Lurah Kolhua, Upaya Memerangi Sampah dan Kesadaran Warga Merawat Lingkungan

  • Bagikan
Lurah Kolhua, Vester Helo, SH bersama jajarannya dan Jurnalis Warga (Kanan). (FOTO: ISTIMEWA)

KUPANG, TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID-Salah satu permasalahan yang cukup mengganggu di wilayah Kelurahan Kolhua adalah soal sampah. Di beberapa lokasi kompleks perumahan BTN Kolhua itu kerap di jadikan sebagai titik buangan sampah liar.

Sebagian warga dibuat resah dengan sampah-sampah liar dengan aroma tak sedap itu, namun sebagian warga lainnya tanpa beban membuang masalah rumah tangganya itu ke jalan umum. Tak dipungkiri bahwa kesadaran warga dalam menjaga lingkungan masih rendah di wilayah ini.

Setidaknya hal tersebut dikemukan Lurah Kolhua, Vester Helo, SH ketika ditemui Jurnalis Warga di kantornya beberapa hari lalu.

Lurah Vester tak memungkiri bahwa salah satu titik sampah yang cukup meresahkan adalah di area Jembatan Petuk 2. Titik ini kerap kali dijadikan tempat membuang sampah oleh warga. Padahal area ini oleh warga sering dijadikan sebagai arena berolahraga, entah joging atau jalan sore.

Mirisnya, berbagai bentuk sampah bahkan sampai bangkai hewan pun dibuang di lokasi Jembatan Petuk 2 ini.

Lurah Vester menilai bahwa persoalan sampah ini muncul karena masih rendahnya kesadaran warga akan kebersihan lingkungan. "Masalah sampah yang muncul ini sebenarnya berasal dari diri kita sendiri sebagai masyarakat. Kami (Pemerintah) telah menyediakan fasilitas motor sampah sebagai alat bantu untuk masyarakat dapat membuang sampah dengan baik, namun upaya ini sendiri mengalami kendala," kata Vester.

Kendala yang dimaksud Vester adalah rendahnya komitmen dan kesadaran masyarakat yang tidak berpartisipasi aktif memanfaatkan fasilitas ini karena menolak biaya iuran yang telah disepakati bersama.

Menurut Vester, pihaknya telah menyediakan dua unit motor sampah. Motor-motor sampah ini hanya beroperasi di lingkungan kompleks perumahan BTN Kolhua. Setiap hari dua motor sampah ini beroperasi mengangkut sampah untuk dikumpulkan di satu titik lalu mobil pengangkut sampah langsung membawa ke TPA.

Namun sayang, iuran yang sudah disepakati Rp 10 ribu per bulan itu, sepertinya masih susah dipenuhi warga. Padahal nilai ini baginya merupakan angka yang moderat, bisa dijangkau warga setempat.

Mengenai bak penampung sampah dihancurkan, Lurah Vester menjelaskan, hal tersebut dilakukan dengan maksud menjadikan fokus masyarakat membuang sampah menjadi satu arah, yakni lewat motor sampah. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi keluhan mengenai bak sampah yang penuh, kotor, rusak, jauh, dan lain sebagainya.

Sampah, merupakan momok bagi Kota Kupang. Di mana-mana, di tepi jalan, lahan-lahan kosong, ada saja sampah yang bertumpuk. Ini harus diserius Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang. Jangan sampai Kota Kupang kehilangan KASIH = Kupang, Aman, Sehat, Indah, dan Harmonis karena persoalan sampah yang tak bisa di-manage.

Aplonia Bani, warga yang sering melintas di sekitar jalur Petuk mengatakan, sampah-sampah yang ada bersumber dari masyarakat yang tidak tinggal disekitar jalur itu.

Dilihat dari jenis sampah yang ada, sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga. "Kami sebagai masyarakat yang melintas dan tinggal di sekitar jalur Petuk ini merasa sangat terganggu karena aroma dari tumpukan sampah ini sangat menyengat. Kami harap pemerintah bisa menertibkan dan membangun bak penampung sampah agar tidak dibuang sembarangan di pinggir jalan seperti ini," harap Aplonia.

Berdasarkan pemantauan Jurnalis Warga, di sepanjang jalur Petuk dan kompleks perumahan BTN Kolhua, hampir tidak ada bak penampung sampah. Hal inilah yang diduga menjadi pemicu masyarakat mengambil keputusan membuang sampah sembarangan.

"Bak sampah dulunya ada, namun sudah dirobohkan. Kami bingung mau buang sampah dimana," ujar Rio Bell, salah satu warga BTN Kolhua saat diwawancarai Jurnalis Warga. (*)

Penulis: Paul Amalo (Jurnalis Warga)
Editor: Marthen Bana

  • Bagikan

Exit mobile version