Anak Muda dengan Konten Kreatif Lawan Paham Radikal

  • Bagikan
SOSIALISASI. BNPT menggelar simulasi Pelibatan Pemuda dalam Pencegahan Terorisme dengan Pitutur Kebangsaan bertema Ekspresi Indonesia Muda, di aula Komodo SMKN 3 Kota Kupang, Senin (4/7). (FOTO: FENTI ANIN/TIMEX)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak kaum muda NTT membuat konten-konten kreatif di media sosial yang dapat melawan terorisme dan paham radikalisme.

Maira Himadhani selaku Sub Koordinator Partisipasi Masyarakat BNPT RI mengajak kaum muda untuk memanfaatkan media sosial guna menangkal bibit-bibit perpecahan di tengah masyarakat.

Hal tersebut disampaikan pada kegiatan Pelibatan Pemuda dalam Pencegahan Terorisme dengan Pitutur Kebangsaan bertema Ekspresi Indonesia Muda.

Kegiatan ini berlangsung di aula Komodo SMKN 3 Kupang, Senin (4/7), sekaligus sebagai pelatihan pembuatan konten kreatif melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT. "BNPT mengajak semua insan milenial untuk membuat konten kebangsaan yang juga akan dilombakan," katanya.

BNPT sendiri mencatat persoalan terorisme menjadi kejahatan luar biasa terhadap kehidupan manusia terutama saat ini menyasar pengguna media sosial. "Perekrutan dimulai dari mempengaruhi kelemahan masyarakat dan melalui media sosial, maka ini harus dilawan juga dengan konten yang kreatif tentang kebangsaan," harapnya.

Maira pada kesempatan tersebut juga mengajak anak-anak muda mengikuti lomba kreatif dengan basis penggunaan media sosial yang diselenggarakan pihaknya bersama FKPT NTT.

Sementara itu, Kepala Badan Kesbangpol NTT, Yohanes Oktovianus, dalam kesempatan yang sama menyatakan, peran anak muda sebagai pengguna media sosial memang berpengaruh dengan cara yang bijak.

Islamophobia itu, ujarnya, dibentuk dari kurangnya informasi bahwa Islam dasarnya mengajarkan damai dan kebaikan. Maka pemuda harus berani melawan benih terorisme dan stigma ini dengan cara kreatif seperti membuat konten yang berpengaruh mengubah pemikiran radikalisme.

Selain itu, lanjutnya, kearifan lokal adalah identitas yang dipertahankan dan perlu dikembangkan anak muda pula. Kearifan lokal adalah produk intelektualitas masyarakat.

"Sedangkan dalam ajaran-ajaran radikal dihasut untuk menghindari hal ini sehingga perlu diperbaiki pula oleh anak muda dengan cara masing-masing di media sosial. Pemuda bisa melawan intoleran ini dan terus mengangkat nilai-nilai kebangsaan," tandasnya. (r2)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan