Upgrade Kompetensi Tenaga Pendidik, Kementan Gelar Workshop Kurikulum Merdeka Belajar

  • Bagikan
TINGKATKAN KOMPETENSI. Para guru di lingkungan SMK PP Negeri Kupang, Kepala SMK-PP Kupang, Stepanus Bulu foto bersama para narasumber usai Workshop Kurikulum Merdeka Belajar yang berlangsung di Kota Atambua, Belu. (FOTO: ISTIMEWA)

KUPANG-Guna meningkatkan kompetensi guru di lingkungan SMK PP Negeri Kupang, sekolah menggelar Workshop Kurikulum Merdeka Belajar pada 25 - 28 Juli 2022 di Kota Atamba, Kabupaten Belu.

Workshop ini dibuka langsung Kepala SMK PP Negeri Kupang, Ir. Stepanus Bulu, MP. Saat itu Stepanus menyampaikan bahwa kurikulum adalah bagian terpenting dalam sebuah proses pendidikan. Sehingga melalui workshop ini diharapkan para guru mendapat ilmu terkait model pembelajaran yang tidak kaku serta menambah wawasan guru terhadap model pembelajaran yang baik untuk meningkatkan pembelajaran di kelas. Sebagai tujuan akhir yaitu adanya kemandirian siswa dalam kehidupan kedepannya kelak.

Pada workshop ini, pihak SMK PP Negeri Kupang sebagai penyelenggara menghadirkan tiga narasumber yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya, yakni Kepala (Balai Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (BPMP) Ponto Yelipele, Agus Ahab, dan Maksi Gurang.

Pemateri pertama Ponto Yelipele, SPd., M.Pd., menyampaikan materi paradigma baru pendidikan Indonesia dan Strategi Kemendikbudristek dalam IKM secara mandiri.

Ponto juga menyampaikan bahwa UPT harus segera mengadvokasi Disdik agar kepala sekolah dan guru belajar mengenai Merdeka Belajar ini melalui platform Merdeka Belajar, mengikuti Seri Webinar, bergabung dengan komunitas belajar, melakukan praktik melalui narasumber serta bekerjasama dengan mitra pembangunan untuk implementasi Kurikulum Merdeka.

Keuntungan dalam menggunakan Platform Merdeka Belajar diantaranya setiap guru di seluruh Indonesia mendapat kesempatan mengakses pelatihan yang sama dengan kualitas yang sama pula, para guru dapat saling berbagi, saling menginspirasi, dan para guru di seluruh Indonesia dapat mengakases beragam perangkat ajar yang bisa dijadikan contoh.

Selaras dengan yang disampaikan oleh narasumber kedua Agus Ahab S.Pd. M.Pd mengenai merdeka belajar memberikan fleksibilitas kepada meningkatkan kualitas melalui peraturan yang tidak terlalu kaku atau mengikat. Pelajar pancasila dengan penerapannya seimbang Antara guru dan siswa yaitu belajar sepanjang hayat.

Kompetensi abad 21 yang tetap disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Inti dari kurikulum merdeka adalah kembalinya otoritas sekolah untuk menyusun kurikulum dan mendesain perangkat pembelajaran demi meningkatkan kualitas pembelajaran.

Beberapa keunggulan dari kurikulum merdeka belajar yaitu lebih sederhana dan mandalam karena fokusnya pada hal esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya, dalam hal ini SMK ada di fase E untuk kelas X dan Fase F untuk kelas XI dan XII.

Keunggulan selanjutnya bagi guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik, bagi sekolah dapat mengentukan kurikulum sesuai dengan karakteristik sekolah.

Maksi Gurang mengingatkan bahwa esensi dari workshop ini adalah student center and teaching at the right level. "Kita memberikan pelayanan pada peserta didik dengan karakteristik peserta didik yang berbeda. Bagaimana ekosistem pendidikan dalm hal ini kepala sekolah dan guru duduk bersama berkolaborasi untuk kita bangun komitmen bersama," tutur Maksi.

Mentan SYL mengapresiasi apa yang dilakukan SMK PP Negeri Kupang ini. Mentan pernah mengatakan bahwa generasi petanian yang tangguh diperoleh dari input yang bagus, yaitu bapak/ibu gurunya. “Guru yang hebat akan menciptakan murid yang hebat dan generasi pertanian yang tangguh menghadapi tantangan,” ujar Mentan.

Senada dengan Mentan, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa dalam menghadapi krisis pangan seperti ini, generasi pertanian yang professional, mandiri, dan berdaya saing harus dibentuk. Tentunya melalui bimbingan para tenaga pendidik/guru.

“Kalau gurunya semangat dan berkompeten, saya yakin bahwa siswa-siswi sebagai generasi muda penerus pertanian akan siap menghadapi krisis pangan yang bisa menjadi tantangan dan peluang bagi Bangsa Indonesia,” tutup Dedi. (*/aln)

Penulis: Luluk Juan

  • Bagikan