KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Kamis (11/8) pagi tadi, terjadi peristiwa yang cukup menghebohkan warga Kota Kupang lantaran adanya upaya percobaan bunuh diri yang dilakukan seorang perempuan muda di jembatan penyangga pipa BLUD SPAM di Jl. Piet A. Tallo.
Peristiwa ini heboh karena video rekaman warga menjadi viral. Bahkan berdasarkan pantauan media ini di sejumlah akun media sosial, tak sedikit nitizen yang mencibir ulah sosok yang berprofesi sebagai seorang dokter berinisial TPWN.
Ahli kejiwaan, dr. Shinta Widari, SpKJ., MARS, ketika dikonfirmasi TIMEX terkait dugaan upaya bunuh diri salah seorang dokter intership berusia sekira 26 tahun menyatakan, akhir-akhir ini memang muncul banyak permasalahan yang membuat seseorang sulit mengelola problem yang dihadapi. Permasalahan itu misalnya dampak pandemi Covid-19 yang belum berakhir juga resesi global. Akibat dari permasalahan ini, menimbulkan banyaknya kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), juga persoalan-persoalan lain yang mungkin tidak bisa dikelola dengan baik oleh yang bersangkutan.
"Kalau orang sampai ingin melakukan upaya bunuh diri, maka sebelumnya dia sudah memiliki problem yang tidak bisa dikelola dengan baik. Bisa saja mengalami depresi tetapi terselubung, tidak kelihatan sehingga dengan adanya cetusan akan menjadi pemicu gejala depresi menjadi berat sehingga muncul ide untuk bunuh diri. Ini karena emosinya tidak tertangani dengan baik," jelas dr. Shinta.
Dokter Shinta menyebutkan, banyak kasus percobaan bunuh diri yang dipicu oleh persoalan-persoalan yang tengah dihadapi saat ini. Tetapi juga ada yang mereka mengalami problem psikologis sejak lama, bisa saja dimulai dalam kandungan, bagaimana dia dibesarkan, sehingga terbentuk kepribadiannya yang akhirnya berdampak pada pengelolaan stres yang tidak baik," urainya.
Menurut dr. Shinta, percobaan bunuh diri merupakan akumulasi. "Jadi harus hati-hati dengan gangguan perasaan. Begitu ada rasa cemas, sedih, jangan dipendam karena kadang-kadang keluarga juga kurang terbuka untuk memperhatikan hal ini," katanya.
Pernyataan bosan hidup dari seseorang, lanjut dr. Shinta, jangan dianggap sepele atau hanya berupa angin lalu. Pernyataan itu adalah sinyal karena mungkin saja mereka memiliki problem yang tidak terselesaikan, sehingga keluarga harus berperan baik dengan mendengarkan dan menanyakan, sehingga mereka tidak mengambil jalan pintas yang artinya tidak memiliki solusi lagi dan tidak ada yang bisa membantu.
Dokter Shinta juga sangat menyayangkan masyarakat yang akhirnya mem-bully mereka yang gagal melakukan percobaan bunuh diri. Seharusnya masyarakat yang melihat hal ini ikut memberikan rasa aman kepada mereka yang psikologinya terganggu.
"Bila perlu mereka yang melakukan percobaan bunuh diri langsung dibawa ke psikiater, bukan malah di-bully. Ini bisa menambah beban yang akhirnya menjadi pemicu dan menambah stres," pesannya.
Dikatakan, dugaan upaya percobaan bunuh diri yang terjadi, khususnya yang dilakukan seorang dokter intership, pasti dia sudah paham apa itu depresi. "Kalau sampai dilakukan, artinya seseorang sudah tidak lagi memiliki kendali," katanya.
Dokter Shinta melanjutkan, ada juga orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri karena memang mengalami sakit jiwa yang berat. Artinya mendengar suara-suara yang namanya halusinasi, yang menyuruh dia untuk melakukan bunuh diri.
"Tetapi semua itu bisa terjadi karena memiliki stres yang sebelumnya belum diselesaikan, yang akhirnya memicu dia mengalami gangguan atau depresi berat, sehingga muncul ide-ide bunuh diri," tambahnya.
Karena itu, dr. Shinta meminta, ketika ada anggota keluarga atau salah satu teman yang mengalami perubahan perasaan dan perilaku, misalnya sebelumnya dia ceria, lalu berubah menjadi pendiam dan melamun, menyendiri, apalagi ketika sudah pernah mengucapkan ingin mengakhiri hidup, maka harus didengarkan dan bertanya apa yang terjadi sehingga bisa memberikan bantuan dan jangan sampai orang tersebut melakukan hal-hal di luar kendali. (r2)
Editor: Marthen Bana