WAINGAPU, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Pohon bakau atau mangrove di Pantai Walakiri merupakan salah satu pesona destinasi wisata Pulau Sumba. Di pantai ada keunikan tersendiri, yakni pohon bakau menarinya yang telah diakui dunia.
Sayangnya, ekosistem hutan bakau di area terancam akibat mengalami pengikisan oleh air laut. Akibatnya sebagian area yang awalnya ditumbuhi bakau, kini menjadi area tanpa bakau.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Timur, Ida Bagus Putu Puniya mengatakan, mangrove Walakiri memiliki fungsi ekosistem dan pariwisata. Fungsi obyek wisata ini dengan bakau menarinya perlu dilindungi dengan rekayasa. Misalnya melalui kegiatan Revitalisasi Mangrove Pantai Walakiri. "Rekayasa yang dilakukan dengan membuat kotak/ring penahan arus laut sehingga tidak tumbang terkikis abrasi akibat gelombang laut,” kata Ida Bagus.
Menurut Ida Bagus, penanaman mangrove ini selain bertujuan merehabilitasi kawasan pesisir, juga sebagai program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagaimana arahan Presiden RI, Joko Widodo.
Bantuan PEN ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam rehabilitasi ekosistem pesisir dan pengelolaan sumber daya ekosistem pesisir berkelanjutan, dalam hal ini berupa penanaman mangrove.
Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat fisik, ekologi, dan ekonomi. Manfaat fisik mangrove meliputi sedimentasi, abrasi, perlindungan dari intrusi air laut, penyangga terhadap badai dan angin bermuatan garam, dan pengurangan emisi karbon.
Sementara dari segi ekologi, lanjutnya, hutan mangrove berfungsi sebagai habitat, tempat berlindung, dan sumber makanan bagi biota dan spesies laut di kawasan tersebut. Sedangkan hutan mangrove secara ekonomi berfungsi sebagai tempat rekreasi bagi wisatawan, bahan baku untuk bangunan dan kayu bakar, dan mata pencaharian bagi nelayan untuk menangkap ikan, udang, dan kepiting.
"Penanaman mangrove sendiri selain sebagai upaya mempertahankan keberadaan ekosistem pesisir dari kerusakan, juga sebagai upaya Pemerintah dalam memulihkan kembali kawasan pesisir yang rusak," ujarnya.
Terkait program revitalisasi ini, Manager PT PLN (Persero) UP3, Blasius Gani mengungkapkan, konsep revitalisasi manggrove di Pantai Walikiri kali ini berfokus pada penanaman dan penyelamatan.
Mengingat area bakau Walakiri merupakan area yang terus menerus dikikis gelombang air laut, kata Blasius, maka aksi penanaman dan penyelamatan ini diharapkan dapat memulihkan atau memperbaiki kualitas serta mempertahankan area mangrove pantai.
"Kegiatan ini juga diharapkan dapat mengembalikan fungsi dan manfaat hutan mangrove, baik secara fisik, ekologis, dan ekonomis," harap Blasius. "Dengan adanya kegiatan penanaman ini, masyarakat juga diharapkan ikut serta dalam menjaga ekosistem mangrove di kawasan pesisir Pantai Walakiri,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Peduli Lingkungan, Dixon Djara Manu, menyampaikan terima kasih kepada PT PLN melalui program PLN Peduli yang telah membangkitkan semangat mereka dalam upaya pelestarian lingkungan, khususnya membangun tempat pariwisata bakau menari di Walakiri.
Dixon menyebutkan, penyelamatan area itu dilakukan dengan menanan sebanyak 1.000 anakan mangrove dengan pembuatan ring yang mengelilingi mangrove sebagai penghalang abrasi gelombang pantai.
Hal senada disampaikan Abner Liwar selaku pendamping dari Konsorsium Siap Siaga. “Mangrove menari dulunya amatlah banyak, tapi karena terkikis gelombang kini mulai menghilang. Terima kasih PLN Peduli dalam memberikan bantuan dalam penanaman dan penyelamatan mangrove di sini,” ucap Abner.
Ketua Kelompok Sadar Wisata, Esau Dida, juga menyampaikan terima kasih kepada PT PLN yang ikut peduli menyelamatkan ekosistem Pantai Walakiri dari ancaman abrasi dengan penanaman kembali mangrove. “Kami sangat berterimakasih atas bantuannya dan kami siap bekerja mendukung apa yang telah menjadi niat baik PLN Peduli,” katanya. (*/aln)