KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB), Ferdi Tanoni mengaku tak kaget ketika membaca berita terkait adanya temuan minyak bumi baru yang merembes di pantai di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Saya tidak merasa geger soal berita ini. Yang benar adalah seluruh kekayaan Indonesia di Laut Timor telah diambil oleh Australia, kemudian dibagi hanya bersama Timor Leste. Pertanyaannya adalah dimanakah hak dari Timor Barat sebagaimana berita tentang ditemukan minyak bumi di Kabupaten Malaka yang dulunya bernama Kabupaten Belu, yang berbatasan langsung dengan Timor-Timur, Provinsi ke-27 RI kala itu," ungkap Ferdi Tanoni kepada TIMEX di Kupang, Jumat (12/8).
Ferdi mengatakan bahwa sudah ada tiga buah sumur minyak disana yang disebut Sumur Laminaria-Corallina dan Buffalo, dan telah lama beroprasi di sana. Perusahaannya yang mengelola sumur-sumur minyak ini adalah Wood Side.
"Sebagaimana yang saya ketaui bahwa setelah Timor Timur lepas dari Indonesia, Australia telah menyerahkan sumur-sumur minyak itu kepada Pemerintah Timor Leste, dan soal pembagiannya saya tidak tahu. Namun yang pasti bahwa kawasan itu berada di sekitar wilayah yang dulu disebut dengan nama Timor Gap atau berada diantara Timor Timur-Kabupaten Belu-Kabupaten Malaka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan," ungkap Ferdi.
Ferdi menyatakan bahwa jarak antara sumur-sumur minyak ini dan Darwin di Australia Utara hanya lebih kurang 550 Km. Apalagi ada hak masyarakat Timor Barat dari sumur Bayu Undan yang selama ini berulang kali diperjuangkan bagi kepentingan rakyat NTT.
Ferdi menyebutkan, Pemerintah Australia kemungkinan sudah mendapatkan 2 - 5 miliar dollar dari sumur-sumur ini. "Australia seharusnya tahu diri untuk membayar kembali kompensasi kepada rakyat Timor seluruhnya, dan bukan saja hanya untuk rakyat Timor Timur saja. Secara singkat saya katakan bahwa Pemerintah Republik Indonesia harus berdiri lebih tegas tentang batas perairan antara Timor Leste dan Australia," tegas sosok yang paling getol dan gigih memperjuangkan hak-hak rakyat NTT di Laut Timor ini.
Bertepatan dengan momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 RI pada 17 Agustus 2022 ini, Ferdi meminta Pemerintah RI harus lebih tegas menyatakan sikapnya dan tidak bisa bersikap pasif seperti apa yang terjadi saat ini.
Belum lagi Australia sudah mulai melakukan tender pengeboran sumur minyak yang sangatlah besar di sekitar Gugusan Pulau Pasir. "Kemanakah rasa kedaulatan kita sebagai rakyat Indonesia? Gugusan Pulau Pasir ini merupakan hak milik kita rakyat Indonesia," tandas Ferdi lantang.
SDA Sudah Data Potensi Minyak
Terpisah, Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA), Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Malaka, Vinsensius Kapu mengatakan, di Kabupaten Malaka ada beberapa lokasi semburan minyak dan gas, dan itu sudah dilakukan pendataan.
"Kira sudah melakukan pendataan terkait kekayaan alam perlu didata dengan dengan baik dilakukan dengan titik koordinat," ungkap Vinsensius saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (13/8).
Vinsensius diminta tanggapannya terkait informasi adanya semburan minyak di Pantai Wemasa, Desa Litamali, Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka.
Vinsensius mengaku bahwa ada beberapa titik semburan yang sudah mereka data, diantaranya di Desa Lakekun Barat ada semburan mata air yang mengeluarkan minyak dan gas. "Ini bagian dari kekayaan alam yang dimiliki kabupaten. Apabila dimanfaatkan dengan baik maka akan berdampak baik bagi masyarakat," kata Vinsensius. "Di Malaka banyak potensi minyak, marmer, batu mangan serta potensi lainnya. Semua potensi ini sementara didata," pungkasnya. (mg30/aln)
Editor: Marthen Bana