KUPANG, TIMEXKUPANG, FAJAR.CO.ID-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Wilayah NTT mencatat sejumlah pertumbuhan positif dari Bank NTT. Kendati demikian, sejumlah catatan diberikan terkait kredit dan efisiensi biaya yang tidak bermanfaat bagi bisnis perbankan.
Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu, mengatakan, OJK juga mengingatkan Bank NTT soal rasio BOPO atau total beban operasional dan total pendapatan operasional, juga rasio Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah.
Ia menyebut, secara year to date, aset Bank NTT menunjukkan pertumbuhan positif sebesar Rp 1,10 triliun atau 6,99 persen posisi Mei 2022. Ini didorong oleh pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1,11 triliun atau 8,92 persen.
"Jadi Bank NTT memang semakin dipercaya dalam komposisi DPK dan tetap perlu membangun kerja sama produktif sehingga pertumbuhannya lebih baik," ungkap Japarmen saat perayaan ulang tahun ke-60 Bank NTT di halaman Kantor Pusat Bank NTT, Minggu (17/7). Hadir saat itu, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) dan sejumlah tamu atau pejabat penting lainnya.
Japarmen menyebutkan, pada Mei 2022, Bank NTT juga telah mencetak laba sebesar Rp 102,83 miliar, lebih tinggi dibandingkan kinerja tahun lalu pada Mei 2021, yakni sebesar Rp 55,27 miliar. "Tentu ini capaian atau peningkatan ini signifikan," katanya.
Namun begitu, lanjut Japarmen, semua pencapaian Bank NTT ini diharapkan turut diiringi dengan kinerja penyaluran kredit karena belum menunjukkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2022.
Optimalisasi penyaluran kredit Bank NTT, demikian Japarmen, juga diharapkan mampu menjadi katalisator pemulihan ekonomi NTT, menjalankan fungsi intermediasi, juga menyediakan fasilitas pendanaan bagi masyarakat.
"Pada semester pertama ada beberapa kondisi yang berakibat pada melandainya penyaluran kredit tapi kami mencermati, mengamati, mengkomunikasikan untuk semester dua 2022 dapat melakukan ekspansi kredit," kata Kepala OJK NTT.
Catatan ini berdasarkan indikator pertumbuhan year on year Bank NTT terhadap perbankan nasional. Untuk total aset Bank NTT tumbuh Rp 364,94 miliar atau 2,22 persen sedangkan perbankan nasional Rp71,36 triliun atau 0,69 persen.
Lalu DPK Bank NTT Rp777,09 miliar atau 6,05 persen sedangkan perbankan nasional Rp39,77 triliun atau 0,52 persen. Tetapi kredit Bank NTT tumbuh hanya 0,16 persen atau Rp 17,11 miliar, sedangkan perbankan nasional Rp250,30 triliun atau 4,24 persen.
Bila dilihat berdasarkan indikator pertumbuhan year to date: pertumbuhan total aset Bank NTT 6,99 persen atau Rp1.099,33 miliar sedangkan perbankan nasional Rp 923,01 triliun atau 9,77 persen.
Lalu DPK Bank NTT tumbuh Rp 1.114,92 miliar atau 8,92 persen, sedangkan perbankan nasional Rp691,41 triliun atau tumbuh 9,94 persen. Tetapi pertumbuhan kredit Bank NTT terkontraksi, -1,34 persen atau -Rp150,06 miliar. Sedangkan perbankan nasional Rp508,61 triliun atau tumbuh 9,02 persen.
Bank NTT sendiri dibandingkan dengan 25 BPD lainnya di Indonesia posisi Mei 2022 berada pada ranking 16 berdasarkan jumlah aset, kredit, dan dana pihak ketiga.
Sedangkan untuk laba, ranking BPD NTT menempati posisi ke-20. Capaian ranking ini, kata dia, lebih rendah dibandingkan posisi Mei 2021 lalu yang berada di ranking 17.
Menurutnya ini perlu diperhatikan insan Bank NTT dengan meningkatkan penghimpunan dana murah, khususnya tabungan guna mengurangi konsentrasi deposito yang merupakan salah satu sumber utama beban operasional bank.
"Mempercepat kinerja penyaluran kredit yang masih tercatat minus dibandingkan posisi Desember 2021 dan mengefisienkan biaya-biaya dan kegiatan yang kurang memberikan manfaat bagi pertumbuhan bisnis bank," pinta Japarmen.
Japarmen mengaku, hal ini telah dibahasnya bersama pengurus BPD NTT, Kamis lalu (14/7) dan diharapkan ke depannya bank ini dapat memperhatikan hal tersebut. (r2)
Editor: Marthen Bana