JAKARTA, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Disaat dunia tengah berjuang mengatasi pandemi Covid-19 yang belum berakhir, kini datang lagi kasus cacar monyet yang penyebarannya terus meluas.
Bagaimana tidak, jumlah kasus baru tercatat meningkat tiga kali lipat di Eropa sejak 15 Juni, dimana menjadi lebih dari 4.500 kasus yang dikonfirmasi laboratorium. Dan Eropa merupakan wilayah dengan persebaran paling subur.
Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO untuk Eropa, dr. Hans Kluge, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Eropa menyumbang hampir 90 persen dari semua kasus yang dikonfirmasi dan dilaporkan di seluruh dunia sejak pertengahan Mei 2022.
“Sebanyak 31 negara dan wilayah di kawasan itu kini telah melaporkan setidaknya satu kasus cacar monyet,” katanya, Minggu (3/7).
Inggris telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus cacar monyet terbanyak di Eropa. Lalu diikuti Jerman dengan 838 kasus, Spanyol (736 kasus), Portugal (365 kasus), dan Prancis (350 kasus). Data ini sesuai laporan Pusat Penyakit Eropa Pencegahan dan Pengendalian dan kantor regional WHO untuk Eropa.
BACA JUGA: Waspadai Penularan Cacar Monyet pada Anak-anak
Jumlahnya lebih kecil di Afrika. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika melaporkan bahwa sejak awal tahun 2022, 1.715 kasus (termasuk 1.636 kasus yang diduga) cacar monyet telah dilaporkan di 10 negara. Angka tersebut termasuk 73 kematian. “Tidak ada kematian yang dilaporkan dari penyakit ini di Eropa,” kata Kluge.
Pasien Didominasi Pria
Sementara pria masih menjadi penyebab sebagian besar infeksi yang dilaporkan di Eropa. Kluge mengatakan, sejumlah kecil kasus juga sekarang telah dilaporkan di antara anggota rumah tangga, kontak heteroseksual, dan kontak non-seksual, serta di antara anak-anak.
Kluge memberikan perincian tentang siapa yang terkena penyakit ini di Eropa. Sebanyak 99 persen kasus sejauh ini terdeteksi pada pria. “Mayoritas adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, di antara pasien yang orientasi seksualnya diketahui,” katanya
Sebagian besar kasus adalah orang-orang yang berusia antara 21 dan 40 tahun “Hanya satu pasien yang dirawat di perawatan intensif di Eropa,” kata Kluge.
Gejalanya
Sebagian besar kasus menunjukkan ruam. Sekitar tiga perempat telah melaporkan gejala sistemik seperti demam, kelelahan, nyeri otot, muntah, diare, kedinginan, sakit tenggorokan atau sakit kepala. Gejala awal muncul dalam 2 hari. Namum pasien bisa dinyatakan sembuh salam periode 14 hingga 21 hari. (jpc/jpg)