Rm. Siprianus S. Senda, Pr
Dosen Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
Logika Yesus memang beda. Sangat berbeda dengan kebanyak orang pada zamanNya. Apalagi dengan para Farisi dan Ahli Taurat. Sangat bertentangan, dan itu kerap membuat konflik terbuka. Tapi logika Yesus pada akhirnya benar dan menang. Hasilnya adalah keselamatan bagi manusia.
Membaca teks Injil hari ini, dari Luk 10:1-9 (teks singkat), kita dapat merasakan adanya keanehan logika Yesus yang berlawanan dengan logika publik. Ini menarik untuk disimak dan direnungkan. Pesannya amat kuat mengenai pentingnya percaya dan bergantung pada penyelenggaraan ilahi. Dengan kata lain logika Yesus di sini adalah logika penyelenggaraan ilahi.
Ulasan Teks
Teks Luk 10:1-9 berkisah tentang perutusan para murid. Mereka dibedakan dari kedua belas rasul. Mereka diutus berdua-dua mendahului Yesus ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungiNya (ay 1). Berdua-dua dan tidak sendiri-sendiri. Dalam konteks pemberitaan kebenaran dan pemberian kesaksian, sesuai hukum Taurat, haruslah dari dua saksi agar kebenaran atau kesaksian itu dipandang sah. Kesaksian satu orang saja tidak diterima hukum. Dalam hal ini, perutusan berdua-dua dapat dipahami, di samping alasan praktis untuk saling menolong dalam perjalanan.
Bagian selanjutnya adalah pesan perutusan dari Yesus. Bagian ini terdiri dari latar belakang perutusan, perutusan dan syarat bagi utusan. Latar belakang perutusan adalah kebutuhan akan utusan dalam pewartaan Kerajaan Allah. Hal ini diungkapkan dalam bahasa metafora, tuaian banyak tetapi pekerja sedikit. Maka perlu meminta kepada pemilik tuaian agar mengirim pekerja yang memadai. Para murid sebanyak 70 orang adalah pekerja yang dikirim Tuhan untuk melaksanakan perutusan menuai ini. Walaupun disadari bahwa jumlah ini tetap belum mencukupi karena tuaian melebihi jumlah pekerja. Ini berarti doa permohonan untuk mendapatkan para pekerja tetap dibutuhkan.
Kedua, perutusan yang diberikan Yesus. Kata kerja imperatif "Pergilah" adalah sebuah perintah perutusan. Mereka diminta untuk segera beranjak pergi ke tempat-tempat yang akan dikunjungi Yesus. Spirit seorang murid adalah siap diutus ke mana saja oleh Tuhan dan Guru. Perutusan ini digambarkan seperti domba yang diutus ke tengah serigala. Sebuah paradoks yang menantang. Namun kondisi menantang inilah yang menjadi titik poin bagi bagian berikut yaitu syarat bagi para murid dalam perutusan itu.
Yesus memberikan syarat tertentu bagi seorang utusan Kerajaan Allah. Syarat-syarat itu adalah tidak membawa pundi-pundi, bekal atau kasut; tidak memberi salam dalam perjalanan; katakan salam damai sejahtera bagi rumah yang dikunjungi; tinggal di rumah itu dan makan apa yang disajikan; tidak berpindah-pindah rumah. Semua syarat ini wajib dipenuhi oleh para murid dalam melaksanakan perutusan ini.
Bagian terakhir dari perikop ini adalah tugas yang harus dilakukan para murid, yaitu menyembuhkan orang sakit dan mewartakan kedatangan Kerajaan Allah. Para murid utusan itu diminta untuk melaksanakan dua tugas itu. Mereka melaksanakan misi perutusan itu sesuai amanat Yesus. Itulah sikap kemuridan yang sejati.
Letak keanehan logika Yesus
Dari bagian ke bagian, kita melihat alur yang jelas. Tidak ada keanehan. Mulai dari pernyataan latar belakang, perutusan, persyaratan, pelaksanaan tugas hingga konsekuensi bagi yang menolak kehadiran para utusan.
