Beras Sulit Terjual, Petani Boleng Mengeluh

  • Bagikan
Persawahan Terang, Kecamatan Boleng, Kabupaten Mabar. Gambar diabadikan Minggu (10/7). (FOTO: HANS BATAONA/TIMEX)

LABUAN BAJO, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Sejumlah petani sawah di Lando, Desa Mbuit, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) mengeluhkan beras dari hasil produksi sawah mereka tidak terjual dalam beberapa pekan terakhir. Akibatnya hasil produksi kini jauh menurun.

Keluhan itu diungkapkan sejumlah petani, seperti Hendrikus Jehalu, Victor Galis, Petrus Raba, dan Ferdinandus Jehuru, saat ditemui TIMEX di desa itu, Minggu (10/6). "Sekarang petani kesulitan menjual beras. Stok lama masih banyak dipenggilingan," kata Hendrikus Jehalu.

Dikatakan, sebelumnya petani menjual beras langsung dipenggilingan setelah panen. Namun beberapa pekan terakhir, beras tidak langsung dibeli. Di pasaran pun tidak ada dan stok beras menumpuk dipenggilingan karena tidak laku. Kondisi saat ini, stok beras milik petani tidak teerjual.

Keluhan senada dikemukakan Victor Galis dan Ferdinandus Jehuru. Menurut Galis, petani Boleng saat ini sedang kewalahan menjual beras hasil panen sawah mereka sementara tuntutan hidup, terutama biaya sekolah anak-anak pada musim sekarang ini.

Dia menjelaskan, karena harga pasaran tidak ada sehingga petani terpaksa menjual murah dari harga biasanya Rp 400 - 500 ribu/kg, kini beras untuk karung ukuran 50 kg kini turun drastis dengan harga Rp 350 ribu.

"Kewalahan kita sekarang, sulit orang beli beras. Padahal kami berharap bisa laku supaya ada biaya ongkos anak kami masuk sekolah," ujarnya

Sementara itu Jehuru mendesak pemerintah daerah Manggarai Barat melalui instansi teknis untuk melakukan operasi dan intervensi pasar supaya kondisi ini bisa normal kembali. Pemerintah jangan terlalu membuka ruang untuk menerima beras yang datang dari luar daerah sementara beras yang ada di daerah sendiri menumpuk.

"Kita minta respon cepat pemerintah melalui instansi teknis agar petani di Boleng bisa keluar dari masalah ini, "pintanya. (Krf7)

Editor: Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version