KUPANG-Kementerian Pertanian (Kementan) terus berusaha meningkatkan perekonomian pedesaan di seluruh Indonesia melalui program Desa Mitra/Sekolah Lapang.
Upaya tersebut telah membuahkan hasil yang menjanjikan, seperti yang terjadi di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Setelah sebelumnya memberikan bantuan berupa paket budidaya ayam pedaging/broiler di Desa Kuimasi, SMK-PP Negeri Kupang selaku unit pelaksana teknis Kementan melakukan monitoring, Rabu (20/7).
Monitoring tersebut dilaksanakan di 5 kelompok tani/kelompok wanita tani yang berada di Desa Kuimasi, Kabupaten Kupang.
Zulham Sunayardi selaku Ketua Pelaksana Desa Mitra/Sekolah Lapang SMK-PP Negeri Kupang menyampaikan bahwa saat ini 4 dari 5 kelompok tani sudah panen ayam pedaging. Total ayam yang dipanen mencapai lebih kurang 900 ekor. “Dua dari 5 kelompok tani tersebut telah menjual ayam pedaging, sementara 2 yang lain sedang mencari penjual,” kata Zulham.
Zulham menambahkan, satu kelompok tani Usaha Mandiri masih dalam proses budidaya, karena menerima bantuan paling terakhir dibanding kelompok lainnya.
Diketahui bahwa panen ini merupakan panen perdana ayam pedaging, yang pemeliharaannya membutuhkan waktu lebih kurang 30 hari. "Kelompok tani telah menerima pembelajaran yang lengkap tentang budidaya ayam pedaging setelah kegiatan panen tersebut. Pasalnya setelah penjualan berlangsung dapat diketahui tentang untung dan ruginya usaha ayam pedaging yang dijalankan kelompok tani," jelas Zulham.
Selain untung rugi, lanjutnya, kelompok tani juga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari
pemeliharaan yang mereka lakukan dalam satu periode kemarin. Pembelajaran tersebut, demikian Zulham, merupakan esensi dari program Desa Mitra/Sekolah Lapang yang digagas Kementan.
Zulham menambahkan, dari dua kelompok tani yang sudah panen saja sudah banyak hal yang bisa dipelajari. Ada kelompok tani yang melakukan manajemen budidaya yang tepat, sehingga ayam pedaging dijual di umur dan berat yang tepat, serta menghasilkan keuntungan.
Ada pula kelompok tani yang manajemen pakan dan waktu penjualannya kurang tepat, sehingga ayam pedaging dijual dalam kondisi overweight atau terlampau besar untuk pangsa pasar di Kupang yang menerapkan jual beli berdasarkan per ekor alih-alih per kilogram. "Dengan begitu terdapat kekurangan yakni ayam dibeli dengan harga standar padahal ukurannya besar," tuturnya.
Menurut Zulham, manajemen tersebut harus dicermati oleh kelompok tani agar budidaya ayam pedaging bisa menguntungkan. Pihak SMK-PP Negeri Kupang pun membimbing agar pada periode selanjutnya kelompok tani bisa melakukan budidaya dengan lebih baik.
Karena itu, kata Zulham, dari pengalaman tersebut diharapkan kedepannya kelompok tani desa mitra dapat berusaha budidaya ayam pedaging secara mandiri, efektif, dan menguntungkan.
Sebagaimana diketahui, budidaya ayam pedaging dengan populasi 300 ekor selama 1 periode (lebih kurang 30 hari pemeliharaan) dapat menghasilkan keuntungan sekira Rp 1,5 juta.
Ini merupakan peluang bisnis seperti yang diungkapkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) bahwa peluang bisnis pertanian di Indonesia sangatlah besar.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa sumber daya manusia penyuluh dan pendamping adalah jembatan produktivitas petani, inovasi dan teknologi. "Apabila jembatan rapuh, tentu tidak dapat dilalui kendaraan, sehingga peran penyuluh dan pendamping sangat luar biasa," tuturnya. (*)
Penulis: Aisy Karima Dewi