Yang menarik untuk disimak adalah bagian mengenai metafora "seperti anak domba ke tengah-tengah serigala". Ini kelihatan aneh. Karena sebelumnya Yesus menyatakan latar belakang perutusan bahwa tuaian banyak tetapi pekerja sedikit. Mengapa pekerja yang sedikit ini malah diutus seperti anak domba ke tengah serigala? Lagika umum jelas memahami bahwa ini konyol. Tentu saja serigala akan memangsa anak domba yang datang ke tengah mereka. Di sinilah keanehan logika Yesus. Pekerja sedikit dan malah kurang, tetapi diutus ke tengah kawanan serigala yang justeru akan memangsa mereka. Akibatnya makin berkuranglah pekerja, sementara tuaian melimpah masih membutuhkan pekerja.
Muara logika Yesus
Yesus tentu saja memiliki pendasaran lain dari pernyataanNya itu. Logika Yesus berbeda dengan logika umum manusiawi. Dalam hal pewartaan Kerajaan Allah, ada dua kondisi yang berlawanan. Pertama adalah kondisi kehadiran Kerajaan Allah dalam dunia yang dimulai dalam diri Yesus. Ini dibaratkan seperti kehadiran anak domba yang tulus, tak bersalah. Kedua adalah keadaan dunia yang dikuasai oleh kekuatan penentang kehadiran Allah. Ini digambarkan dengan serigala yang siap mencaplok mangsa.
Dalam kondisi demikian, Yesus mengetahui dengan pasti bahwa kehadiranNya dan kehadiran para murid bakal mendapat perlawanan sengit dari dunia yang membenci kehadiran Allah. Untuk itu para murid diajariNya agar percaya pada penyelenggaraan ilahi. Logika Yesus adalah logika penyelenggaraan ilahi. Dalam konteks dunia yang ganas seperti serigala, seorang utusan hendaknya memasrahkan diri pada kekuatan Allah yang mengutusnya.
Syarat yang diberikan Yesus menjelaskan maksud logika Yesus. Mereka diminta untuk tidak membawa jaminan material demi kenyamanan dan keamanan manusiawi. Padahal semua itu penting dalam perjalanan. Di sini Yesus mengajarkan pentingnya mengandalkan Tuhan dalam hidup, ketimbang mengandalkan materi duniawi yang belum tentu menjamin keselamatan kekal.
Yesus juga menghendaki supaya mereka tidak terikat pada relasi yang menghambat perutusan. Mereka hendaknya fokus dalam pewartaan Kerajaan Allah. Maka segala kemungkinan yang menghambat dijauhi. Termasuk kekuatiran akan makanan dan minuman serta penginapan di tempat tujuan. Semuanya telah disediakan Tuhan dengan penyelenggaranNya yang mahabaik. Tugas seorang murid adalah melaksanakan amanat perutusan, bukannya kuatir dengan jaminan kesejahteraan duniawi.
Misi Injil dalam penyelenggaraan ilahi
Dari ulasan teks dan pendalaman logika Yesus, ternyata dapat diketahui bahwa inti pesan Yesus melalui teks ini adalah percaya pada penyelenggaraan ilahi dalam melaksanakan tugas kemuridan. Sebagai seorang murid Kristus, setiap kita dipanggil dan diutus mewartakan Kerajaan Allah melalui hidup kan karya masing-masing. Setiap murid Kristus berdasarkan sakramen permandian, diutus menjadi saksi Injil melalui profesi masing-masing dalam konteks dunia kehidupannya.
Bertolak dari teks ini, para murid Kristus masa kini hendaknya menyadari tugas perutusan memberikan kesaksian Injil di mana saja berada. Tugas perutusan ini laksana pergi ke tengah-tengah serigala dunia ini yang akan menghambat setiap karya cinta kasih. Tetapi logika penyelenggaraan ilahi memberi inspirasi bahwa yang utama di sini bukanlah kekuatiran pada serigala, melainkan fokus pada penyerahan diri kepada kehendak Tuhan. Keyakinan iman yang kokoh akan penyelenggaraan ilahi memastikan jaminan keselamatan dari Tuhan untuk terus bersaksi Injil dalam profesi dan karya apapun serta di manapun berada. Rasul Paulus mengingatkan supaya tetap mewartakan Injil, entah baik atau tidak baik waktunya. Tantangan selalu ada. Tetapi pewartaan Injil tak boleh terhenti hanya karena ada serigala yang mengancam. Tuhan lebih kuat daripada serigala itu. Maka percaya penyelenggaraan ilahi adalah kunci keberhasilan dalam perutusan itu. Itulah logika Yesus.