KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-PT Profil Mitra Abadi (PMA) Unit Produksi Kupang yang bergerak di bidang pengelolaan kacang lurik organik melakukan ekspor perdananya ke Jerman. Kacang Lurik Organik tersebut merupakan hasil produksi kelompok Tani Tunas Baru, di Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Ekspor perdana tersebut dilepas dari kantor PT PMA di Kelurahan Maulafa, Kota Kupang. Pelepasan ini juga dihadiri langsung Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Sabtu (13/8).
Direktur PT PMA Unit Produksi Kupang, Elsje P. Mansula pada kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat mendukung pihaknya dalam memproduksi hingga dapat melakukan ekspor perdana.
Ia mengisahkan, Kacang Lurik Organik tersebut memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan dan banyak dikonsumsi di luar negeri. Melihat potensi tersebut dirinya mulai bekerjasama dengan kelompok pertanian guna menanam kacang tersebut.
Sejak tahun 2014, pihaknya bekerjasama dengan kelompok tani di lima desa di TTU untuk mengolah lahan kacang tersebut. Namun dengan berbagai kendala sehingga saat ini tinggal dua desa yang saja yang menanam.
Dari dua desa tersebut, terdapat 56,26 hektare yang dikerjakan dengan perkiraan bisa memanen sebanyak 80 ton. Namun lahan tersebut tidak dimanfaatkan secara masimal akibat hujan dan proses pembersihan kekurangan tenaga sehingga hasilnya belum maksimal.
"Tujuan kita selain mengembangkan tanaman organik juga ingin mengembalikan pertanian zaman dulu yang jauh dari pestisida dan lainnya. Lahan memang luas tapi mencari petani yang hanya mengharapkan tofa rumput saat ini sangat sulit. Kita mengawal petani agar rumput tidak boleh dimatikan dengan cara menyemprot bahan kimia, tapi hanya bisa dengan mencabut karena kita ingin produk ini benar-benar organik," jelas Elsje.
Pengiriman perdana ke Jerman ini sebagai langkah awal membuka pasar di luar negeri khususnya di Eropa karena Jerman memiliki tingkat atau standar yang tinggi terkait makanan, sehingga negara lain akan mudah percaya jika sudah diterima di Jerman.
"Sesuai permintaan sebanyak 8,5 ton, tapi karena hasil panen terdapat beberapa kendala sehingga hari ini kita hanya mampu kirim 5,2 ton," katanya.
Elsje mengaku memiliki kendala pada pengolahan lahan terutama merubah pola pikir pertani yang serba instan dengan memakai pupuk dan lainnya. Khususnya lahan kacang ini memiliki standar tinggi karena tidak memakai jenis pupuk apapun.
"Jadi lahannya dibajak pakai traktor dan tidak pakai obat apapun dan kalau ada rumput para petani harus pakai tofa," tambahnya menegaskan.
Kepala Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan, ekspor perdana kacang lurik ini menandakan kemajuan pertanian di NTT karena sudah diterima di pasar internasional.
Disebutkan bahwa Bank Indonesia tentunya mendukung dengan ekosistem pembiayaan dari lembaga perbankan. Ia meminta agar harus terus menjaga kualitas dan kuantitasnya khususnya pasar Eropa.
"Untuk pasar Eropa itu perlu menjaga kualitas dan kuantitas yang luar biasa karena menjadi standar internasional. Mudah-mudahan Bank Indonesia bisa membangun ekosistem dan membantu para petani," ujarnya.
Menurut Nyoman, ekspor tersebut merupakan perdana terjadi di NTT yang telah diproduksi petani di Kabupaten TTU dan bekerja sama dengan perusahan di Kupang.
"Ini pertama kalinya digelar di NTT, jadi kacang organik yang diproduksi oleh petani kita di Kefa dan itu sudah mendapat standar dan diterima oleh masyarakat Jerman," tandasnya. (r3)
Editor: Marthen Bana