Masuk Kategori Clear Area PMK, NTT Berpeluang Jadi Pemasok Daging Sapi untuk Pulau Jawa

  • Bagikan
Webinar bertema "Peluang dan Tantangan Usaha Peternakan di Tengah Wabah PMK" yang dilaksanakan Kementan RI, Sabtu (25/6). (FOTO: ISTIMEWA)

KUPANG-Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengaku optimistis penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi dapat dikendalikan secara cepat. Karena itu, SYL mengajak agar semua pihak turun langsung dan terlibat aktif dalam menekan jumlah penularan.

Menurutnya, penyakit tersebut bisa disembuhkan melalui tiga strategi berikut ini. Pertama, kata SYL, Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak untuk menerapkan strategi intelektual sebagai langkah percepatan. Kedua, menerapkan strategi manajemen sebagai langkah penguatan, dan ketiga adalah strategi perilaku sebagai langkah bersama dalam menghilangkan PMK.

"Jadi sebenarnya PMK ini dapat disembukan dan tidak menular ke manusia, tetapi kita harus waspada dan terus bekerja. Yang terpenting tidak boleh membangun kepanikan karena itu sangat berbahaya," ujar Mentan SYL.

SYL mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran selama ini, penyakit PMK masuk dalam kategori penyakit hewan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Sebab, seluruh bagian daging pada hewan yang positif PMK dapat dimakan melalui prosedur yang telah ditetapkan.

"Sekali lagi PMK dapat disembuhkan dan tidak berbahaya dikonsumsi manusia. Kedua, jajaran Kementan bersama 16 daerah yang terkontaminasi PMK menyatakan siap menghadapi Idul Qurban dan meski ada PMK, pasokan sapi yang ada tidak bersoal," ujar Mentan.

Hal senada disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan, Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nuryamsi. Ia mengajak semua masyarakat agar tidak panik.

"Mari bersama-sama turun ke lapangan secara masif dan sinergi untuk menanggulangi PMK. Identifikasi ternak apakah ada gejala pada ternak, apabila ada lakukan isolasi mandiri agar ternak lain tidak tertular," tandas Dedi.

Dedi juga mengajak petani dan peternak untuk memanfaatkan BPP Kostratani, yang salah satu fungsinya adalah sebagai pusat konsultasi agribisnis. BPP Kostratani dijadikan tempat konsultasi para peternak, tenaga kesehatan maupun pemda setempat tentang penangulangan PMK pada hewan ternak.

"Pencegahan PMK dilakukan dengan memberi pakan bagus dan vitamin bagi hewan ternak juga gunakan senyawa yang dapat membunuh virus di kandang dan sekitarnya," jelas Dedi.

Dedi mengatakan, untuk fokus ke penangulangan PMK, diperlukan kerja sama antara pemerintah, peternak, pemda, dan tenaga kesehatan. Sebagai salah satu bentuk sosialisasi penanggulangan PMK, SMPP Negeri Kupang telah menggelar kegiatan webinar MAF atau yang biasa disebut Millenial Agriculture Forum secara virtual melalui aplikasi zoom meeting serta live streaming youtube pada Sabtu (25/6).

Dengan mengusung tema "Peluang dan Tantangan Usaha Peternakan di Tengah Wabah PMK", webinar ini menghadirkan narsaumber yang sangat berkompeten, yakni drh. Melki Angsar, M.Sc dari Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dr. drh. Annyta Dheta, M.Si dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, dan pelaku usaha yang bergerak di bidang penjualan oleh-oleh Toko Ibu Soekiran, yaitu Agoes Rahardjo.

"Ketiga nara sumber ini dihadirkan dengan maksud untuk menginformasikan kepada masyarakat luas bahwa kita tidak harus takut terhadap virus PMK ini karena belumlah sampai ke wilayah NTT. Selain NTT, ada beberapa wilayah seperti Sulawesi, Papua, Bali, NTB, dan Kepulauan Riau yang belum terpapar virus PMK. Bisa dikatakan daerah tersebut termasuk clear area dari virus PMK," demikian keterangan tertulis Humas SMK PP Negeri Kementan Kupang.

Untuk diketahui, Foot and Mouth Disease (PMK) ini adalah penyakit virus yang sangat menular pada hewan berkuku genap/belah (cloven-hoofed) dengan ditandai vesikel/lepuh, erosi mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan kulit sekitar kuku. Karena hal ini, menimbulkan kerugian besar akibat menurunnya produksi dan hambatan dalam perdagangan hewan dan produknya.

Narasumber pertama, drh. Melki Angsar menyampaikan bahwa penyebaran PMK dapat melalui virus RNA (Picornaviridae Aphthovirus) yang mampu bertahan lama di lingkungan. Virus ini juga dapat bertahan hidup di tulang, kelenjar, susu, produk susu. Hewan yang rentan terkena virus ini antara lain sapi, babi, domba, kambing, kerbau.

Maka dari itu, drh. Melki menyampaikan kesempatan ini sangat baik, khususnya daerah NTT sebagai daerah clear area PMK terbuka peluang usaha menjadi pemasok terbesar daging sapi ke Pulau Jawa. Melki menambahkan, harga daging sapi di Jabodetabok telah menembus angka Rp 140 ribu/kg.

Hal serupa disampaikan narasumber, Agus Rahardjo, selaku perwakilan dari toko oleh-oleh Ibu Soekiran. Ia menyampaikan bahwa permintaan olahan daging, khususnya se’i sapi tidak menurun. Justru cenderung naik walaupun di tengah wabah virus ini. Hal ini menandakan bahwa permintaan terhadap olahan daging sapi masih tinggi dan masyarakat tidak terpengaruh dengan adanya penyebaran virus ini selama proses pengolahannya dilakukan dengan benar.

Dr. drh Annyta Dheta, M.Si menyampaikan prinsip dasar pemberantasan wabah PMK yaitu dapat dilakukan dengan cara tindakan karantina serta pengawasan lalu lintas, kemudian menghilangkan sumber infeksi dengan pemusnahan hewan tertular dan hewan yang terpapar (stamping out).

Virus PMK ini tidak dapat menular kepada manusia. "Namun kita harus tetap waspada, terutama terhadap daging hewan yang berasal dari hewan yang telah terpapar virus ini. Pangan asal hewan ini aman dikonsumsi asalkan dengan penanganan yang tepat untuk inaktivasi virus PMK dengan cara pemasakan yang sempurna, dipanaskan pada air yang mendidih (merebus) minimal selama 30 menit," jelas Dr. Annyta.

Menutup acara webinar, Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti menyampaikan bahwa virus ini dapat diatasi dengan baik. "Karena itu, kita tidak perlu merasa khawatir. Namun harus terus waspada," pesannya.

"Dengan terlaksananya webinar ini, dapat menambah wawasan kita terkait pencegahan, penanganan penyakit mulut dan kuku, serta tetap terbukanya peluang usaha khususnya daging olahan," tambahnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) mendukung penuh upaya berjenjang yang dilakukan pemerintah daerah dalam menangani dan mengendalikan PMK pada hewan, khususnya sapi. (*/aln)

Penulis: Luluk Juan Pertiwi

  • Bagikan