnis dan investasi di wilayah perbatasan diharapkan dapat dilakukan secara berkesinambungan; dan saran agar prosedur bisnis dan tender dapat dilakukan secara online dan perlunya sosialiasi peraturan ekspor dan impor menggunakan media online, dan inisiatif kerja sama ekonomi di perbatasan yang ramah lingkungan.

"Diharapkan kedua negara dapat segera menandatangani MoU Kerja Sama Pertanian dan IA Kerja Sama Peternakan dan Karantina," harap Onny.

Selain kegiatan Forum Bisnis, lanjut Onny, pada siang hingga malam harinya di Lapangan Palaban yang terletak di tepi Pantai Oecusse, digelar Gebyar 20 Tahun RI-RDTL yang dibuka oleh Duta Besar RI, Menko Perekonomian RDTL, Bupati RAEOA-ZEESM TL, dan Sekretaris Daerah Kabupaten Belu dengan penabuhan gendang bersama-sama.

Acara dimeriahkan dengan pentas seni budaya tradisional dan kontemporer dari Kabupaten Belu, TTU dan RAEOA-ZEESM serta kehadiran penyanyi-penyanyi setempat dan Indonesia. Misallnya grup vokal Secret Family dari Kefa, TTU dan penyanyi cantik asal Ambon, Mitha Talahatu yang memukau ribuan penonton di wilayah perbatasan tersebut.

"Tarian Oko Mama dan Kreasi Kipas dari Kabupaten TTU, serta tarian Kreasi Likurai-Tebe dan Flobamora dari Kabupaten Belu, NTT mendapat sambutan yang sangat baik dari para penonton. Demikian juga lagu-lagu yang dibawakan oleh para penyanyi, terutama lagu-lagu Mitha yang sangat dinantikan," pungkasnya. (mg26)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan